Soloraya
Minggu, 17 September 2023 - 12:45 WIB

Ketika Kolonel Penerbang Jadi Dalang di Sarasehan Budayawan Pengging Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota TNI AU, Kol Pnb Urip Widodo (depan), bersama dalang Pujiyono, berkolaborasi mendalang dalam acara sarasehan di Dukuh Klumpit, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Sabtu (16/9/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Alunan musik gamelan terdengar dari acara Sarasehan Budayawan di Tanah Pengging, Dukuh Klumpit, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Sabtu (16/9/2023) pagi.

Acara itu digelasr di rumah salah satu warga bernama Anang Pamuji Panjer Doa. Suara dalang dalam bahasa Jawa menggelegar mengisi area tenda, menceritakan lakon Semar Mbangun Kayangan.

Advertisement

Dalang tersebut bernama Pujiyono. Setelah satu jam tampil di depan tamu undangan yang didominasi anak-anak muda, dalang alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo tersebut lalu memanggil seseorang.

Terlihat seorang pria bertubuh tegap memakai pakaian beskap warna merah hati berjalan menuju panggung. Ia menerima wayang dari Pujiyono kemudian memainkan wayang tersebut sebagai dalang.

Lelaki tersebut adalah Kolonel Penerbang (Kol Pnb) Urip Widodo, seorang anggota TNI Angkatan Udara (AU). Suaranya tak kalah menggelegar dibandingkan Pujiyono. Ia juga fasih mendalang dalam bahasa Jawa. Selama satu jam Urip Widodo mendalang di acara Sarasehan Budayawan di Pengging, Boyolali.

Advertisement

Total dua jam Pujiyono dan Urip Widodo berkolaborasi memainkan wayang. Mereka sama-sama membawakan lakon Semar Mbangun Kayangan.

Ditemui di sela-sela acara, Urip Widodo yang berdinas sebagai personel staf operasi Mabes AU mengaku saat ini tengah menjadi siswa tamu di Sespimti Polri. Urip mencintai dunia dalang sejak kecil karena sering diajak ayahnya menonton wayang sejak TK.

Belajar Autodidak

Waktu kecil ketika belum memiliki uang, Urip membuat wayangnya sendiri dari kertas dan belajar mendalang secara autodidak. Sekarang ini, ia mengaku memiliki wayang dua peti yang jumlahnya tak pernah ia hitung serta kelir wayang.

Urip juga mengaku ini bukan kali pertama ia mendalang. Penampilannya saat mendalang pernah diganjar rekor Muri ketika tampil bersama anggota TNI AU pada Hari Bakti TNI Udara.

Advertisement

“Saya bukan dalang, tapi hanya bisa sedikit mendalang. Kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan sarasehan ini. Intinya TNI ikut berperan aktif dalam mengusung budaya Jawa, menguatkan kearifan lokal,” kata lelaki kelahiran Jakarta 45 tahun lalu itu.

Lewat keikusertaan di acara Sarasehan Budayawan di Pengging, Boyolali, itu, Kol Pnb Urip ingin menunjukkan tentara tidak hanya identik dengan memegang senjata, ketegasan, kekerasan, dan kaku. Namun juga fleksibel sehingga berbaur dengan masyarakat dan peduli akan kebudayaan.

Selain memiliki bakat mendalang, ia juga memiliki bakat melukis, ia bahkan pernah melukis saat mengendarai pesawat Hercules selama tiga jam. Ia menjelaskan biasanya ia melukis sambil mengisi waktu luang di langit.

“Kegiatan ini sifatnya nguri-uri kebudayaan, saya sebagai TNI dan seniman ingin berpartisipasi dengan harapan kita tidak kehilangan kearifan lokal. Budaya warisan leluhur wajib digalakkan terus, jangan sampai kalah dengan infiltrasi kebudayaan dari luar,” kata lelaki yang pernah menjadi Komandan Skadik 401 Lanud Adi Soemarmo itu.

Advertisement

Sedangkan mengenai lakon Semar Mbangun Kayangan yang dibawakan pada acara Sarasehan Budayawan di Pengging, Boyolali, ia mengungkapkan artinya membangun moral kesatria. Kahyangan yang dimaksudkan bukanlah surga, akan tetapi jiwa ksatria para Pandawa.

Ajak Anak Muda Mencintai Budaya

Selain itu, Urip berpesan agar anak-anak muda jangan sekali-sekali melupakan budaya dan meninggalkan kearifan lokal. Ia tidak ingin budaya dan kearifan lokal diambil oleh negara lain.

“Kalau Panglima TNI, Yudo Margono, beliau juga seorang budayawan, beliau pernah menyampaikan jangan sampai anak cucu kita kalau mau nonton wayang sampai ke luar negeri,” kata dia dalam acara Sarasehan Budayawan di Pengging, Boyolali.

Dalang Pujiyono menambahkan lakon Semar Mbangun Kayangan dimaknai membangun manusia seutuhnya. Sehingga yang dibangun bukan hanya kahyangan akan tetapi juga pola pikir dan jati diri bangsa.

Advertisement

Selanjutnya, ia mengatakan ini bukan kali pertama berkolaborasi dengan Urip Widodo. Ia mengaku sudah tiga kali berkolaborasi dengan kolonel penerbang tersebut. Kali pertama saat Urip bertugas di Batam.

“Pak Urip itu sebenarnya sangat cerdas dan kreatif, karena beliau juga bisa melukis. Lukisannya sangat bagus. Beliau TNI tapi nyeni sekali, melukis sambil jadi pilot juga pernah dilakukan. Hebat itu, ada sekitar 24 lukisan karya beliau,” kata lelaki yang mengenal Urip sejak 2017.

Sementara itu, pemilik rumah sekaligus penggagas Sarasehan Budayawan di Pengging, Boyolali, Anang Pamuji Panjer Doa, menjelaskan dulunya di Pengging ada kerajaan dan kesenian saat itu berkembang pesat. Namun, seiring modernisasi, hal tersebut berkurang.

Ia selaku pemerhati budaya bersama kawan-kawan budayawan dari Solo, Jakarta, Yogyakarta, Boyolali, Karanganyar, dan daerah lain menyikapi dengan menggelar sarasehan tersebut. Targetnya untuk merangsang jiwa seni kawula muda di Pengging.

Berkarya Tanpa Ganggu Tugas sebagai Tentara

Anang menjelaskan pengisi acara sarasehan selain penampilan dalang Pujiyono dan Kol PNB Urip Widodo, ada pula sharing dan diskusi dengan musisi dan pencipta lagu dari anggota TNI, Letkol Yogi Azhar serta Letkol Dhoni Setiawan.

Selanjutnya ada penampilan melukis langsung dari seniman Chasanul Fawaid atau Indi, dan berbagai kegiatan lain. Dalam kegiatan tersebut, dua anggota TNI Lanud Adi Soemarmo, Yogi Azhar dan Dhoni Setiawan, juga turut berpartisipasi menceritakan pengalaman mereka tetap berkarya di tengah kegiatannya sebagai tentara.

Advertisement

Letkol Yogi mengenal dunia musik sejak SMP sedangkan Dhoni baru dua tahun saat mengenal rekannya tersebut. Selama dua tahun saling kenal, sudah ada lebih dari 10 lagu mereka ciptakan.

Yogi menyampaikan lagu-lagu yang mereka buat lebih berarah ke lagu-lagu yang mengajak mencintai negara, menumbuhkan semangat, patriotik, dan nasionalis.

“Kami berdua selama dua tahun ini terlibat dalam kegiatan internasional seperti art camp, Solo Artoz, dan lain sebagainya,” kata lelaki asal Padang tersebut.

Sementara itu, jiwa musik Letkol Dhoni mulai tumbuh saat bertemu Yogi di Lanud Adi Soemarmo. Dhoni melihat Yogi aktif berkreasi baik bermain musik dan mencipta lagu.

Ia pun kemudian sering bertukar pikiran dengan Yogi dan berkreasi membuat musik bersama. Hal tersebut membuatnya terpacu belajar musik. Kegiatan bermusik para anggota TNI tersebut, ungkap Dhoni, dipastikan tidak mengganggu jam dinas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif