SOLOPOS.COM - Camat Tamansari, Boyolali, Suyanta, saat ditemui wartawan di Sangup, Tamansari, Selasa (10/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Suyanta baru sekitar satu tahun terakhir ini menjabat sebagai Camat Tamansari di Boyolali. Namun berkat gebrakannya lewat program jebakan monyet ia berhasil mengatasi gangguan dan invasi monyet ekor panjang ke permukiman warga 10 desa di kecamatan itu.

Warga Tamansari sudah 13 tahun berkonflik dengan satwa liar yang turun gunung, tepatnya sejak erupsi Gunung Merapi pada 2010 lalu. Gebrakan Suyanta membuat warga senang karena mereka bisa menangkap seratusan monyet tanpa harus melukai atau membunuh mereka.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Warga pun sampai menjuluki Suyanta sebagai Camat Kethek. Ihwal julukan itu, Kepala Desa Sangup, Triyono, membenarkannya. Ia mengatakan keberadaan monyet ekor panjang sangat meresahkan warganya saat bercocok tanam.

Sejak 2010, warga enggan menanam sayuran kesukaan monyet seperti tomat, jagung, padi, dan sebagainya. Sehingga, warga hanya menanam tanaman yang tidak disukai kera seperti cabai dan tembakau.

Karena tak ada tanaman yang bisa mereka makan di ladang, monyet itu akhirnya juga berdatangan ke pemukiman warga. “Turun dari gunung kan 2010, itu masih di lahan pertanian. Terus pindah ke halaman rumah warga sekitar 2015,” kata dia.

Sejak awal September, Triyono menyampaikan ada atensi dari Pemerintah Kecamatan Tamansari terkait masalah monyet di lereng Gunung Merapi, Boyolali, itu. Ada program dari Camat Suyanta terkait penanganan monyet ekor panjang. Dari program tersebut, akhirnya Suyanta memiliki panggilan sebagai Camat Kethek.

Program dimaksud yakni dengan mengajak warga membuat jebakan monyet dari bambu dan kayu. Jebakan tersebut ditaruh di dalam tanah lalu dibuka pintunya. Di dalam kandang terdapat makanan, saat monyet masuk, pintu akan otomatis tertutup.

Identifikasi Masalah

Dalam satu bulan, warga Sangup bisa mendapatkan 146 monyet ekor panjang. “Hampir seluruh KK [kepala keluarga] di Sangup sudah punya jebakan ini, ada sekitar 900 KK di sini,” jelas dia.

Suyanta pun membenarkan dan tidak keberatan dirinya dijuluki Camat Kethek. Sejak ditugaskan menjadi Camat Tamansari pada awal September 2022, Suyanta berusaha mengidentifikasi masalah yang dihadapi warganya di lereng Merapi, Boyolali, itu.

Salah satunya masalah invasi monyet ekor panjang sejak erupsi Gunung Merapi 2010. Invasi monyet ekor panjang tersebut telah menyebar di total 10 desa di Tamansari.

Kedatangan monyet ekor panjang di ladang warga akhirnya membuat petani enggan menanam tanaman kesukaan monyet. Mereka hanya menanam tembakau dan cabai yang tidak disukai monyet.

Keengganan petani menanam tanaman kesukaan monyet menambah masalah baru. Monyet-monyet itu malah datang ke rumah-rumah warga, mencari makanan di pohon buah yang ditanam warga di dekat rumah.

Sejak September 2023, Camat Suyanta menginisiasi program pemberdayaan kelompok tani yang terdampak serangan monyet ekor panjang di Tamansari, Boyolali. Pemberdayaan tersebut dengan cara meminta salah satu warga ahli pembuat jebakan monyet untuk mengajari masyarakat lainnya.

Jebakan tersebut berbentuk kandang balok dari kayu dan bambu. Setelah tertangkap, monyet ekor panjang itu diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng lewat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali.

Bonus untuk Warga Penangkap Monyet

Monyet ekor panjang tersebut akan dikirimkan ke cagar alam yang ditunjuk oleh BKSDA. Untuk menambah semangat warga menangkap monyet ekor panjang, selama sebulan ia memberikan bonus Rp50.000 per monyet yang berhasil dijebak.

Terhitung dari 1 September-10 Oktober 2023, warga Tamansari telah menangkap 149 monyet, di mana 146 ekor di antaranya dutangkap di Desa Sangup dan tiga ekor ditangkap di Desa Lanjaran.

Berkat keberhasilan program jebakan monyet dan bekerja sama dengan BKSDA, Suyanta mengaku dihubungi beberapa pihak yang ingin mereplikasi programnya. Camat Suyanta mempersilakan bagi yang ingin belajar bisa langsung di Tamansari, Boyolali, tanpa khawatir ada hak paten.

“Yang penting masalahnya berkurang saja. Kemarin berapa yang sudah menghubungi ada Wonogiri, Kopeng, Selo, Cepogo, dan Gladagsari. Dari sini saya mendapat gelar baru Master of Kethek oleh warga, bahkan dipanggil Camat Kethek,” kelakar Suyanta saat ditemui Solopos.com di Tamansari, Selasa (10/10/2023).

Keberhasilan Suyanta mengatasi konflik warga dengan monyet ekor panjang tak lepas dari rekam jejak kariernya sebagai pegawai Pemkab Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com, Suyanta yang lahir pada 1970 pernah bertugas di Dinas Kehutanan Boyolali pada 1991-2014.

Kemudian di Dinas Pertanian Boyolali pada 2014-2018. Suyanta juga pernah menjabat Sekretaris Kecamatan Banyudono (2018-2022) dan Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Boyolali (2021-2022) sebelum akhirnya menjadi Camat Tamansari pada 2022 sampai sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya