SOLOPOS.COM - Seorang warga berjalan menuju Kantor Desa Butuh, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Rabu (25/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Sekitar dua kilometer ke timur dari Alun-alun Kidul Boyolali terletak Desa Butuh, Kecamatan Mojosongo, desa industri yang memiliki kisah sejarah atau cikal bakal yang cukup unik.

Sebagai desa industri, di Desa Butuh saat ini sudah berdiri tujuh pabrik dari tujuh perusahaan. Sekitar 18.000 orang pun menggantungkan hidup di pabrik-pabrik tersebut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sedangkan ratusan warga lainnya memenuhi kebutuhan hidup dari berjualan untuk para pegawai pabrik. Seperti kisah orang-orang yang berdatangan ke Desa Butuh untuk mencari uang, begitu pula cerita asal usul desa tersebut.

Cikal bakal Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, bersumber dari cerita manusia yang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja. Kepala Desa (Kades) Butuh, Agus Haryono, menceritakan konon pada sekitar 1930 terdapat sebuah kelompok kesenian ledek di wilayah tersebut.

“Kalau sekarang mungkin bahasanya pengamen tapi itu pakai bahasa Jawa karena ada sindennya, lalu ada alat musik tradisional seperti kendang. Mereka singgah di sini akan tetapi mengamen di beberapa wilayah Boyolali,” jelas dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan kelompok seniman ledek tersebut bekerja keliling Boyolali untuk mencari uang, termasuk di wilayah Pengging yang sekarang masuk Kecamatan Banyudono, Boyolali. Selain itu, mereka juga mencari uang hingga Solo dan Kartasura.

Wilayah tersebut dirasa berjaya pada saat itu sehingga mereka mencari uang di sana. Mereka mencari uang dengan keliling dari rumah ke rumah, pasar, tempat hajatan, dan pusat keramaian lain. Agus mengatakan kelompok seni yang menjadi cikal bakal Desa Butuh, Boyolali, tersebut mengamen dalam rangka memenuhi kebutuhan dari pagi hingga malam.

“Jadi mereka mencari nafkah lewat ledek dan itu satu-satunya pencaharian mereka. Itu juga mata pencaharian unik dan banyak orang mengatakan itu untuk mencukupi butuhe [kebutuhan]. Orang bilang, oh, mereka wong butuh,” kata dia.

Makam Sarean Ledhek

Asal-usul Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, yang dikaitkan dengan keberadaan kelompok ledek sebagai wong butuh  itu juga diperkuat dengan makam bernama Sarean Ledhek. Lokasinya berada di tengah ladang warga dan diyakini sebagai salah satu seniman ledek yang menjadi cikal bakal Desa Butuh.

Ia menjelaskan saat ini keturunan atau trah dari para seniman ledek Desa Butuh sudah tidak ada lagi. Berdasarkan buku edisi Boyolali Kaya Cerita tentang Asal-Usul Desa Butuh tulisan Akhyar Arista W, Nanda Nur Lintang, Rafli Andreansyah, dan Siti Zulaikah, seniman ledek di Butuh tersebut bernama Mbah Badro.

Dijelaskan dalam buku itu, Mbah Badro menciptakan kesenian ledek di Desa Butuh sebagai sarana hiburan dan mencari uang. Masyarakat setempat juga ada yang ikut menjadi seniman ledek untuk menyambung hidup.

Salah satu narasumber buku yang juga warga Butuh, Wagiman, 77, mengatakan pada saat itu hidup seniman ledek sangat sengsara. Kesenian ledhek juga semakin menghilang karena Mbah Badro semakin tua dan tidak bisa aktif lagi sebagai seniman ledek.

Tidak adanya penerus yang seaktif Mbah Badro serta kekurangan ekonomi menyebabkan kesenian ledek perlahan menghilang.

“Mbah Badro yang sudah lanjut usia akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu, fasilitas kesehatan belum ada sehingga tidak bisa menunjang kesehatan masyarakat desa tersebut. Mereka hanya memanfaatkan obat-obatan tradisional dari tumbuh-tumbuhan,” tulis buku terbitan dari Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Boyolali pada 2023 tersebut.

Pada era ini, Desa Butuh tumbuh menjadi pusat perekonomian bagi sekitar 18.000 orang. Warga asli Butuh tercatat sekitar 2.700 orang dan mayoritas sebagai petani.

Desa Butuh terbagi menjadi dua dusun, dua RW, 17 RT, dan ada sembilan dukuh yaitu Logerit, Dukuh, Butuh, Dawung, Tempel, Ngaglik, Randulawang, Ngudirejo, dan Pondok.

Di sebelah utara, Desa Butuh berbatasan dengan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo. Kemudian sebelah timur dengan Desa Nepen, Teras. Sebelah selatan ada Desa Sudimoro, Teras, dan sebelah barat ada Kelurahan Kemiri, Mojosongo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya