Soloraya
Jumat, 8 Maret 2024 - 13:17 WIB

KWT Pucangsawit Solo Budi Daya Ulat Jerman, Lebih Menguntungkan daripada Maggot

Ahmad Kurnia Sidik  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mamik menunjukkan ulat jerman di kediamannya di Pucangsawit, Jebres, Kota Solo, Kamis (7/3/2024). Budi daya ulat jerman mampu menghasilkan keuntungan. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO — Ulat tidak selalu menjijikan atau pun menggelikan, namun bisa juga mendatangkan keuntungan. Salah satunya adalah ulat jerman yang berasal dari zopohobas morio atau kumbang hitam. Ulat jerman juga dikenal sebagi superworm, kingworm, atau marioworm.

Namun di Kota Solo masih sangat sedikit orang yang mau membudidayakan ulat jerman. Salah satu dari sedikit itu adalah Haryatmi bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia 9 Pucangsawit, Jebres, Solo.

Advertisement

Ulat jerman banyak digunakan sebagai pakan hewan peliharaan. Cacing berwarna coklat dan berukuran 5 cm hingga 6 cm ini tidak berbau, mudah perawatannya, serta tidak boros lahan.

Saat ditemui Solopos.com di Pucangsawit, Kamis (7/3/2024), Haryatmi mengaku merasa geli bahkan jijik saat kali pertama melihat ulat jerman yang menggeliat ke sana-sini. Ia juga belum memikirkan keuntungan yang mungkin ia raup ketika membudidayakan ulat itu.

Advertisement

Saat ditemui Solopos.com di Pucangsawit, Kamis (7/3/2024), Haryatmi mengaku merasa geli bahkan jijik saat kali pertama melihat ulat jerman yang menggeliat ke sana-sini. Ia juga belum memikirkan keuntungan yang mungkin ia raup ketika membudidayakan ulat itu.

Hasrat berinovasi bersama KWT Dahlia 9 dan dukungan kuat keluarga lah yang kemudian membuat perempuan yang akrab disapa Mamik ini mampu mengalahkan rasa geli dan jijiknya terhadap ulat jerman.

Mamik mulai membudidayakan ulat jerman pada Maret 2023, tepat setahun lalu. Modal awal yang ia keluarkan sekitar Rp80.000. Uang itu untuk membeli dua boks kumbang, per boksnya berisi 100 kumbang, dan 1 kg ulat jerman berusia lima bulan yang siap dikarantina.

Advertisement

Untuk bisa menjadi ulat jerman, Mamik harus menunggu selama dua bulan. Ulat jerman yang berusia dua bulan itulah yang bisa dijual sebagai pakan hewan peliharaan. Namun untuk ulat jerman yang berusia lebih dari tiga bulan, Mamik memilih tidak menjualnya dan merawatnya hingga menjadi kumbang. Jadi, siklus hidup dari kumbang menjadi ulat lalu menjadi kumbang lagi membutuhkan waktu selama enam bulan.

“Kumbang selama hidupnya mampu bertelur setidaknya 10 kali,” kata dia.

Ulat jerman yang berusia dua bulan biasanya dijual Mamik dengan harga Rp40.000 hingga Rp55.000 per kg. Dalam sepekan ia bisa menerima pesanan sekitar 20 kg ulat jerman berusia dua bulan. Selain itu, Mamik juga menjual kumbang dengan harga Rp1.500 per ekor.

Advertisement

“Kalau sudah di atas tiga bulan, kami memilih tidak menjual ulat jerman. Karena bisa dirawat jadi kumbang dan dijual dengan harga lebih mahal,” kata dia.

Ulat jerman membutuhkan makanan berupa sayur segar. Sehingga, dengan membudiayakan ulat jerman, Mamik  juga ikut mengolah sampah sayuran. Mamik mengumpulkan sisa sayur segar yang dibuang oleh tetangganya, seperti kulit buah, batang sayur, dan sebagainya.

Sementara itu, untuk kumbang yang tidak produktif atau mati, bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan lele yang juga dipelihara nya. “Semua yang berkaitan dengan ulat jerman bisa dimanfaatkan,” kata dia.

Advertisement

KWT Dahlia 9 yang diketuai oleh Mamik menjadi percontohan budidaya ulat jerman bagi beberapa KWT di Kota Solo, salah satunya KWT Ngudi Makmur Joglo, Banjarsari. Meski budi dayanya masih berskala kecil KWT Ngudi Makmur sudah mampu menjual ulat jerman dua kali sejak awal budi daya pada November 2023.

Salah satu anggota KWT Ngudi Makmur, Sukamti, bercerita modal awal budidaya ulat jerma Rp120.000. Ia hanya menggunakan wadah seadanya dan rak empat tingkat yang dibuat dari kayu bekas.

Dibanding budidaya ulat maggot, budidaya ulat jerman lebih bersih, tidak bau, dan harga jualnya mahal.

“Ulat maggot hanya sekitar Rp7.000 per kg, sementara ulat jerman mencapai Rp40.000 – Rp50.000,” kata Sukamti. Namun, karena masih berskala kecil, KWT Ngudi Makmur biasanya menjual hasil panen ulat jerman kepada KWT Dahlia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif