Soloraya
Jumat, 5 Januari 2024 - 18:34 WIB

Makam Kuno di Tasikmadu, Tempat Bersemayamnya Panglima Perang Diponegoro

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Makam Kiai Sirojudin di Dusun Titang, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar pada Jumat (5/1/2024). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kompleks makam kuno di Dusun Titang, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar ramai dikunjungi tokoh politik, pejabat daerah dan pusat, menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024.

Di lokasi setempat, dimakamkan ulama terkemuka yang kali pertama membawa ajaran Islam di Kabupaten Karanganyar. Tokoh agama ini dikenal bernama Kiai Sirojudin. Ia merupakan salah satu panglima perang pasukan Pangeran Diponegoro.

Advertisement

Juru Kunci Makam Kiai Sirojudin, Carito, mengatakan makam tersebut selalu didatangi banyak peziarah. Mereka datang dengan beragam tujuan. Ada yang sekadar memanjatkan doa dan sebagian untuk berhajat. Banyak pula tokoh-tokoh politik lokal dan nasional yang datang berziarah di makam tersebut.

“Menjelang pemilu memang banyak tokoh politik yang ke sini berziarah. Tapi tidak hanya saat menjelang pemilu, hari-hari biasa juga banyak yang berziarah ke sini,” kata Carito ketika dijumpai Solopos.com pada Jumat (5/1/2024).

Menurut cerita turun temurun, Carito mengatakan sejarah perkembangan agama Islam di Karanganyar tak lepas dari perjuangan Kiai Sirojudin. Sosok kiai yang diyakini merupakan guru spiritual Mangkunagoro II dan III ini juga menyebarkan agama Islam di Karanganyar pada masa zaman penjajahan kolonial Belanda.

Advertisement

Kiai Sirojudin menyebarkan agama Islam dengan mendirikan Masjid Jami Karangmojo, Tasikmadu pada 1865. Selain untuk tempat ibadah, Masjid Jami Karangmojo tersebut juga sebagai pusat segala aktivitas untuk melakukan syiar Islam. Dari situ, syiar Islam di Karanganyar tersebar luas dan terus berkembang.

Kiai Sirojudin wafat, jenazahnya dimakamkan di kampung seberang masjid. Sementara putranya, Kiai Mohammad Soleh, mendirikan pondok pesantren di kompleks Masjid Jami Karangmojo. Ponpes tersebut didirikan pada era 1890-an.

“Kiai Mohammad Soleh dimakamkan di samping bangunan masjid Jami. Jadi peziarah yang datang selain ke Makam Kiai Sirojudin juga ke Makam Kiai Mohammad Soleh,” sambung Carito.

Advertisement

Hingga kini, Masjid Jami Karangmojo masih berdiri kukuh. Masjid ini sebelum dibangun oleh Mangkunagoro III masih berupa sebuah surau kecil di tengah desa. Setelah mendapat bantuan dari Mangkunagoro, masjid ini dibangun. Saat itu masjid belum sebesar kini. Atapnya berupa genteng sirap. Dindingnya tembok bata yang tebal. Di tengah-tengah terdapat empat cagak kayu jati.

Masjid tua itu telah beberapa kali direnovasi. Pada 1910, pengurus masjid membangun serambi depan yang biasa digunakan untuk tempat belajar membaca Al Qur’an. Setelah itu, mereka juga menambahkan serambi pada sisi kanan dan kiri Masjid pada 1991.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif