SOLOPOS.COM - Pintu depan Museum Wayang Indonesia di Wuryantoro, Wonogiri, yang pernah menjadi rumah tinggal Presiden Kedua RI Soeharto di masa kecilnya. Foto diambil Kamis (19/10/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Selain menyimpan berbagai koleksi jenis wayang, Museum Wayang Indonesia di Wuryantoro, Wonogiri, juga menyimpan cerita menarik karena pernah menjadi rumah tinggal Presiden Kedua RI Soeharto di masa kecilnya.

Kala itu, Soeharto kecil diasuh ayah angkatnya yang seorang mantri tani di Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri. Penjaga Museum Wayang Indonesia Wonogiri, Rakino, menceritakan lokasi bangunan Museum Wayang Indonesia dulu merupakan rumah tinggal seorang mantri tani di Kecamatan Wuryantoro.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mantri itu bernama Prawirohardjo atau lebih dikenal sebagai Pak Bei Tani. Ia merupakan paman sekaligus ayah angkat Presiden Kedua RI Soeharto saat masih anak-anak. 

Bei Tani merawat Soeharto dari masa kecil sampai lulus sekolah rakyat di rumah yang berada di pinggir jalan Wonogiri-Pracimantoro wilayah Wuryantoro itu. Soeharto yang lahir di Bantul, Yogyakarta, dititipkan orang tuanya kepada Bei Tani karena rumah tangga orang tuanya bermasalah.

Ayah kandung Soeharto, Kertosudiro, dan ibu kandungnya, Sukirah, bercerai. Di Wuryantoro, Soeharto diterima baik oleh keluarga Bei Tani. Selain mengikuti sekolah rakyat, Soeharto juga belajar tani dari pamannya itu. 

“Setelah lulus sekolah rakyat, Soeharto berpindah-pindah tempat. Tidak lagi di Wuryantoro, lepas dari keluarga Prawirohardjo,” kata Rakino saat ditemui Solopos.com di Museum Wayang Indonesia, Kamis (19/10/2023).

Dia melanjutkan pada 17 November 1987, istri Soeharto, Siti Hartinah yang kemudian dikenal sebagai Tien Soeharto, mengubah bangunan rumah di lokasi museum itu menjadi Padepokan Seni Bei Tani.

rumah masa kecil soeharto wonogiri
Seorang anak memegang wayang di Museum Wayang Indonesia, yang dulunya merupakan rumah masa kecil Presiden Kedua RI Soeharto, di Wuryantoro, Wonogiri, Kamis (19/10/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Bangunan rumah masa kecil Soeharto di Wonogiri itu sempat mengalami beberapa kali perubahan. Padepokan itu berjalan sampai puluhan tahun, sampai akhirnya, atas inisiasi Bupati Wonogiri periode 2000-2010, Begug Purnomosidi, Padepokan Seni Bei Tani berubah menjadi Museum Wayang Indonesia yang diresmikan pada 1 September 2004.

Menyimpan Kesakralan

Perubahan itu mendasarkan aspirasi masyarakat Wonogiri yang masih menggemari wayang kulit. Selain itu, banyak warga Wonogiri yang menganggap wayang menyimpan kesakralan. Di sisi lain, tidak jauh dari tempat itu, yaitu di Kecamatan Manyaran, juga menjadi sentra pembuatan wayang kulit. 

“Sejak saat itu sampai sekarang, tempat ini menjadi Museum Wayang Indonesia. Tetapi masih ada beberapa bagian rumah Bei Tani yang masih utuh, misalnya ada bagian cagak rumah dan sumur di belakang,” ucap dia.

Rakino menjelaskan saat ini ada sekitar 700 koleksi wayang dan 18 jenis wayang di museum tersebut. Selain wayang kulit ada wayang potehi, wahyu, beber, hingga wayang golek.

Adapun koleksi wayang tertua di museum yang dulunya rumah masa kecil Soeharto di Wonogiri itu yakni wayang kulit yang tercatat dibuat pada 1714. Koleksi Museum Wayang Indonesia Wonogiri banyak yang berasal dari hibah para seniman dan dalang-dalang besar dari berbagai daerah. 

Museum Wayang Indonesia selain bisa menjadi sarana pendidikan, juga menjadi wisata edukasi yang murah. Museum ini buka Sabtu-Kamis pukul 08.00 WIB-14.00 WIB. “Masuknya gratis. Yang ke sini biasanya anak-anak sekolah. Kebanyakan malah dari luar Wonogiri,” ujar Rakino.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, Eko Sunarsono, mengatakan setiap bulan pengunjung Museum Wayang Indonesia mencapai ratusan orang.

Pengelolaan dan perawatan koleksi dilakukan secara rutin di ruang perawatan. Saat ini, Disdikbud Wonogiri tengah berupaya agar Museum Wayang Indonesia menarik banyak pengunjung. Salah satunya dengan mengimbau sekolah-sekolah di Wonogiri untuk datang saat outing class. 

“Tahun ini kami menerima DAK [dana alokasi khusus] nonfisik untuk museum ini senilai Rp700 juta. Dana itu untuk menyelenggarakan kegiatan yang tujuannya merawat dan memasyarakatkan museum,” kata Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya