SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang makanan tradisional di Pasar Wuryantoro, Wonogiri. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, WONOGIRI – Momen mudik Lebaran tidak hanya diisi dengan kegiatan berkunjung ke rumah sanak saudara ataupun ke objek wisata. Namun juga bisa mencicip berbagai kuliner khas di tempat tujuan mudik.

Bagi pemudik yang mengunjungi Kecamatan Wuryantoro secara khusus dan Kabupaten Wonogiri secara umum, ada beberapa kuliner khas yang bisa dicoba.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tempe Besengek

Tempe Besengek di Pasar Wuryantoro, menjadi salah satu buruan para pemudik ke Wonogiri.(Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)
Tempe Besengek di Pasar Wuryantoro, menjadi salah satu buruan para pemudik ke Wonogiri.(Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

 

Tempe besengek merupakan makanan berbahan baku tempe benguk atau fermentasi biji koro benguk. Tempe benguk itu diolah bersama parutan kelapa, daun pepaya, dan berbagai rempah.

Untuk tampilan Tempe Besengek sendiri semacam semur tempe. Namun warnanya kuning dan dilumuri parutan kelapa. Untuk ukuran tempenya sekitar tiga jari orang dewasa.

Saat Solopos.com mencicipi Tempe Besengek itu yang dirasakan adalah tempe fermentasi yang bercampur rasa pahit karena daun pepaya diikuti dengan rasa pedas karena rempah dan cabai. Untuk teksturnya, tidak terlalu lembek dan ada sensasi parutan kelapa yang menyertainya.

Di Wuryantoro, Tempe Besengek bisa ditemui salah satunya di Pasar Rakyat Wuryantoro di Jl Raya Wuryantoro No.18, Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri. Salah satu penjual Tempe Besengek di Pasar Wuryantoro, Yanti, menyampaikan bahwa proses pembuatan makan khas Wuryantoro itu membutuhkan waktu sekitar lima hari.

“Karena harus difermentasi kacang koro benguknya. Dan itu dengan cara mencucinya terlebih dahulu hingga bersih karena benguknya itu mengandung racun. Jadi harus teliti. Setelah itu difermentasi,” kata Yanti saat ditemui Solopos.com di lokasi, Jumat (12/4/2024).

Setelah selesai proses fermentasi, tempe dimasak bersama berbagai bahan dan rempah yang dibutuhkan. “Proses masaknya mudah, tinggal didang [direbus] sampai air bumbunya meresap,” jelas dia.

Yanti biasanya membuat Tempe Besengak dengan perbandingan 3 kg tempe benguk dicampur 9 kg bumbu. Dan pagi itu, dia mampu menjual sebanyak 6 kg Tempe Besengek. Tempe Besengek yang dijualnya dibungkus dengan daun jati. Untuk harganya sendiri pada hari biasa sekitar Rp2.500, namun khusus momen mudik Lebaran ini sekitar Rp5.000 per bungkusnya.

“Hari biasa, kalau ada pembeli yang cuma beli [dengan harga] Rp2.000 ya tetap dilayani. Sementara untuk bungkus sendiri memang pembeli maunya pakai daun jati, enggak mau pakai kertas,” kata dia.

Yanti menambahkan bahwa pada saat momen mudik Lebaran, para pembelinya adalah para pemudik dari luar daerah

Bongko Gendar Pecel

Bongko Gendar Pecel di Pasar Wuryantoro, menjadi salah satu buruan para pemudik ke Wonogiri.(Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)
Bongko Gendar Pecel di Pasar Wuryantoro, menjadi salah satu buruan para pemudik ke Wonogiri.(Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Kuliner ini terdiri dari pecel, gendar, bongko. Gendar atau gelendar merupakan makan berbahan baku nasi yang ditumbuk menggunakan alu dan lesung, kemudian ditambah bahan bleng untuk menambah kekenyalan.

Sementara bongko sendiri merupakan makan berbahan baku kacang tolo dan parutan kelapa yang dimasak dengan cara dikukus. Untuk tampilannya sendiri, Bongko Gendar Pecel tidak jauh berbeda dengan pecel pada umumnya. Namun ada tambahan gendar dan bongko.

Saat Solopos.com mencicipi Bongko Gendar Pecel, yang dirasakan tidak juga berbeda dengan pecel pada umumnya. Tekstur gendar menyerupai lontong nasi, namun lebih padat, tidak mudah hancur, dan kenyal. Sementara, bongko memiliki rasa gurih yang diikuti kasarnya parutan kelapa.

Bongko Gendar Pecel juga bisa didapatkan di Pasar Wuryantoro. Salah satu penjual Bongko Gendar Pecel, Painem, menyampaikan bahwa pembuatan makanan ini tidak rumit sama sekali.

Painem menjualnya per porsinya dengan bungkusan daun pisang dengan harga Rp3.000 per bungkus pada hari biasa. Namun pada momen mudik Lebaran ini, dia jual dengan harga Rp5.000 per bungkus.

“Ini [bongko gendar pecel] ada tambahan mi dan kecambahnya,” kata Painem saat ditemui Solopos.com di lokasi, Jumat (12/4/2024).

Nasi Tiwul

Nasi Tiwul merupakan makan olahan dari tepung gaplek, yaitu singkong yang dikeringkan lalu ditumbuk. Nasi Tiwul cocok juga dimakan dengan cara dicampuri parutan kelapa dan sedikit garam.

Saat dicicipi Nasi Tiwul terasa gurih yang diikuti dengan sedikit asin karena parutan kelapa dan garam. Sementara, teksturnya agak lebih keras dibandingkan dengan nasi biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya