SOLOPOS.COM - Kepala Desa Pranggong, Andong, Boyolali, Wagimin, memperlihatkan hasil tani pisang mulyo chavendish fhia-17 pada bazar UMKM dan hasil tani di bazar UMKM dan hasil tani di lapangan Desa Pranggong pada Jumat (1/4/2022). Beberapa produk yang dipamerkan di bazar tersebut ada kue cucur, kue rangin, pisang cavendish serta produk olahan pisang seperti bolu pisang cavendish, keripik pisang. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIKepala desa (Kades) Pranggong, Andong, Boyolali, Wagimin, meninggal dunia karena sakit pada Rabu (3/4/2024). Ia diketahui sudah 1,5 tahun terakhir menjalani cuci darah dua kali sepekan.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga maupun teman-teman dan masyarakat Desa Pranggong. Namun, Wagimin juga meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya berupa pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi berupa budi daya pisang Cavendish.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pada 2022 lalu, Solopos.com, pernah mengangkat kisah sukses Wagimin sebagai kepala desa sekaligus pengusaha pisang Cavendish serta upayanya mendorong warga untuk bersama-sama membudidayakan pisang tersebut.

Wagimin berhasil membudidayakan bibit pisang Cavendish hingga meraup omzet puluhan juta rupiah setiap bulan. Bermodal 1.000 bibit yang ia tanam pada 2020, Wagimin berhasil mengembangkannya hingga memiliki 100.000 tanaman pisang cavendish pada 2022.

Dari budi daya itu, ia bermitra dengan pelaku usaha dari 16 kota/kabupaten untuk merambah pasar bibit pisang Cavendish, buah pisang Cavendish, dan beberapa jenis olahan dari buah pisang Cavendish.

Bermula dari imbas pandemi 2020, kondisi perekonomian Wagimin saat itu cukup terpuruk. Wagimin mengatakan sejumlah pelaku usaha termasuk dirinya mesti semangat dan bangkit seusai diterpa pandemi Covid-19.

Melihat ada beberapa petak lahan kosong di desanya, Wagimin mulai mengembangkan gagasannya untuk menanam pisang cavendish. Lahan yang kosong dimanfaatkan untuk ditanami pisang Cavendish.

Mengentaskan Kemiskinan

“Tentunya, dengan harapan ke depan bisa meningkatkan ketahanan pangan, mengentaskan kemiskinan. Kami berinovasi dan berkreasi melakukan pembibitan pisang Cavendish untuk dijualbelikan,” kata dia ketika disambangi wartawan di tempat usahanya yang masih satu lokasi dengan tempat tinggalnya di Desa Pranggong, Kamis (20/10/2022).

Sejak 2020 itu, Wagimin mulai menjual bibit pisang Cavendish dan produk olahan dari pisang Cavendish bersama warga sekitar. Dari pembibitan dan produk olahan itu, ada pundi-pundi pendapatan yang diperoleh warga dan Wagimin setiap bulannya.

“Satu bonggol pisang Cavendish bisa menjadi 20 tunas. Setelah menjadi tunas, kami congkel dan disemaikan di polybag ukuran 20×30. Tentunya ini membutuhkan waktu untuk mencapai ketinggian tanaman hingga 30 cm. Kami membutuhkan waktu selama tiga bulan. Setelah itu, bibit siap dijual,” ucap dia.

Untuk setiap satu bibit, Wagimin mengalkulasi harga satu bonggol itu senilai Rp15.000. Setiap satu bonggol itu bisa dipecah menjadi 10 tunas di polybag sesuai pengalaman Wagimin.

Dari pemisahan itu, setiap satu tunas dalam polybag dibanderol Rp5.000, sehingga omzetnya mencapai Rp50.000 dengan modal awal Rp15.000 ditambah tenaga dan polybag.

“Berarti kami dalam kurun tiga bulan, satu bibit bonggol mendapat keuntungan kurang lebih Rp25.000. Kalau jumlah bibitnya ada 1.000 polybag, jadi Rp25 juga. misal dibagi tiga, satu bulannya sekitar Rp8 juta,” ucap dia.

Wagimin menganggap budi daya pisang Cavendish itu bisa memberikan pendapatan luar biasa bagi warga sekitar, yang setara empat kali upah minimum pekerja di Boyolali.

Supel dan Ramah

“Tani pisang saya jamin tidak akan merugi jika sudah mengikuti SOP yang ada. Tentunya dengan niatan yang baik, untuk mengentaskan kemiskinan, mengentaskan pengangguran, saya yakin Allah SWT akan bantu kami,” tandasnya.

Pemasaran pisang Cavendish milik Wagimin sudah menyasar 14 kabupaten/kota meliputi Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Pacitan, Semarang, Grobogan, Demak, Purworejo, Jogja, Semarang, Bandung, Blora, dan Karanganyar.

Wagimin bersama mitra dari 14 kota/kabupaten telah menanam lebih dari 100.000 bibit pisang Cavendish. Sedangkan produk olahan pisang Cavendish, selain keripik pisang coin, juga ada bolu pisang Cavendish Babe yang dijual seharga Rp40.000 per buah.

Kepala Desa/Kecamatan Andong, Solikul, saat dihubungi Solopos.com, mengaku sangat kehilangan rekan kepala desa yang supel dan ramah. Diketahui, Wagimin baru menjabat satu periode ini yang seharusnya berakhir pada 2025.

Mendiang Wagimin meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Jenazah Wagimin dimakamkan di Permakaman Dukuh Miribosok, Desa Pranggong.

Menurut Solikul, Wagimin sudah 1,5 tahun ini menjalani cuci darah dua kali sepekan. “Beliau sudah 1,5 tahun cuci darah sepekan dua kali di rumah sakit Solo,” jelasnya.

Solikul menjelaskan pada Selasa (2/4/2024) malam, Wagimin dibawa ke RSUD dr Moewardi Solo dan langsung dirawat di ICU. Kemudian, pada Rabu sekitar pukul 10.00 WIB, Wagimin yang berusia 53 tahun meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya