SOLOPOS.COM - Punden Tanjungsari di Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten. (ceper.klaten.go.id)

Solopos.com, KLATEN — Desa Dlimas di Kecamatan Ceper, Klaten, memiliki Punden Mbok Rara Tanjungsari yang keberadaannya dikaitkan dengan mitos dua putri dari kerajaan. Setiap tahun, tepatnya pada Jumat Wage bulan Sura, warga desa tersebut mengadakan upacara ritual bersih desa di punden itu.

Upacara tradisi ini mampu menarik banyak orang untuk berkumpul sehingga menjadi potensi wisata budaya dan religi yang layak untuk dikembangkan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dilansir tesis berjudul Upacara Bersih Desa Tanjungsari Dukuh Dlimas Desa Dlimas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten karya Teky Dwi Ana Sari dari program Magister Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang diunggah di laman lib.unnes.ac.id, pada abad ke-18, wilayah Dlimas masih berupa dukuh kecil (trukan) yang dihuni beberapa keluarga.

Sesepuh dukuh tersebut bernama Ki Demang Rawatmejo. Pada suatu saat datang seorang kerabat Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Ketika sampai di dukuh tersebut, kerabat Keraton itu melihat pohon delima berwarna kuning seperti emas.

Sejak itu lah dukuh itu dinamakan Dlimas. Sedangkan kerabat Keraton yang datang dan menemukan pohon delima itu dijuluki Ki Dlimas. Desa Dlimas yang terdapat Punden Tanjungsari ini terletak di sebelah barat pabrik gula Ceper, Klaten, kala itu.

Konon sebelah barat desa itu merupakan ladang alang-alang yang di tengahnya tumbuh pohon tanjung. Dari arah pohon itu, setiap malam Jumat Kliwon muncul cahaya yang bisa dilihat beberapa warga.

Ki Demang Rawatmejo dan beberapa warga mendatangi pohon itu pada suatu malam Jumat Kliwon dan mendapati ada seorang wanita cantik bersandar di pohon sembari mengucap “tanjungsari” beberapa kali. Kemudian wanita itu menghilang begitu saja.

Bersamaan dengan itu, penduduk Dlimas terserang penyakit (ambah-ambah pagebluk) dan banyak orang yang meninggal. Ki Demang kemudian bertapa untuk meminta petunjuk supaya rakyatnya tidak tertimpa bencana.

Ki Demang bertapa selama 21 hari dan dalam pertapaannya ia didatangi dua orang putri bernama Roro Tanjungsari dan Nyi Payung Gilap yang ternyata pepunden, dhanyang, alias penunggu Desa Dlimas.

Melalui sang putri, Ki Demang mendapat petunjuk untuk keluar dari musibah, setiap malam Jumat Kliwon atau Jumat Wage bulan Sura yang merupakan bulan kelahiran kedua putri itu, seluruh penduduk Dlimas harus melaksanakan Caos Sesaji di bawah pohon tanjung.

Asal-usul 2 Putri Kerajaan

Setelah melakukan caos sesaji itu, semua penyakit dan pagebluk hilang. Sejak saat itu, setiap tahun penduduk Dlimas, Ceper, Klaten, selalu melakukan bersih desa dan caos sesaji yang dinamakan Upacara Bersih Desa di Punden Tanjungsari sampai sekarang.

Mengenai sosok dua putri itu, laman ceper.klaten.go.id menyebut keduanya merupakan putri dari Kerajaan Majapahit. Alkisah pada waktu pecahnya Kerajaan Majapahit, ada dua orang putri kerajaan bernama Roro Tanjungsari dan Roro Payung Gilap lolos dari kesasar sampai di desa yang masih berupa hutan.

Karena kesedihan, dua putri tersebut menangis terus menerus dan tidak makan dan minum. Lalu kedua putri tersebut hilang bersama raganya (muksa).

Sedangkan laman kemdikbud.go.id menyebut dua putri dalam mitos tentang keberadaan Punden Tanjungsari di Desa Dlimas, Ceper, Klaten, itu adalah putri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Saat pecah perang di kerajaan tersebut, ada dua orang putri kerajaan bernama Rara Tanjungsari dan Rara Payung Gilap yang lolos dari kerajaan. Mereka berdua tersesat sampai di sebuah desa yang masih berupa hutan.

Karena sedih, kedua putri tersebut terus menerus menangis, hingga tidak pernah makan maupun minum. Lama kelamaan kedua putri tersebut menghilang tanpa bekas. Dengan hilangnya kedua putri tersebut, di tempat itu lalu timbul sebatang pohon delima.

Buah dari pohon delima tersebut setelah masak berwarna kuning berkilauan seperti emas. Oleh karena itu, orang-orang yang melihatnya menyebutnya “delima emas’. Dari kata itu lah dukuh itu diberi nama Dlimas.

Saat ini, punden Rara Tanjungsari masih dirawat oleh warga Dlimas, Ceper, Klaten. Lokasi punden itu berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota Kabupaten Klaten. Punden itu berupa pohon tanjung yang di bawahnya terdapat dua patung wanita sebagai perwujudan Roro Tanjungsari dan Nyai Payung Gilap.

Di pelataran dekat punden dibangun gedung kesenian yang dipergunakan untuk pentas ketoprak, wayang kulit, hingga wayang orang setiap penyelenggaraan upacara Suran Tanjungsaren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya