SOLOPOS.COM - Korban penganiayaan oleh anggota TNI Boyolali, Slamet Andono, 25, di rumahnya, Dukuh Kadipiro, Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (11/1/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dua orang relawan Ganjar-Mahfud yang menjadi korban penganiayaan oleh anggota TNI di Boyolali kini sudah mulai pulih setelah sepekan pulang dari rumah sakit.

Mereka masih dalam proses pemulihan namun sudah bisa berkomunikasi. Solopos.com sempat menyambangi dan berbincang langsung dengan kedua korban di rumah masing-masing di Dukuh Kadipiro, Desa Genting, Cepogo, Boyolali, Kamis (11/1/2024).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Salah satu korban tersebut, Arif Diva, 20, masih ingat betul momen-momen ketika ia dianiaya oleh sejumlah anggota TNI saat melintas di depan Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Suhbrastha Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Pada Sabtu (30/12/2023) pagi itu ia pamit kepada orang tuanya untuk mengikuti sosialisasi KTP sakti oleh calon presiden nomor urut 3, Ganjar Prabowo, di Teras, Boyolali. Dari Genting, ia berangkat berombongan sekitar 20 orang.

Akan tetapi, Arif mengaku hanya sampai di sekitar SMAN 1 Teras karena mendapat informasi lokasi kampanye telah penuh. Ia kemudian pulang ke rumah bersama rombongannya, namun ia terpisah agak jauh di belakang.

Setelah melewati traffic light atau bangjo Sonolayu, korban penganiayaan oleh anggota TNI di Boyolali itu mengaku ditonjok di kepala oleh orang di jalan. Ia mengakui saat itu tidak memakai helm. Setelah ditonjok, Arif terjatuh dari sepeda motor dan saat hendak melarikan diri malah ditendang.

Arif kemudian diseret di jalan lalu dibawa ke pos sebelah barat Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Suhbrastha Boyolali. Di pos itu, lanjut Arif, ia masih dipukuli kemudian dengan dipiting ia dibawa ke pos timur dekat traffic light Sonolayu.

Di sana, Arif mengaku melihat salah satu rekan serombongannya, Slamet Andono, dengan kondisi yang sudah babak belur. Ia tak mengingat betul bagaimana bisa keluar dari pos tersebut.

Namun, dari yang ia dengar ia diselamatkan oleh Ketua DPRD Boyolali sekaligus Sekretaris DPC PDIP Boyolali, Marsono. Ia dibawa menggunakan mobil dari seberang Asrama TNI itu ke RSUD Pandan Arang Boyolali.

Kado Ulang Tahun

“Waktu itu mata saya enggak bisa melihat karena luka lebam. Yang terasa waktu itu hanya pusing. Saat ini kontrol setiap sepekan sekali, setiap Selasa, ke dokter spesialis mata,” kata dia.

Ia mengaku sebelum penganiayaan oleh anggota TNI di Boyolali itu terjadi, tidak ada pemberitahuan atau imbauan terlebih dahulu. Ia langsung dikeroyok. Arif tak mengingat betul berapa jumlah anggota TNI yang menganiayanya, akan tetapi ia menyebut lebih dari 10 orang.

Sambil tertawa kecil, Arif  menyebut kejadian itu sebagai kado ulang tahun dari TNI kepadanya karena kebetulan ia berulang tahun ke-20 pada 29 Desember 2023 atau sehari sebelum kejadian.

Ia menjelaskan peristiwa saat dirinya dianiaya sempat terekam kamera CCTV dari arah Kantor KPU Boyolali dekat Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Suhbrastha. Video itu kemudian viral di media sosial.

Lebih lanjut, mengenai enam anggota TNI yang sudah ditetapkan menjadi tersangka, Arif menyerahkan proses hukum itu kepada aparat penegak hukum dan berharap segera selesai. Namun, ia menyayangkan sikap TNI yang menganiaya dirinya dan teman-temannya.

Arif mengakui saat menjadi korban penganiayaan oleh anggota TNI di Boyolali itu memang memakai sepeda motor berknalpot brong dan tidak memakai helm. Ia mengaku menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi.

Ayah Arif Diva, Slamet Riyanto, 60, mengaku menyayangkan sikap TNI yang justru berbuat kekerasan padahal mereka adalah aparat yang paham hukum. Slamet menceritakan pada hari kejadian, ia diminta datang ke rumah sakit sambil membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Saat itu ia tak tahu alasannya. Slamet hanya mengaku merasa saat itu ada yang tidak beres. Benar saja, saat sampai di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Pandan Arang ia melihat anaknya sudah babak belur. Slamet tidak bisa berucap apa-apa.

Hatinya sesak dan air matanya terus mengalir. Slamet mengungkapkan ia dan istrinya sebagai orang tua tidak pernah memukul sang anak, akan tetapi orang lain justru menganiaya anaknya hingga babak belur.

Saat itu juga ia segera ke Denpom IV/4 Solo bersama beberapa keluarga korban lain penganiayaan oleh anggota TNI di Boyolali untuk mencari keadilan. “Semoga yang mengeroyok anak saya ditindak sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Sebagai orang tua tidak rela anak saya diperlakukan seperti itu,” kata dia.

Pesan sang Ayah

Ia pun berpesan kepada Arif Diva agar kejadian tersebut menjadi pembelajaran ketika berlalu lintas harus taat hukum yang berlaku.

Sementara itu, korban lain, Slamet Andono, 25, juga menceritakan momen-momen saat dirinya menjadi korban penganiayaan oleh anggota TNI di dekat Bangjo Sonolayu, Boyolali. Ia mengaku saat itu didatangi dua orang dan ditonjok di bagian wajah hingga satu giginya tanggal.

Ia lalu diseret dari jalan dan dibawa ke pos timur Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Suhbrastha Boyolali dan dianiaya. Saat kejadian, ia melihat beberapa orang lain termasuk Arif Diva. Ia bisa keluar dari pos itu karena dibantu Ketua DPRD Boyolali, Marsono.

Ia menjelaskan anak Marsono ikut menjadi salah satu korban. Namun, setahunya, anak Marsono tidak ikut rombongan konvoi motor melainkan memakai mobil dan membawa nasi kotak.

Saat mengetahui ada penganiayaan, anak Marsono mencoba mencari bantuan dengan mengeluarkan handphone akan tetapi malah ikut diamankan oleh anggota TNI dan dianiaya.



Soal proses hukum kepada anggota TNI yang menjadi pelaku penaniayaan itu, AndoDua kno mengatakan pasrah saja dengan aparat penegak hukum. Pada saat kejadian, Andono mengakui memakai knalpot brong dan helm.

Ia juga menyesali melanggar peraturan lalu lintas. Namun, ia menganggap sikap anggota TNI juga berlebihan saat menganiayanya.

“Misal urusan jalan raya kan hak polisi lalu lintas. Akan tetapi kembali lagi, setiap manusia pasti mempunyai emosi. Saya mengakui jika salah karena memakai knalpot brong. Namun, menurut saya tindakan mereka [TNI] berlebihan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya