SOLOPOS.COM - Buruh tani menanam padi di area persawahan Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Selasa (30/1/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sawah milik petani di wilayah Kecamatan Selogiri, Wonogiri, mulai basah lagi setelah kerap diguyur hujan sejak Desember 2023. Para petani pun mulai menanami lahan itu dengan tanaman padi.

Pantauan Solopos.com, Selasa (30/1/2024), para petani dan buruh tani mulai menanam padi di lahan sawah yang sudah disiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Meski lahan sudah basah, para petani di wilayah itu masih dihantui perasaan waswas setelah kemarau panjang pada tahun lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Apalagi, masa tanam ini juga mundur. Normalnya para petani di wilayah Selogiri sudah bisa menanam padi untuk masa tanam (MT) I pada November atau Desember. Namun, akibat kemarau panjang dan fenomena El Nino pada 2023, jadwal MT I padi mundur cukup jauh.

Akibatnya mereka terancam hanya bisa panen satu kali pada tahun ini. Sujiono, salah satu petani yang ditemui Solopos.com di area persawahan Selogiri pada Selasa pagi, mengaku bisa kembali bernapas lega.

Lahan sawah seluas sekitar 1,5 hektare yang dia sewa kembali bisa ditanami padi setelah wilayah itu diguyur hujan beberapa hari terakhir ini.

Cak No, begitu dia biasa disapa, mengatakan berdasarkan sumber pengairannya, sebenarnya sawah yang dia garap termasuk jenis sawah irigasi teknis. Air di sawah itu biasanya bersumber dari Waduk Tandon atau Krisak.

Akan tetapi, hingga akhir Januari 2024 ini, air dari waduk itu belum kunjung sampai di aliran irigasi sawah yang dia garap. Walau demikian, dia tetap nekat menanam padi dengan hanya mengandalkan genangan air hujan di sawahnya.

“Kalau enggak begitu, kapan mulai tanamnya. Ini saja sebenarnya sudah mundur jauh. Normalnya, November [2023] itu sudah mulai tebar benih, Desember sudah bisa tanam,” kata Cak No.

Masa Panen Mundur

Meski sudah bisa kembali menanam, Cak No masih harap-harap cemas. Dengan masa tanam yang mundur, masa panen juga mundur. Konsekuensinya, masa tanam kedua juga pasti mundur. Dia memperkirakan padi yang ditanam saat ini akan panen pada akhir April 2024 atau awal Mei 2024.

Setelah panen, petani memerlukan waktu beberapa pekan mengolah lahan sawah untuk persiapan masa tanam kedua. “Yang menjadi persoalan, pada saat MT kedua ini masih ada hujan atau sudah kemarau? Hitung-hitungan saya, Juni-Juli itu sudah mulai sulit hujan, apalagi kalau cuacanya kayak tahun kemarin,” ujar dia.

Menurut Cak No, jika melihat cuaca pada 2023 lalu, para petani bisa saja hanya bisa panen sekali dalam setahun pada 2024 ini. Kalaupun bisa menanam di MT II, potensi gagal panen cukup tinggi.

“Tahun kemari saja, panen MT kedua hasilnya tidak optimal. Walaupun enggak rugi, tetapi hanya bisa balik modal,” ungkap dia.

Bagi petani penyewa lahan seperti Cak No, jika kondisi itu terjadi, dia bisa rugi besar. Pria asal Kelurahan Kaliancar, Selogiri, itu mengaku lahan sawah 1,5 hektare senilai Rp17 juta/tahun.

Cak No menyebutkan jika pada MT II curah hujan rendah, dia terpaksa menanam tanaman lain yang tidak banyak membutuhkan air. “Bisa tanam tembakau dengan sistem kemitraan. Itu kayaknya lebih aman. Biar tidak rugi-rugi amat,” ucapnya.

Petani lainnya di Kecamatan Selogiri, Edi Catur, juga mengaku waswas dengan kondisi cuaca 2024 yang bisa berdampak pada pertanian sawah yang dia kelola.

Dia menyampaikan pada keadaan normal, seharusnya akhir Februari para petani di Selogiri sudah mulai panen. Hal itu tidak mungkin terjadi pada 2024 ini karena MT pertama saja baru dimulai akhir Januari.

Dibayangi El Nino Moderat

Bahkan meski curah hujan sudah mulai tinggi di wilayah itu, Edi masih harus mengambil air dari sungai untuk mengairi sawahnya menggunakan mesin pompa. Padahal sawah yang dia kelola itu termasuk sawah irigasi teknis dari Waduk Tandon.

Edi mengelola sawah seluas 1.000 meter persegi. ”Saya hanya petani penggarap. Hasil panen nanti dibagi masing-masing 50% untuk saya dengan pemilik lahan sawahnya,” kata Edi.

Dia menceritakan hasil panen padi MT I biasanya dia jual. Sedangkan hasil panen padi MT II untuk konsumsi sendiri. “Kalau MT II gagal panen, ya tentu berat untuk saya. Berarti harus beli beras sampai tahun depan,” ujar dia.

Kepala Bidang Produksi Pangan Dinas Pertanian (Dispertan) Wonogiri, Ridwan Jauhari, membenarkan MT I di Wonogiri mundur. Hal itu terjadi merata di Kabupaten Wonogiri.

Menurutnya, kondisi ini bisa berisiko petani hanya bisa panen sekali pada 2024 ini jika musim kemarau datang seperti biasa mulai Juni. Dispertan sudah memberikan pemahaman kepada petani untuk mengantisipasi kejadian tersebut.

Para petani diminta menanam tanaman yang lebih tahan panas seperti kedelai, kacang tanah, dan lainnya agar lahan sawah tetap produktif pada MT II.

“Tetapi preferensi petani kan beda-beda. Kebanyakan mereka, kalau tidak tanam padi itu tidak marem. Upaya antisipasi sudah kami sampaikan kepada mereka,” jelas Ridwan.

Berdasarkan Pandangan Iklim 2024 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 2024 masih ada fenomena El Nino tetapi dalam skala moderat hingga netral.



Hal itu berarti curah hujan pada 2024 cenderung normal dan lebih basah dibandingkan pada 2023. Kendati demikian, sebagian wilayah Jawa Tengah seperti Wonogiri akan mengalami curah hujan lebih rendah dibandingkan wilayah yang berada di pegunungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya