SOLOPOS.COM - Pengamen jalanan yang maju sebagai caleg DPRD Wonogiti lewat Partai Demorat, Kukuh Haryanto, tengah siaran langsung di media sosial Tiktok di rumahnya, Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Rabu (21/2/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRI — Kukuh Haryanto, 37, pengamen jalanan asal Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, menyedot perhatian warganet di media sosial TikTok setelah menjadi calon anggota legislatif atau caleg DPRD Wonogiri 2024-2029.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kukuh yang maju pada Pemilu 2024 ini lewat Partai Demokrat memperoleh suara terbanyak di antara caleg partainya di Daerah Pemilihan (Dapil) I Wonogiri. Sayangnya, akumulasi suara Partai Demokrat di dapil tersebut ternyata tidak cukup untuk memperoleh satu pun kursi DPRD Wonogiri.

Meski demikian, pencapaian Kukuh sejauh ini tetap patut diapresiasi. Strategi kampanye yang dia lakukan cukup unik dan terbilang langka di kalangan caleg Kabupaten Wonogiri. Kukuh banyak berkampanye melalui media sosial Tiktok.

Cara itu dilakukan karena keterbatasan biaya. Melalui cara itu, Kukuh mendapatkan sorotan dari warganet Wonogiri maupun luar daerah. Pengikut Kukuh di Tiktok bahkan sudah mencapai sekitar setengah juta akun dalam kurun waktu tujuh bulan menjelang Pemilu 2024.

Dalam mengikuti kontestasi Pemilu 2024, Kukuh mengaku sangat serius. Meski begitu, pengamen tersebut sudah siap kalah dan tidak jadi anggota DPRD Wonogiri. Yang terpenting, menurut Kukuh, adalah dia sudah menjalankan proses demokrasi secara konstitusional.

“Ada hal lain yang saya dapatkan dalam mengikuti Pemilu 2024 ini. Saya belajar banyak hal, belajar elektoral. Selain itu, saya mendapatkan hal yang tidak terduga sebelumnya, yaitu cukup dikenal di media sosial Tiktok. Itu bisa menjadi modal saya kelak,” kata Kukuh kepada Solopos.com, Selasa (27/2/2024).

Kukuh pun mengatakan siap mencoba maju kembali pada Pemilu 2029 jika gagal pada tahun ini. Seraya menunggu pemilu selanjutnya, dia akan tetap mengamen. Selama ini, Kukuh menjadi pengamen jalanan di Wonogiri dan sekitarnya.

Mengamen dari Rumah ke Rumah

Pada Sabtu-Minggu, dia biasa mengamen di objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Di luar hari itu, dia mengamen dengan membawa gitar dari rumah ke rumah.

kukuh caleg pengamen wonogiri
Pengamen jalanan yang maju sebagai caleg DPRD Wonogiri lewat Partai Demorat, Kukuh Haryanto, berfoto dengan baliho dirinya di rumahnya, Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Rabu (21/2/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Saat berkampanye, Kukuh juga menampilkan dirinya apa adanya sebagai pengamen. Konten-konten videonya di Tiktok pun menampilkan sisi genuine dirinya. Dia menggabungkan profilnya sebagai orang desa, anak petani, pengamen, sekaligus caleg. Dengan rambut gimbal panjang dan kadang bertopi caping ala petani, membuat karakter dia semakin kuat.

Sebagai informasi, Kukuh maju sebagai caleg DPRD Wonogiri lewat Partai Demokrat di Dapil I. Ia memperoleh suara terbanyak di partainya di dapil tersebut. Perolehan suaranya berdasarkan data sementara di laman pemilu2024.kpu.go.id dengan data suara masuk sebesar 69,4% per Kamis (22/2/2024) hampir 1.000 suara.

”Kalau tidak jadi [anggota] dewan, saya akan ngamen lagi. Tapi ngamen di TikTok dengan cara live TikTok. Saat kampanye, saya live TikTok tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam. Nanti kalau ngamen beneran bisa jadi seharian live di sana, hahaha,” ungkap dia.

Menurut Kukuh, penghasilannya dari mengamen saat berkampanye di TikTok cukup lumayan. Dengan tiga kali live sehari, dia bisa mendapatkan uang sampai ratusan ribu rupiah. Bahkan, pernah dalam sekali live yang hanya beberapa menit ia mendapatkan sekitar Rp700.000.

“Kalau live itu pasti ada saja yang nyawer. Saya tidak tahu, apakah itu memang sudah menjadi budaya mereka untuk nyawer atau bagaimana. Saya juga awalnya kaget. Mereka gampang saja itu untuk ngasih gift di TikTok,” ucap dia.

Sejak Lama Tertarik ke Politik

Selain di TitTok, dia juga mengatakan akan tetap mengamen secara offline. Hal itu agar tubuhnya tetap bergerak dan sehat. “Tetapi paling pas Sabtu-Minggu saja di WGM. Kalau hari lainnya di TikTok saja. Lumayan itu, daripada panas-panasan di jalan,” katanya.

Kukuh menceritakan sebenarnya sudah lama tertarik terjun ke politik. Bahkan sejak Pemilu 2019 dia sudah ingin maju sebagai caleg tetapi belum kesampaian. Dia menjadi kader Partai Demokrat baru satu tahun.

Semula dia hanya sebagai saksi dari partai tersebut. Saat partai membuka penjaringan caleg, dia mendaftar dan dinyatakan lolos.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Wonogiri, Wawan Haryono, mengatakan partainya berusaha mewadahi semua kalangan dengan berbagai latar belakang untuk menjadi wakil rakyat. Kukuh, menurutnya, adalah representasi dari seniman di Wonogiri.

pengamen caleg dprd wonogiri
Pengamen yang nyaleg DPRD Wonogiri, Kukuh Haryanto (kiri), berfoto bersama mantan Presiden SBY di salah satu rumah makan di Wonogiri, belum lama ini. (Istimewa/Dokumentasi pribadi Kukuh Haryanto)

Dia menilai Kukuh memiliki karakter dan cita-cita yang kuat, sehingga Partai Demokrat memilihnya untuk menjadi caleg. Menurut dia, Kukuh banyak memberikan kontribusi terhadap perolehan suara Partai Demokrat di Wonogiri.

Melihat potensi itu, Kukuh pun diproyeksikan menjadi calon anggota DPR RI pada Pemilu 2029 mendatang. Dia menyebutkan potensi Kukuh yang begitu besar sehingga sangat sayang jika hanya berkontestasi di skala kabupaten.

Fenomena

“Jujur saja, saya telat melihat potensinya Mas Kukuh. Kalau saja kepopuleran dia meledak beberapa bulan sebelum Pemilu. Saya mungkin bisa mempunyai strategi berbeda untuk dia. Di Dapil I Wonogiri, menurut perhitungan kami, dia urutan 12, hampir saja dia lolos ke DPRD Wonogiri karena kuota kursi di dapil itu ada 11 kursi,” kata Wawan.

Pengamat Politik Wonogiri, Bambang Tetuko, menyampaikan Kukuh Haryanto adalah fenomena. Sebagai seorang caleg, Kukuh cukup berhasil mendapatkan sorotan. Tetapi sayangnya perhatian itu masih sebatas di media sosial. Masyarakat akar rumput yang menjadi konstituen malah belum tersentuh dengan caranya berkampanye.

Menurut Bambang, viral di media sosial adalah satu hal, namun bisa memengaruhi konstituen untuk memilihnya adalah hal lain. Pada kenyataannya, tidak ada koherensi antara viral dengan perolehan suara yang dia dapatkan di Wonogiri.

Di sisi lain, kerja elektoral adalah kerja bersama. Artinya antarcaleg harus bergotong-royong mendulang suara untuk partainya, sehingga bisa mendapatkan jatah kursi.



“Kalaupun ada pengaruhnya, saya yakin itu tidak banyak. Saya pikir mereka yang memilih dia juga belum tentu tahu apa visinya. Bisa juga orang memilih dia karena pengin beda saja dengan yang lain atau memang pengin slengean,” jelas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya