SOLOPOS.COM - Bayan Pandak, Sidoharjo, Sragen, Heri Bangun Santoso, menunjukkan lokasi patok di bawah pohon trembesi di Dukuh Pojok, Desa Pandak, Sidoharjo, Sragen, Jumat (24/5/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN-Sebuah patok yang diperkirakan sepanjang 2 meter terbuat dari batu tertancap di tanah bawah pohon trembesi di Desa Pandak, Sidoharjo, Sragen. Patok batu itu berbentuk segi delapan dengan lebar 20 cm dan panjang 25 cm. Lokasi patok itu terletak sekitar 150 meter dari Bengawan Solo.

Patok tersebut terletak di Dukuh Pojok, Desa Pandak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Ada pagar besi yang mengurung patok itu. Di luar pagar besi itu terdapat plakat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen yang bertuliskan Lingga Pandak yang dipasang pada 2019 lalu. Warga sekitar menyakini batu itu sebagai patok bukan lingga. Keyakinan ini berasal dari kisah para sesepuh warga setempat mengenal patok itu dengan sebutan Mbah Weru.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Mantan Sekretaris Desa (Sekdes) Pandak, Sidoharjo, Sragen, Jumadi, 77, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (24/5/2024), mengatakan sejak masih kecil pada tahun 1949 wujud pohon trembesinya sudah sebesar itu dan patoknya juga sudah ada seperti itu. Dia tanya ke bapaknya dan simbahnya bahwa tempat itu diberi nama petilasan Mbah Weru.

“Dari cerita bapak dan simbah, tempat itu merupakan tempat pertemuan para priayi. Pada kala itu belum ada pemerintahan seperti sekarang tetapi masih berupa kerajaan. Priayi itu siapa tidak diketahui. Kemudian oleh simbah-simbah dulu dilestarikan sebagai tempat untuk sedekahan setelah habis tanam dan habis panen dengan istilah sadranan,” ujar Jumadi.

Dia berpendapat sedekahan itu dilakukan sebagai wujud syukur kepada Allah bahwa hasil panennya berkah dan tanaman padinya baik. Dia mengatakan niatnya baik dan masih ada warga di RT 003 dan RT 004 yang masih melestarikan tradisi itu sampai sekarang. “Saat sadranan itu ya bawa panggang bucu dan kemudian dibagi-bagikan. Saya masih menghormati hal itu. Niatnya terima kasih kepada Allah atas hasil panen yang bisa dinikmati keluarga, selama ini bisa cukup, bahkan lebih. Dua kali sadranan itu mengambil weton Jumat Pon,” jelasnya.

Jumadi mengisahkan dulu tanam padi manggi, tanamnya pada bukan Oktober kemudian panen pada Mei. Sekarang tanam padi bisa panen sampai tiga kali. Jumadi pensiun jadi Sekdes pada 2013 dan menjabat sejak 1975.

Bayan Desa Pandak, Sidoharjo, Sragen, Heri Bangun Santoso, juga membenarkan cerita tentang patok itu. Dia mengatakan di bawah pohon trembesi itu juga ada bekas bangunan SDN Pandak tetapi di-regrouping pada tahun 2000-an. Meskipun ada pohon trembesi besar, kata dia, tidak ada cerita anak atau orang tertimpa batang trembesi. Atap bangunan SD pun, kata dia, juga belum pernah kejatuhan batang pohon.

Anggota Komunitas Brandal Sukowati Sragen, Yopi, 49, mengaku melakukan perjalanan spritual di lokasi patok Pandak tersebut. Dia mendapat gambaran bahwa lokasi itu merupakan tempat penyiapan pasukan oleh Pangeran Mangkubumi bersama sembilan tumenggung. Dia mengatakan jumlah pasukannya ribuan orang dengan berbaris sampai di timur Balai Desa Pandak sekarang. Setiap pasukan, kata dia, membawa senjata berbeda-beda.

“Pasukan itu disiapkan untuk melawan Kumpeni. Di sebelah barat patok itu ada pendapa yang cukup besar. Di pendapa itulah menjadi tempat pembagian tugas kepada sembilan tumenggung. Kedatangan Pangeran Mangkubumi dikawal Tumenggung Alap-alap disambut Demang Sokowati. Nama panjangnya Demang Soko Wat Setiati,” ujar Yopi saat berbincang di Angkringan Ki Ageng Srenggi Taruna Sragen, Jumat sore.

Dia menggambarkan pendapa yang besar itu dan di bagian depannya ada simbol burung elang Jawa atau sering disebut burung alap-alap. Dia menyatakan di pendapa itulah Pangeran Mangkubumi didaulat sebagai Adipati Sokowati. Dia mencurigai ada petilasan Mbah Soko di Plasan, Singopadu, yang kemungkinan makam Demang Sokowati itu.

“Jadi tempat pemerintahan pertama yang dimaksud bukan di Pandak Krikilan, Masaran, Sragen, tetapi di patok Pandak Sidoharjo itu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya