SOLOPOS.COM - Anggota Kelompok Tani Hutan Sapuangin, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, beraktivitas di greenhouse tempat konservasi anggrek Merapi, Sabtu (4/11/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tanaman anggrek endemik Merapi di kawasan Sapuangin lereng Gunung Merapi wilayah Kemalang, Klaten, sempat berkurang drastis, baik jumlah maupun jenis spesiesnya.

Hal itu dikarenakan adanya perburuan besar-besaran pada era 1980-1990 serta terjadinya erupsi besar Gunung Merapi tahun 2010. Atas dasar itulah, tumbuh kepedulian di kalangan warga Sapuangin yang masuk wilayah Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten, untuk ikut dalam upaya konservasi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sapuangin, Srijono, mengatakan sebelum erupsi 2010, ada sekitar 80 jenis anggrek di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang meliputi empat kabupaten di dua provinsi.

Pascaerupsi, jumlahnya berkurang jadi hanya sekitar 60 jenis anggrek. Namun, pengurangan jumlah maupun jenis anggrek endemik itu sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum erupsi Merapi 2010.

Pada era 1980-1990, banyak orang dari luar daerah mengambil anggrek di kawasan hutan lereng Merapi. Tak hanya anggrek, flora lainnya ikut diambil termasuk satwa seperti walang kopo.

Kala itu, warga tak mengetahui anggrek yang diambil ternyata dijual. Setelah mengetahui nilai ekonomi anggrek-anggrek tersebut, sebagian warga ikut mengambil. Lambat laun, warga setempat sadar akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati hingga mereka tak lagi ikut-ikutan mengambil anggrek.

“Kalau sekarang orang luar melakukan perburuan anggrek saya kira sudah tidak ada. Karena populasi anggrek di dalam kawasan [sisi tenggara Merapi] sudah jarang ditemukan,” kata pria yang akrab disapa Jon itu saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (4/11/2023).

Jon mengatakan meski masih terhitung baru dan belum mengetahui betul seluk-beluk budi daya tanaman anggrek endemik Merapi, kelompoknya tetap berusaha menjaga eksistensi anggrek endemik Gunung Merapi itu.

anggrek endemik merapi klaten
Salah satu tanaman anggrek endemik Merapi yang ditanam Kelompok Tani Hutan Sapuangin di Tegalmulyo, Kemalang, Klaten. Foto diambil Sabtu (4/11/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Mereka terus menimba ilmu tentang budi daya tanaman hias populer tersebut serta teknologi yang bisa dilakukan untuk mengembangbiakkan anggrek.

Kultur Jaringan

“Mimpi besar kami adalah kami bisa tahu persis puluhan anggrek endemik Merapi itu apa saja, tipikal hidupnya seperti apa dan kami bisa berbuat apa. Kelak di kemudian hari anak cucu tahu akan kekayaan alam yang ada di Merapi kemudian bisa menjadi wahana edukasi dan tak menutup kemungkinan bisa menunjang ekonomi,” kata Jon.

Upaya pelestarian anggrek oleh KTH Sapuangin dilakukan di greenhouse yang didirikan pada 2022. Greenhouse itu masih sederhana. Ada sekitar 14 spesies anggrek yang dibudidayakan di tempat itu. Salah satu yang dibudidayakan yakni anggrek Vanda tricolor. Anggrek itu merupakan salah satu jenis endemik Merapi.

Salah satu pemuda Sapuangin, Yuli, 29, secara rutin ikut merawat anggrek-anggrek yang diletakkan di dalam greenhouse. “Greenhouse untuk edukasi, untuk pengembangan. Jadi yang sudah berbunga, bunganya dikawinkan supaya mendapatkan buahnya. Ketika mendapatkan buahnya di kemudian hari dikembangkan dengan cara kultur jaringan,” kata Yuli.

Yuli membenarkan kelompoknya terhitung masih baru soal budi daya anggrek. Yuli juga menjelaskan ada belasan jenis anggrek yang dibudidayakan di dalam greenhouse kelompok.

Di antaranya Vanda tricolor, Dendrodium, Javanicum, Pholidota, dan lain-lain. Menurutnya, dalam budi daya itu tidak ada treatment khusus.

“Sebenarnya anggrek tidak butuh makanan khusus. Kami tidak menggunakan treatment seperti penggunaan zat kimia. Ketika anggrek ini subur karena treatment dari zat kimia, kami takut ketika dikembalikan ke kawasan anggrek ini tidak bisa hidup dan tumbuh secara wajar dan di kemudian hari tidak bisa tumbuh,” kata Yuli.

Niatan warga Sapuangin yang dimotori kelompok pemuda itu untuk konservasi anggrek dan jenis tanaman lainnya di kawasan Gunung Merapi tak lain agar alam Merapi di dekat kampung mereka tetap asri dengan keanekaragaman hayati.

Kelak, anak-cucu mereka masih bisa menikmati suasana itu. Niatan itu sekaligus merawat pesan nenek moyang mereka yakni yen gununge ijo royo-royo, masyarakate ayem tentrem atau kalau gunungnya hijau oleh rindangnya pepohonan, masyarakatnya tenang dan tenteram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya