SOLOPOS.COM - Petilasan Mbah Arab berupa gerumbukan pohon berukuran besar yang terletak di dekat Jalan Solo-Purwodadi, tepatnya di Dukuh Karaban, Desa Sumberejo, Kecamatan Mondokan, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Pastikan Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Di ujung barat laut Kabupaten Sragen, tepatnya di Desa Sumberejo, Kecamatan Mondokan, ditemukan banyak petilasan yang mengandung cerita dan sejarah. Desa tersebut terletak di perbatasan Kabupaten Sragen dan Grobogan. Desa itu dibelah jalan Solo-Purwodadi yang merupakan jalur padat kendaraan berat.

Di pinggir jalan yang memanjang dari selatan ke utara itu terdapat petilasan tua yang konon menjadi cikal bakal Desa Sumberejo. Petilasan tersebut dikenal penduduk setempat dengan sebutan petilasan Mbah Arab.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Desa Sumberejo memiliki nama lama, yakni Desa Karaban. Nama Karaban itu erat hubungan dengan petilasan Mbah Arab yang terletak di wilayah Dukuh Karaban dan berdekatan dengan punden sentana yang juga dikenal dengan punden Karaban.

Kepala Desa Sumberejo, Sentot Nugroho, menyampaikan kepala desa (kades) pertama bernama Wiryo Diharjo yang dikenal dengan sebutan Lurah Karaban. Pada masa pemerintahan Wiryo Diharjo inilah terjadi perubahan nama desa dari Desa Karaban menjadi Desa Sumberejo.

Sentot menduga perubahan nama desa itu terjadi pada tahun 1950-an atau pascakemerdekaan. Sedangkan nama Karaban erat hubungan dengan Mbah Arab yang menjadi cikal bakal Karaban.

“Saat menjadi Desa Sumberejo, di sini tidak ada dukuh yang bernama Sumberejo. Baru pada masa Kades Salidjo, tepatnya sekitar tahun 1990-an, ada inisiasi pembentukan dukuh baru yang bernama Dukuh Sumberejo,” ujar Sentot kepada Solopos.com, belum lama ini.

Nama Mbah Arab ini diduga hidup pada masa Perang Mangkubumen. Dalam Babad Giyanti karangan Yasadipura I, sosok Mbah Arab ini identik dengan Ratu Bagus Buang dari Banten yang meminta bantuan kepada Pangeran Mangkubumi.

Indikasi itu cukup kuat karena di Desa Sumberejo ini terdapat Dukuh Duwet yang merupakan dukuh lama dan diduga pernah menjadi markas Pengeran Mangkubumi saat menggelar Perang Mangkubumen melawan kompeni.

Ketua Komunitas Pusat Studi Sukowati (Pastika) Sragen, Lilik Mardiyanto, kepada Solopos.com, Jumat (5/4/2024), menyampaikan dalam Serat Kuntharatama dan Babad Giyanti, sosok Ratu Bagus Buang ini dikenal dengan sebutan Sultan Banten yang kalah perang melawan kompeni. Akibat kekalahannya itu, Ratu Bagus Buang meminta bantuan Pangeran Mangkubumi yang kala itu sudah mendeklarasikan diri sebagai Sunan Kabanaran.

“Ratu Bagus Buang itu berperawakan mirip Pangeran Mangkubumi dan menjadi mantu Kiai Nur Iman, sosok kiai dari Gagatan. Ratu Bagus Buang ini juga mengajarkan agama Islam dan mengaji. Meskipun sosoknya orang Sunda karena mengajarkan huruf Arab saat mengaji maka warga mengenalnya dengan sebutan Mbah Arab,” ujar Lilik.

Mbah Arab tiba di Desa Sumberejo menaiki kuda. Berdasarkan cerita lisan di Sumberejo, Lilik menerangkan kuda yang ditunggangi Mbah Arab itu merupakan kuda sembrani dan pernah minum air di Sendang Gondok. Lokasi sendang itu, ujar dia, 200 meter dari Punden Karaban.

“Di sendang itu masih ada bekas telapak kuda dan moncong kuda. Barangkali karena kecepatan kuda ini kuat saat berlari seperti kuda terbang sehingga menyebutnya sebagai kuda sembrani,” kata Lilik.

Mbah Arab juga mendirikan masjid sekitar 150 meter dari punden Karaban. Dia masjid itulah Mbah Arab mengajarkan agama Islam dan huruf Arab kepada warga sekitar. “Di dekat punden Karaban itu juga ditemukan bekakas tempo dulu berupa batu lumpang dan alu. Tidak ada seorang pun yang berani mengambil. Soalnya kalau diambil orang, lumpang dan alu itu akan kembali lagi ke tempatnya semula,” kata Lilik.

Lilik mengungkapkan khusus untuk Sendang Gondok ada cerita tersendiri. Nama gondok diambil dari sosok juru kunci yang tidak dikenal namanya dengan perawakan bungkuk. Juru kunci itu mengalami kekurangan yodium sehingga menderita sakit gondok. Juru kunci itu tiba-tiba menghilang pergi ke mana dan warga setempat memberi nama sendang itu dengan sebutan sendang gondok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya