SOLOPOS.COM - Sekretaris DPC PDIP Sragen, Suparno, optimistis menambah kursi di DPRD setempat pada Pemilu 2024. Foto diambil di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) pada Sabtu (17/2/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Dinamika politik selama  Pemilu 2024 di Kabupaten Sragen dinilai seperti pemilihan kepala desa (pilkades), intens. Pemilu rasa pilkades ini dirasakan banyak calon anggota legislatif (caleg) petahana lantaran adu program dan adu ideologi kurang diminati. Yang ramai justru money politics atau politik uang diduga beredar masif dan vulgar.

Ketua DPRD Sragen, Suparno, yang maju menjadi caleg di Daerah Pemilihan (Dapil) Sragen 1 (Sragen, Sidoharjo, Masaran), merasakan betul Pemilu rasa pilkades ini. “Benturan dan kerasnya perjuangan [dalam Pemilu 2024] terasa seperti pilkades. Adu program, adu ideologi kurang diminati. Yang digandrungi malah yang instan,” tulis Suparno dalam WhatsApp yang dikirimkan kepada Solopos.com, Rabu (21/2/2024) siang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Saat ditanya instan apa yang di maksud, Suparno enggan menjawab gamblang.

Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Fathurrohman, pun merasakan hal sama dengan Suparno. Dia menyebut indikasi politik uang benar-benar terjadi dan itu yang menentukan siapa yang jadi legislator.

“Sangat besar pengaruhnya. Siapa yang punya duit, yang amplopnya besar akan jadi juara. Ada satu contoh, warga saya. Satu orang bisa mendapat delapan amplop dan setelah dibuka total nilainya Rp640.000. Orang ini pendukung setia saya. Dia bilangnya tetap memilih jenengan, Mbah. Ya, itu baru satu orang,” ujar Fathurrohman yang merupakan caleg petahana.

Saat Pilkades  indikasi money politics, menurutnya masih sembunyi-sembunyi. Tetapi pada Pemilu 2024 ini indikasi money politics terang-terangan dan seolah menghilangkan etika. Kalau berkaca pada pemilu sebelumnya, kata dia, indikasi money politics tahun ini lebih parah dan lebih masif.

“Saya jujur apa adanya. Setiap Pileg tidak pakai amplop tetapi wilayah binaan saya justru menjadi sasaran amplop yang luar biasa dan masif. Peredarannya terjadi sejak H-3 masa tenang. Bahkan pada hari H pencoblosan, pagi hari, masih beredar amplopnya,” jelas dia.

Dengan situasi dan kondisi tersebut, Fathurrohman memprediksi ada 10 petahana yang akan tumbang pada Pileg 2024, termasuk satu dari PKB. Dia melihat di Dapil Sragen 1 akan ada dua petahana yang akan tumbang.

Di Dapil Sragen 2 kemungkinan juga ada dua incumbent yang tidak bisa bertahan. Kemudian di Dapil Sragen 3, sebut dia, ada dua petahana juga yang terancam kursinya karena adanya pendatang baru.

“Dapil Sragen 4 memungkinkan ada dua petahana yang akan kalah dengan pendatang baru. Demikian pula di Dapil Sragen 5 juga ada 1-2 orang petahana yang tidak bisa bertahan. Hanya Dapil Sragen 6 yang kursi petahananya masih utuh,” jelasnya.

Di sisi lain, Fathurrohman menyebut ada tambahan kursi yang diraih tiga partai politik, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Golkar.

Caleg petahana dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sragen, Haryanto, juga menilai Pemilu kali ini rasa pilkades. Politik uang itu nominalnya bisa sampai Rp200.000-Rp350.000 per amplop, bahkan untuk kader bisa sampai jutaan rupiah. Meski begtiu, Haryanto meyakini jumlah suara PKS naik dari 15.000-an suara menjadi 18.000-an suara.

“Saya tetap optimistis jadi, tinggal menunggu perhitungan di KPU [Komisi Pemilihan Umum]. Teman-teman petahana lainnya diharapkan juga tetap lolos ke DPRD karena perolehan suara antarcaleg masih kompetitif. Bagi yang dananya tidak terbatas ya berpotensi jadi. Tetapi bagi caleg yang dananya terbatas maka wajar kalau kalah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya