SOLOPOS.COM - Katin, istri korban pembunuhan berantai di Semagar, Wonogiri, saat ditemui di rumahnya di Desa Sajen, Trucuk, Klaten, Sabtu (9/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Meninggalnya pria bernama Agung Santoso yang menjadi korban pembunuhan berantai oleh Sarmo, warga Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, masih menyisakan duka dan kemarahan mendalam bagi keluarnya di Desa Sajen, Trucuk, Klaten.

Keluarga marah karena perbuatan baik Agung Santoso kepada Sarmo dibalas dengan kejahatan hingga menghilangkan nyawa. Air susu dibalas dengan air tuba, kebaikan dibalas dengan kejahatan adalah ungkapan yang tepat untuk apa yang dialami Agung Santoso.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tak mengherankan istri Agung Santoso, Katin, 47, dan keluarganya sempat marah-marah kepada Sarmo saat datang ke Girimarto, Wonogiri, pada hari yang sama dengan pembongkaran kuburan di Dusun Ciman, Semagar, Girimarto, Wonogiri, Kamis (7/12/2023) lalu.

Saat itu, menurut cerita Katin, Sarmo, 35, hanya menunduk di dalam mobil polisi sesaat setelah melihat Katin di Polsek Girimarto, Wonogiri. Meski melihat dari kejauhan, Katin spontan emosi dan menyampaikan umpatan dengan nada tinggi kepada pria yang sudah membunuh suaminya tersebut.

Katin juga sempat bertemu dengan istri Sarmo. Emosi perempuan asal Klaten itu lagi-lagi tak bisa dibendung kala melihat istri pria asal Wonogiri yang menjadi pelaku pembunuhan suaminya.

Tak unek-uneke karena saya juga sudah emosi. Dia [istri Sarmo] bilang sumpah-sumpah demi Allah tidak makan uang suaminya dan beralasan tidak tahu-menahu,” kata Katin saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (9/12/2023) siang.

Saat pembongkaran kuburan oleh polisi di Dusun Ciman, Kamis lalu, Katin dan keluarganya tak diizinkan datang ke lokasi kuburan. Pembongkaran kuburan yang menemukan dua jenazah tinggal tulang belulang di dua tempat berbeda itu menggegerkan warga.

Dua jenazah itu, salah satunya Agung Santosa, sedangkan jenazah lain diketahui sebagai Sunaryo, warga Jatipurno, Wonogiri, yang juga hilang secara misterius pada April 2022. Sarmo membunuh kedua korban pada waktu berbeda.

Modusnya sama yakni dengan memberikan racun potasium sianida ke dalam minuman korban. Keluarga Agung membuat laporan orang hilang ke Polres Klaten sejak 2021. Sementara, Sunaryo dilaporkan keluarganya menghilang sejak 2022. Keluarga Agung sejak awal curiga Agung menghilang berkaitan dengan Sarmo.

Berawal dari Bisnis Kayu

Agung Santoso menggeluti usaha di bidang perkayuan sekitar 20 tahun di kampung halamannya Desa Sajen yang merupakan sentra industri mebel di Klaten. Semasa hidup, Agung dikenal sebagai sosok pekerja keras yang tak banyak cakap serta sangat menyayangi keluarga.

Sebelum dilaporkan menghilang, Agung yang lahir pada 1974 pergi dari rumah mengendarai sepeda motor pada Rabu (24/11/2021). Saat itu, Agung pamit kepada anak dan istrinya hendak menagih utang ke orang Jogja. Sejak itu, Agung tak pernah pulang ke rumah.

Antara Agung dan Sarmo sama-sama saling mengenal sejak setahun sebelumnya. Perkenalan mereka berawal dari pekerjaan di bisnis kayu. Sarmo seorang penebang kayu yang kemudian menjadi salah satu penyetor kayu di usaha milik Agung.

Mereka kemudian akrab dan menjalin kerja sama usaha grajen atau penggergajian kayu di Wonogiri. Sistem kerja sama yakni sama-sama menanam saham dan bagi hasil keuntungan.

Semakin hari, Agung semakin percaya kepada Sarmo karena tutur katanya yang meyakinkan. Bahkan, Agung disebut-sebut dijadikan anak angkat oleh keluarga Sarmo.

“Pak Agung cerita sama saya kenal sama Sarmo. Katanya [Sarmo] punya mbah, Pak Agung dijadikan anak angkat dan dikasih tanah di tiga tempat,” kata Katin.

Katin sempat menanyakan letak tanah tersebut. Namun, Agung menjawab semua dititipkan ke Sarmo. Sejak saat itu, Katin curiga gelagat Sarmo. Dia berpikiran suaminya hanya dibohongi oleh pria tersebut.

Beberapa bulan sebelum Agung menghilang, Sarmo kerap menghubungi Agung meminta transferan uang dengan berbagai alasan. Bahkan, dalam sehari Agung bisa menransfer uang empat hingga lima kali kepada Sarmo. Katin meyakini jumlah total uang yang sudah ditransfer kepada Sarmo mencapai Rp800 juta.

Katin beberapa kali mengingatkan suaminya agar tak menuruti permintaan Sarmo. Namun, Agung menganggap Sarmo orang baik. Katin mengatakan suaminya seperti orang bingung sejak Sarmo kerap meminta transferan uang.

pembunuhan wonogiri berantai semagar korban klaten pria
Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, menginterogasi Sarmo, Pelaku pembunuhan dua warga Klaten dam Wonogiri, saat jumpa pers di mapolres, Sabtu (9/12/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Disinggung kerja sama usaha penggergajian kayu, Katin menjelaskan setiap pekan dia sempat menerima uang dari Sarmo senilai Rp1,5 juta sebagai bagi hasil usaha. Namun, kiriman uang itu hanya berjalan sekitar tiga bulan. Sejak tak ada bagi hasil keuntungan usaha, Sarmo beralasan usahanya sedang sepi.

Adik kandung Agung, Suwartono, mengatakan antara Agung dan Sarmo saling kenal berawal dari bisnis kayu. Mereka kemudian akrab. Tak hanya dalam bisnis kayu, Agung jadi percaya klenik sejak kenal dengan Sarmo. Padahal, Agung sebelumnya tak percaya dengan hal semacam itu.

Suwartono mengatakan kakaknya sering dibombong atau dipuja-puja oleh Sarmo. Agung dianggap orang pintar bisa menyembuhkan kerabat Sarmo di Wonogiri hingga disebut-sebut diberi tanah sebagai ungkapan terima kasih.

Namun, kebaikan yang diberikan Agung dibalas Sarmo dengan kejahatan. Suwartono meyakini pujian yang diberikan Sarmo sejak awal hanya akal bulus demi memanfaatkan kakaknya.

Menuntut Keadilan

Sejak kasus pembunuhan itu terungkap, keluarga Katin beberapa kali ke Polres Wonogiri untuk memberikan keterangan. Anak pasangan Agung dan Katin juga sudah menjalani tes DNA untuk meyakinkan bahwa salah satu jenazah yang ditemukan di ladang Dusun Ciman, Semagar, itu merupakan Agung, pria yang dua tahun terakhir menghilang.

Namun, Katin sejak awal meyakini salah satu jenazah yang ditemukan merupakan suaminya karena dia mengenali pakaian yang ditemukan pada jasad itu. Keluarga Agung sangat berharap pelaku dihukum seberat-beratnya. Bahkan, mereka meminta agar Sarmo dihukum mati.



“Kalau hanya dihukum 20 tahun saya tidak rela. Kami menuntut Sarmo dihukum mati. Biar dia merasakan apa yang dirasakan oleh suami saya. Kalau bisa, biar dia merasakan diracun juga,” kata Katin.

Kaur Bin Ops (KBO) Satreskrim Polres Klaten, Iptu Umar Mustofa, membenarkan pada 2021 lalu ada warga yang membuat laporan orang hilang asal Kecamatan Trucuk. Dia membenarkan yang membuat laporan itu Katin, istri Agung Santoso.

Seperti diketahui, kasus pembunuhan berantai di Semagar, Girimarto, Wonogiri, ini terungkap berawal dari penangkapan pelaku, Sarmo, warga Dusun Ciman, Semagar, dalam kasus pencurian gergaji mesin di tempat usaha penggergajian kayu di Ngadirojo, Wonogiri.

Pencurian terjadi pada Senin (27/12/2023) dan Sarmo ditangkap sepekan kemudian atau Senin (4/12/2023). Polres Wonogiri yang memang sudah lama memantau pergerakan Sarmo karena dicurigai terkait dengan hilang warga Jatipurno, Wonogiri, menginterogasi Sarmo.

Hingga akhirnya Sarmo mengakui telah membunuh dua orang. Polres Wonogiri kemudian membongkar dua kuburan di Dusun Ciman, Semagar, Girimarto, Wonogiri, pada Kamis (7/12/2023).

Dalam konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023), Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, memastikan dua jenazah yang tinggal tulang belulang itu memang benar Sunaryo, warga Kelurahan/Kecamatan Jatipurno, Wonogiri, yang hilang pada April 2022.

Sedangkan satu jenazah lainnya yakni Agung Santosa, warga Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, yang hilang pada November 2021. Kapolres juga menerangkan tersangka pembunuhan itu, Sarmo, warga Dusun Ciman, menghabisi nyawa korban menggunakan racun sianida yang diberikan ke minuman korban.

Agung dibunuh pada Rabu (24/11/2021) di gubuk ladang jahe Dusun Dukuh Ciman. Sarmo mengaku tertekan karena terus ditagih uang bagi hasil kerja sama usaha grajen oleh Agung. Sementara, Sunaryo dibunuh pada Rabu (27/4/2022) setelah Tarawih.

Sunaryo dan Sarmo terlibat kerja sama gadai mobil. Sarmo menggadaikan mobilnya kepada Sunaryo dan malam saat pembunuhan, Sunaryo datang menemui Sarmo untuk mengembalikan mobil dan meminta uang tebusan gadai karena sudah jatuh tempo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya