Soloraya
Jumat, 1 Maret 2024 - 13:48 WIB

Puluhan Petani Gropyokan di Sawah Sawit Boyolali, Ratusan Ekor Tikus Dibasmi

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani, petugas Dinas Pertanian Boyolali, pegawai Kecamatan Sawit, dan sukarelawan melaksanakan gerakan pengendalian hama tikus di Desa Manjung dan Gombang, Sawit, Jumat (1/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Puluhan petani dari Desa Gombang dan Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, melaksanakan gropyokan hama tikus di sawah mereka, Jumat (1/3/2024). Gropyokan tikus dilakukan bersama sukarelawan, pegawai Pemerintah Kecamatan Sawit, TNI, Polri, dan petugas Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali.

Dalam gropyokan tersebut, terlihat pasukan gabungan pembasmi hama tikus itu memasang jaring dan membersihkan rumput-rumput di pinggiran sawah. Sementara petani lain mengasapi lubang tikus dan sebagian lagi memasukkan air ke lubang.

Advertisement

Petugas lain telah menyiapkan kayu untuk memukul tikus yang keluar di antara lubang-lubang. Hingga Jumat siang, lebih dari 400 ekor tikus berhasil dibasmi oleh pasukan gabungan tersebut lalu dikubur.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dispertan Boyolali, Kristini Boedyarti, mengatakan hal gropyokan dilakukan dalam rangka gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus yang menyerang sawah di desa wilayah Kecamtaan Sawit tersebut.

Advertisement

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dispertan Boyolali, Kristini Boedyarti, mengatakan hal gropyokan dilakukan dalam rangka gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus yang menyerang sawah di desa wilayah Kecamtaan Sawit tersebut.

“Gerakan pengendalian serangan hama tikus ini biasanya dilakukan kelompok petani dengan cara pemberian rodentisida atau umpan beracun berupa klerat sebanyak 40 kilogram dan bantuan basmikus untuk pengasapan di lubang tikus lalu ditutup dengan tanah. Harapannya hama tikus yang di dalam lubang mati,” kata dia kepada wartawan saat ditemui Solopos.com di area persawahan Desa Gombang, Jumat.

Lebih lanjut, ia menjelaskan data yang ia miliki ada 44 hektare tanaman petani di Kecamatan Sawit yang terserang hama tikus. Terbagi menjadi lima desa yang terdampak yaitu Gombang, Kateguhan, Jatirejo, Manjung, dan Bendosari. Lalu luas waspada serangan mencapai 181 hektare.

Advertisement

Area sawah di Desa Kragilan bisa terkendali tanpa serangan karena petani dan Dispertan telah mendeteksi adanya lubang-lubang tikus lalu dibasmi sebelum menyerang tanaman padi. Selain itu, ada pula sekitar 15 rumah burung hantu (rubuha) di Kragilan untuk predator alami tikus.

Dijamin Asuransi

“Kabar terbaru untuk Nogosari dan Kragilan sudah bisa terkendali, terbukti sudah panen,” jelas dia. Kristin mengatakan gerdal akan tetap dilaksanakan hingga hama tikus berhenti menyerang petani.

Terkait padi sawah yang terserang dan sudah terkaver Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) akan mendapat klaim Rp6 juta per hektare.

Advertisement

Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sawit, Sugimin, menjelaskan di Sawit ada sekitar 500 hektare yang telah dijamin asuransi. “Harusnya per petani membayar Rp183.000 per hektare per musim, akan tetapi ini dikaver APBD Provinsi dan APBD Kabupaten Boyolali,” tambah dia.

Ia menjelaskan di Sawit juga ada sekitar 10 rubuha di Desa Tlawong dan Karangduren sehingga area persawahan di dua tempat tersebut tidak diserang tikus. Terkait data terbaru sawah yang terdampak hama tikus, ia mengaku belum memverifikasi lebih lanjut.

Data sebelumnya ada 44 hektare sawah yang diserang tikus dari total 1.200 hektare sawah yang ditanami padi di Sawit, Boyolali. Sugimin menjelaskan kerugian yang diderita petani akibat serangan tikus itu sekitar Rp7 juta-Rp8 juta per patok. Satu patok sama dengan seperempat hektare.

Advertisement

“Produktivitas padi per hektare sekitar 7 ton-8 ton, kalau ada serangan ini tergantung serangannya. Kalau berat ya habis 7-8 ton, satu hektare, ya sekitar Rp20 juta-Rp30 juta, itu kalau semua rusak,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Yosotani Gombang, Gunawan, menyampaikan ada sekitar 70 petani dari Manjung dan Gombang yang turut dalam gropyokan tikus. “Data per hari ini ada tambahan 0,5 hektare, jadi di dukuh kami yang terserang sudah 4 hektare,” kata dia.

Ia menjelaskan modal tenaga, pupuk, dan bibit untuk satu hektare sekitar Rp7 juta-Rp8 juta dengan produktivitas 5 ton-7 ton dan hasil Rp30 juta-Rp35 juta. Gunawan menyampaikan para petani yang sawahnya terserang hama tikus harus gigit jari.

Selain produktivitas berkurang bahkan tidak panen, harga gabah juga turun menjadi Rp7.000 per kilogramnya. “Kalau di pasar naik itu karena ongkos biaya produksi atau operasional,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif