Soloraya
Senin, 18 Maret 2024 - 16:38 WIB

Rumpun Sari Kemuning: Alih Fungsi Kebun Teh untuk Menutup Biaya Operasional 

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PT RSK bersama DLH Karanganyar secara simbolis melakukan penanaman bibit pohon di area perkebunan teh pada Senin (18/3/2024). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — PT Rumpun Sari Kemuning (RSK) selaku pemegang hak guna usaha (HGU) perkebunan teh di Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar akhirnya angkat bicara terkait alih fungsi lahan untuk kawasan usaha kafe dan wisata.

Direktur PT RSK, Walidi, menyampaikan alih fungsi lahan untuk pengembangan wisata dan usaha tidak menyalahi aturan. Dalam ketentuannya, lahan perkebunan untuk pengembangan wisata atau tempat usaha diperbolehkan asal tidak melebihi 30% luas lahan keseluruhan.

Advertisement

Sementara alih fungsi lahan untuk wisata dan usaha di perkebunan teh Ngargoyoso sampai saat ini tidak melebihi 10%. “Jadi sebenarnya kecil sekali. Dan ini memang diperbolehkan dari pemerintah untuk wisata dan usaha itu,” kata Walidi di sela Gerakan Penanaman 5.000 Bibit Pohon di kawasan Jl. Margo Lawu perkebunan teh Ngargoyoso pada Senin (18/3/2024).

Walidi menyebut alih fungsi lahan perkebunan teh untuk kawasan wisata yang sudah dilakukan seperti pembangunan Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills. Kemudian berjalan pembangunan pondok pesantren, resto, dan juga area parkir di kawasan Jl. Margo Lawu. Namun pembangunan tersebut untuk sementara dihentikan karena ada permintaan warga. Dia menyesalkan penghentian pembangunan tersebut.

Advertisement

Walidi menyebut alih fungsi lahan perkebunan teh untuk kawasan wisata yang sudah dilakukan seperti pembangunan Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills. Kemudian berjalan pembangunan pondok pesantren, resto, dan juga area parkir di kawasan Jl. Margo Lawu. Namun pembangunan tersebut untuk sementara dihentikan karena ada permintaan warga. Dia menyesalkan penghentian pembangunan tersebut.

Kerja sama dengan investor ini, diakuinya mampu menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Sebelumnya, Walidi mengatakan PT RSK mengalami defisit mencapai ratusan juta rupiah.

“Uang perusahaan habis untuk menggaji pegawai. Kita kalau tidak untuk tempat usaha dan wisata, wis kembang kempis. Penjualan produk daun teh kurang menyuplai kebutuhan itu, karena banyak gulmanya,” kata dia.

Advertisement

Kondisi berbeda saat musim penghujan produksi daun teh mencapai 5 ton per hari. Dengan pertimbangan itu, dia mengatakan pendapatan perusahaannya kini tak hanya dari hasil kebun teh. Melainkan pemanfaatan lahan untuk wisata, kafe dan warung makan kekinian.

Kemitraan dengan investor dibutuhkan PT RSK untuk menambal kerugian. Namun saat ditanya siapa saja PT RSK bermitra serta berapa besaran nilai kontraknya, Walidi mengaku bukan ranahnya.

“Total luasan lahan perkebunan teh yang dikelola PT RSK 423 hektare [ha] tersebar di Desa Segorogunung dan Kemuning di Kecamatan Ngargoyoso serta Desa Gumeng Kecamatan Jenawi. Dari lahan itu tidak sampai 10 persen untuk usaha wisata,” katanya.

Advertisement

Lebih lanjut Walidi mengatakan pihaknya melakukan gerakan penanaman pohon sebagai upaya reboisasi menyeimbangkan alam akibat alih fungsi lahan. Pihaknya menargetkan penanaman 5.000 bibit pohon. Ditahap pertama ini, ada 1.000 bibit pohon jenis sengon, matoa, dan suren yang ditanam. Selanjutnya pada Juni nanti akan dilakukan penanaman pohon teh.

Kabid Pengendalian dan Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Hartono meminta PT RSK lebih serius melakukan reboisasi. Sebab, bibit tanaman yang disiapkan kurang layak.

“Bibitnya harusnya ketinggian 60 cm lebih. Yang sekarang kurang dari itu. Khawatirnya rusak sebelum tumbuh,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif