SOLOPOS.COM - Sukarelawan memadamkan api yang membakar kawasan hutan Perhutani di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Sabtu (21/10/2023). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN – Kawasan hutan milik Perhutani di wilayah Klaten yang terbakar selama kemarau ini mencapai hampir 160 hektare. Lahan hutan yang terbakar itu kebanyakan berada di wilayah Kecamatan Bayat.

“Kalau kejadian kebakaran hutan yang termonitor hampir sekitar 32 kali. Kalau sama yang tidak termonitor bisa lebih. Untuk total luasan hampir 160 hektare,” kata Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cawas, Heri Setya Utama, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (21/10/2023) malam.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Heri mengatakan bagian kawasan hutan yang terbakar rata-rata berupa daun kering, semak, serta rerumputan. Meski kejadian kebakaran tak sampai melalap pepohonan keras seperti pohon jati, peristiwa kebakaran itu bisa berdampak panjang pada kelestarian lingkungan hidup.

“Kami melihatnya bukan hanya yang terlihat terbakar. Tetapi dari kebakaran itu ancamannya ke materi tanah yang mati, binatang-binantang kecil yang seharusnya membantu proses pertumbuhan ikut mati, dan banyak hal lainnya,” kata Heri.

Heri menjelaskan ketika materi tanah mati akibat lahan hutan yang terbakar seperti yang terjadi di Bayat, Klaten, air tak bisa meresap ke tanah hingga mengancam terjadinya banjir.

Belum lagi dampak ketika kebakaran hutan terjadi yakni asap serta peningkatan suhu udara di sekitar kawasan hutan yang terbakar. Sementara itu, Satpol PP dan Damkar Klaten mencatat ada 282 kejadian kebakaran sepanjang Januari-September 2023.

Dari jumlah itu, sekitar 140 kejadian merupakan kebakaran hutan dan lahan. Peningkatan kasus kebakaran hutan dan lahan itu terjadi terutama sejak mulai memasuki kemarau ini. Penyebabnya beragam.

Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan

Kepala Satpol PP dan Damkar Klaten, Joko Hendrawan, mengatakan kebakaran hutan terjadi di wilayah Kecamatan Bayat. Sementara kebakaran lahan kosong tersebar ke beberapa wilayah kecamatan seperti Wonosari, Ceper, dan Juwiring.

Soal dugaan penyebab kebakaran hutan dan lahan, Joko mengatakan mayoritas bermula dari pembakaran sampah. Api cepat merembet hingga tak terkendali dan membakar hutan maupun lahan kosong.

“Untuk yang belum diketahui penyebabnya ada 38 kejadian. Untuk penyebab karena puntung rokok ada tiga kejadian,” kata Joko saat ditemui di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (9/10/2023).

Joko menjelaskan di Klaten sudah terbentuk Satgas Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang berisi dari unsur pemerintahan, TNI, Polri, ormas, serta komunitas sukarelawan.

Salah satu tugas sukarelawan yakni melakukan mitigasi dengan menggencarkan sosialisasi guna mencegah kebakaran hutan dan lahan. Warga diimbau tidak membakar sampah di dekat permukiman padat penduduk.

Warga juga diminta tidak membakar ranting dan daun kering sembarangan, dilarang membuka lahan dengan membakar, serta tidak membuang puntung rokok yang masih menyala di sembarang tempat.

Jika ketahuan ada orang yang sengaja membakar hutan dan lahan bisa dipidana. Seperti dua orang pemuda yang ditangkap aparat keamanan lantaran dicurigai memantik kebakaran hutan di wilayah Kecamatan Bayat, Sabtu (21/10/2023).

Akibat kebakaran itu, sekitar 5 hektare hutan kawasan Perhutani di wilayah Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, hangus dilalap si jago merah. Kedua pemuda itu kemudian diserahkan ke polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya