SOLOPOS.COM - Sajian sego tumpang congor dan koyor Mbok Semi di Bakalan, Tanduk, Ampel, Boyolali, yang bikin ketagihan. Foto diambil Kamis (29/2/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Meski lokasinya tersembunyi di perkampungan, tepatnya di Dukuh Bakalan, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, warung Sego Tumpang Congor Mbok Semi sangat terkenal di kalangan pencinta kuliner.

Warung legendaris ini sudah ada selama lebih dari 50 tahun. Saat Solopos.com menyambangi warung tersebut pada Kamis (29/2/2024), beberapa orang tampak sedang asyik menyantap sego tumpang congor, baik di teras warung dan lesehan di dalam warung.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sedangkan dua orang karyawan sibuk menyajikan makanan kepada para pengunjung. Tampak pula pawon atau dapur dengan tungku berbahan bakar kayu di sebelah warung.

Salah satu penikmat sego tumpang congor Mbok Semi asal Desa Candi, Ampel, Hasto Putranto, 48, mengatakan sudah berlangganan di warung tersebut sejak masih SD. Hasto mengaku meski telah melanglang buana bekerja berpindah-pindah lokasi ke luar Jawa, ia selalu merindukan sego tumpang congor Mbok Semi di Ampel, Boyolali.

“Di sini khasnya memang nasi tumpang congor, masih tradisional seperti ini. Rasanya bikin ketagihan. Dimasak juga dengan [bahan bakar] kayu, sekalian nostalgia kenangan masa kecil,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi.

Walau sekarang ada penjual sego tumpang congor lain di dekat warung Mbok Semi, Hasto mengatakan yang menjadi pelopor sego tumpang congor dan koyor tetaplah warung Mbok Semi.

sego tumpang congor mbok semi ampel boyolali
Pengunjung menikmati sajian sego tumpang congor dan koyor Mbok Semi di Bakalan, Tanduk, Ampel, Boyolali, Kamis (29/2/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Ia menjelaskan dulu lokasi berjualan Mbok Semi tak seluas sekarang ini dan masih berupa gubuk kayu. Sekarang sudah berupa bangunan permanen dan terdapat teras.

Congor Dimasak 8 Jam

Sementara itu, pengelola sego tumpeng Congor Mbok Semi, Ampel, Boyolali, Sulasih, 55, menjelaskan warung tersebut didirikan oleh ibunya, Mbok Semi, sekitar 50 tahun lalu. “Mbok Semi sudah tidak ada sejak tiga bulan yang lalu. Ini diwariskan ke saya sebagai anak kandung,” kata dia.

Ia menjelaskan hanya menjual satu menu akan tetapi selalu laris manis. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 5-7 kilogram congor. Rata-rata pendapatan per hari yang ia peroleh dari berjualan di warung itu Rp750.000-Rp1,5 juta.

Pelanggannya juga dari berbagai daerah. Tak hanya Boyolali, tapi juga Solo, Semarang, Salatiga, dan sebagainya. Warungnya juga buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB sampai habis.

“Biasanya habis maksimal pukul 17.00 WIB, banyak pegowes juga datang ke sini. Komunitas moge juga pernah datang ke sini dari Solo. Presiden Jokowi sudah beberapa kali beli, tapi yang datang utusannya,” kata dia.

Lebih lanjut, Lasih mengatakan sambal tumpang dibuat dari bahan tempe busuk sama seperti umumnya. Serundeng kelapa yang disajikan juga berasal dari kelapa yang ia parut secara manual tanpa alat mesin.

Menurutnya, rasa parutan kelapa dari mesin dan tangan berbeda. Lebih terasa gurih dengan manual karena santannya belum hilang.

Kemudian sajian congor sapi atau cingur direbus dengan bumbu seperti jahe, laos, ketumbar, dan gula jawa. Cingur sapi direbus dengan kayu bakar selama sekitar delapan jam hingga kaldunya keluar. Perebusan yang lama tersebut membuat tekstur congor kenyal.

“Untuk harga satu porsi Rp25.000, sudah dapat tumpang, congor, semuanya. Dapat teh juga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya