Soloraya
Jumat, 17 November 2023 - 17:05 WIB

Sejarah di Balik Monumen Gerakan Sayang Ibu di Alun-alun Karanganyar

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Monumen GSI berada di Alun-alun Karanganyar dibangun untuk memperingati Gerakan Sayang Ibu. Foto diambil belum lama ini. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tidak banyak orang yang tahu bahwa di kawasan Alun-alun Karanganyar terdapat Monumen Gerakan Sayang Ibu (GSI). Mungkin salah satu penyebabnya adalah monumen ini tertutup lapak pedagang kaki lima (PKL) terutama pada sore hingga malam hari.

Jadinya, keberadaan Monumen Gerakan Sayang Ibu seolah menjadi terabaikan. “Tidak tahu itu monumen apa. Saya hanya tahunya ada prasasti batu,” kata salah satu PKL, Parno, 42, yang berjualan di alun-alun.

Advertisement

Asisten II Setda Karanganyar, Titis Sri Jawoto, mengatakan monumen itu dibangun pemerintah pada 1996 untuk memperingati Gerakan Sayang Ibu. Monumen berupa prasasti batu itu ditandatangani oleh Presiden Soeharto. Kemudian direvitalisasi Pemkab Karanganyar saat era pemerintahan periode pertama Bupati Karanganyar, Juliyatmono, pada 2016.

“Monumen berupa sebongkah batu yang terletak di dalam pendopo terbuka. Di atas batu ini terdapat patung seorang ibu yang tengah menggendong anaknya,” kata Titis ketika berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu.

Advertisement

“Monumen berupa sebongkah batu yang terletak di dalam pendopo terbuka. Di atas batu ini terdapat patung seorang ibu yang tengah menggendong anaknya,” kata Titis ketika berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu.

Keberadaan Monumen Gerakan Sayang Ibu ini dinilai menambah daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Karanganyar. Tak sedikit wisatawan yang memanfaatkan spot ini untuk berfoto. Pendopo dilengkapi dengan lampu sorot modern di bagian lantainya.

Pemkab juga melengkapi kawasan tersebut dengan toilet yang dibangun di bawah tanah. Keberadaan lapak PKL kuliner di sekitar lokasi, lanjut dia, memang melengkapi kawasan Monumen Gerakan Sayang Ibu.

Advertisement

Titis mengakui Monumen ini belum banyak diketahui masyarakat. Apalagi sejarah di balik dari monumen tersebut. Dikatakan Titis, Monumen Gerakan Sayang Ibu diresmikan pada tanggal 22 Desember 1996. Monumen ini di bangun sebagai simbol gerakan nasional untuk mempercepat angka penurunan kematian ibu hamil dan bersalin. Selain itu meningkatkan sumber daya dan kualitas wanita dalam kehidupan bermasyarakat.

“Sebelum direvitalisasi, monumen itu tidak terawat. Sekarang jauh lebih baik,” kata dia.

Monumen Gerakan Sayang Ibu ditandatangani Presiden ke-2 RI, Soeharto, menurut Titis, bukan tanpa alasan. Kabupaten Karanganyar disebut memiliki kedekatan dengan keluarga Soeharto. Apalagi setelah meningal, Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah atau atau lebih dikenal dengan panggilan Ibu Tien Soeharto, dimakamkan di Karanganyar, tepatnya di Astna Giribangun, Kecamatan Matesih.

Advertisement

Kini Astana Giribangun menjadi salah satu tujuan wisata ziarah di Bumi Intanpari. Tak hanya Soeharto dan istrinya, keluarga dan kerabatnya juga dimakamkan di kompleks permakaman tersebut.

Astana Giribangun terletak di bawah Astana Mangadeg. Astana Mangadeg merupakan kompleks permakaman keluarga Pura Mangkunegaran. Di dalam Astana Mangadeg, terdapat makam Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Sri Mangkunagoro I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyawa.

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Asale Sejarah Karanganyar
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif