Soloraya
Jumat, 15 September 2023 - 19:52 WIB

Separuh Warga Sekitar TPA Tanggan Sragen Tak Konsumsi Air Sumur, Ini Alasannya

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga di Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, menunjukkan kualitas air sumur di seputaran TPA Tanggan yang bersih tidak berbau, Jumat (15/9/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Terik sinar matahari menyengat saat Yanto pulang dari masjid yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya, Jumat (15/9/2023). Ia langsung menuju ke belakang rumah untuk membasuh kaki mengurangi gerahnya siang itu.

Air di kamar mandinya mengalir deras. Air itu dari sumur dalam yang terletak sekitar 200 meter sebelah utara rumahnya. Yanto merupakan salah satu dari 76 keluarga di RT 004, Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Gesi, Sragen, yang mendapat manfaat dari sumur dalam swadaya yang dibangun warga empat bulan lalu.

Advertisement

Sebelumnya, mereka memanfaatkan sumur dalam di dekat Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Tanggan. Sumur itu dibangun 25 tahun silam tetapi sejak kondisi airnya keruh. Sumur akhirnya dipindahkan sekitar 50 meter dari lokasi lama.

Hampir setiap rukun tetangga (RT) di Desa Tanggan memiliki sumur dalam sendiri-sendiri. Bahkan di Dukuh Kopen, satu RT memiliki dua sumur dalam. Di radius 1 km seputar TPA Tanggan ada lima sumur dalam di empat RT.

Advertisement

Hampir setiap rukun tetangga (RT) di Desa Tanggan memiliki sumur dalam sendiri-sendiri. Bahkan di Dukuh Kopen, satu RT memiliki dua sumur dalam. Di radius 1 km seputar TPA Tanggan ada lima sumur dalam di empat RT.

“Air sumur itu bagus, bening. Meski dekat TPA, air di sini tidak berbau dan tidak berasa, tetapi kandungan kapurnya tinggi. Bahkan yang jauh dari TPA juga memiliki air dengan kandungan kapur tinggi. TPA itu tidak mempengaruhi kualitas air di lingkungan sekitar,” ujar Yanto saat berbincang dengan wartawan, Jumat siang.

Pria 64 tahun ini mengungkapkan gangguan dari TPA itu hanya persoalan bau yang tidak sedap. Terlebih di saat musim penghujan, baunya lebih menyengat lagi sampai warga tidak bisa tidur.

Advertisement

“Sekitar 80% keluarga di lingkungan RT 004 ini membeli air jerikenan. Sekilas memang terlihat bening dan bagus, tetapi saat direbus maka baru terlihat ada kerak yang menempel. Meskipun demikian ada yang tetap mengonsumsi air sumur itu untuk memasak dan minum,” jelas Yanto.

Keterangan Yanto dibenarkan Kepala Desa (Kades) Tanggan, Mulyanto. Separuh warga Desa Tanggan membeli air untuk kebutuhan memasak. Khusus di wilayah Jatisari, persentasinya lebih banyak lagi, sampai 80%. Air yang dibeli berasal dari  lereng Gunung Lawu.

Warga Tanggan sudah sadar untuk menjaga kesehatan dengan tidak meminum air mengandung kapur. “Secara kasat mata tidak terlihat, ya bening begitu. Sumur swadaya selain di Jatisari ada di Ngeren satu unit, Sogan satu unit, dan Kopen dua unit. Lima sumur itu berada di radius 1 km seputaran TPA Tanggan,” katanya.

Advertisement

Sebulan lalu, Mulyanto sudah meminta puskesmas untuk mengecek kandungan air sumur tetapi hingga kini hasilnya belum diketahui. Dia berharap pengecekan kualitas air itu dapat dilakukan secara berkala, misal enam bulan sekali untuk memberi kenyamanan warga yang menggunakannya

“Sekarang penjual air dari Lawu banyak. Di Kebayanan IV saja ada empat penjual air. Di Jatisari ada 1-2 orang. Semua laku karena satu jeriken 20 liter itu hanya Rp3.500. Untuk kebutuhan keluarga itu tergantung besar kecilnya keluarga. Ada yang sebulan enam jeriken, ada sebulan hanya 4-5 jeriken,” katanya.

Sementara itu pengelola sumur dalam, Suyono, 46, menyampaikan setiap rumah tangga dikenai retribusi Rp1.000 per 1 meter kubik air. Dengan tarif segitu, kata dia, masih bisa menutup biaya operasional.

Advertisement

“Jaringan pipanya saja mencapai 4 km. Belum lagi listriknya, pompanya, dan seterusnya, semua membutuhkan pemeliharaan. Watermeter juga belum tertata. Kami berharap bisa seperti PDAM [perusahaan daerah air minum],” harapnya.

Dalam Batas Normal

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen, Rina Wijaya, menyampaikan setiap bulan ada pemeriksaan kualitas air sumur oleh Dinas Kesehatan (Dinkes). Hasil laboratoriumnya, ujar dia, menunjukkan air memenuhi syarat bakteriologi sebagai air bersih. Kandungan pH air juga di atas 7 sehingga masih dalam batas normal.

Kepala Dinkes Sragen, Udayanti Proborini, membenarkan bila Dinkes melakukan pengawasan dan pemeriksaan di sumur pantau seputar TPA Tanggan setiap bulan. Dia menyampaikan ada empat lokasi sumur yang dipantau dan juga mengambil sampel air yang digunakan masyarakat.

Berdasarkan hasil laboratorium sampel air dari sumur pantau 1 TPA Tanggan, 3 Agustus 2023, tidak berbau. tidak berasa dan suhu 29 derajat Celsius. Kemudia pH 7,3; kandungan besi (Fe) 0,17; kandungan nitrit 0,39; kandungan tembaga 0,21. Kandungan mangan melebihi ambang batas maksimal 0,5, yakni 1,59.

Pantauan sumur pantau 4 pada 6 September 2023 menyatakan air tidak berbau, tidak berasa, suhu 30,4 derajat Celsius . Kandungan pH 7,2; kandungan besi (fe) 0,56; kandungan mangan 0,51; kandungan nitrit 0,48; dan kandungan tembaga 0,18. Hasil uji laboratorium awal September menunjukkan semua kandungan di bawah ambang batas maksimal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif