Soloraya
Selasa, 19 September 2023 - 15:15 WIB

Siap-Siap! Akan Ada Tradisi Udan Dawet di Banyuanyar Boyolali, Catat Tanggalnya

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Poster informasi agenda tradisi udan dawet di Banyuanyar, Ampel, Boyolali. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah dan masyarakat Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Boyolali, bakal menggelar tradisi Kenduri Udan Dawet pada Jumat (29/9/2023) nanti. Tradisi ini sebagai kearifan lokal yang dilakukan warga Banyuanyar sebagai doa memanggil hujan.

Kepala Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, mengatakan tradisi tersebut dilaksanakan setiap tahun di Sendang Mande Rejo, Desa Banyuanyar, tiap Jumat pon saat mangsa keempat.

Advertisement

“September ini acara di Banyuanyar cukup padat, Selasa [19/9/2023] ada wisata edukasi UIN Salatiga, ada 15 dosen dan 30 mahasiswa. Lalu pada 22-23 September ada kopi darat forum komunikasi desa wisata se-Jawa Tengah, ada 200-an desa wisata. Lalu pada 29 September ada udan dawet,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Senin (18/9/2023).

Selanjutnya, ia menjelaskan tradisi udan dawet telah ada sejak ratusan tahun lalu di Banyuanyar, Ampel, Boyolali. Namun, acara tradisi udan dawet yang dibalut kirab baru digelar tiga tahun terakhir.

Pada 2023 ini, tutur Komarudin, akan dikemas dengan kirab gunungan dawet seperti tahun-tahun sebelumnya. Tradisi ini diadakan untuk meminta hujan yang membawa keberkahan bagi masyarakat Banyuanyar.

Advertisement

Tradisi udan dawet dilaksanakan dengan membuat kenduri dengan menu utama dawet. Kemudian, dawet yang telah didoakan dilemparkan ke Sendang Mande Rejo.

“Kalau melihat sejarah petilasan Keraton, kan ada Ki Ageng Yosodipuro, Ki Ageng Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan Ki Dadung Awuk. Bisa jadi Sendang Mande Rejo ini sebagai transit beliau untuk ritual para sesepuh dalam meminta hujan kepada Allah,” terang dia kepada wartawan saat ditemui di sendang tersebut, Jumat (14/10/2022).

Dawet yang disajikan, jelas Komarudin, dibuat campuran santan, cendol, dan rasa manis dari gula jawa. “Dari sisi ekonomi itu mengoptimalkan potensi lokal di sini. Dari sisi filosofi, beberapa komponen dawet adalah wujud Bhineka Tunggal Ika. Banyuanyar ini semua agama ada, semua budaya ada, jadi kami saling menghormati dan toleransi,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif