SOLOPOS.COM - Puskesmas Juwiring, Kabupaten Klaten punya inovasi Juwita 1.000 Harta untuk menurunkan angka stunting. (Istimewa/Pemprov Jateng)

Solopos.com, KLATEN — Puskesmas Juwiring, Kabupaten Klaten punya inovasi bernama Juwita 1.000 Harta yang merupakan perpanjangan dari program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.

Dilansir dari laman resmi Pemprov Jateng, dikutip Sabtu (16/9/2023), Juwita 1.000 Harta adalah singkatan dari Juwiring Tanggap 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Inovasi tersebut diciptakan untuk mengurangi angka stunting, serta kematian ibu dan bayi. Nutrisionis Puskesmas Juwiring, Sri Sugiyanti menuturkan, inovasi Juwita 1.000 Harta sudah diciptakan sejak 2013 lalu, sebagai upaya menurunkan angka stunting, menurunkan bayi berat lahir rendah, mengurangi resiko kematian ibu dan bayi.

“Inovasi Juwita 1.000 Harta ini merupakan upaya menurunkan stunting, menurunkan bayi berat lahir rendah, serta memgawal ibu hamil sampai 1.000 hari kehidupan pertama,” terangnya.

Sistem kerja inovasi Juwita 1.000 Harta, papar Sugiyanti, dengan membentuk Kampung Juwita di 19 desa yang ada di Kecamatan Juwiring. 

Tujuannya adalah mengawal dan memberi edukasi mulai dari remaja, pra nikah atau calon pengantin, kelas ibu hamil, hingga melahirkan 1000 hari pertama kehidupan.

“Semua tenaga kesehatan dan relawan di tiap desa, seperti Posyandu. Kegiatannya memberi tablet penambah darah kepada remaja putri, edukasi pranikah, berkunjung ke ibu hamil untuk menskrining, jika ada risiko maka akan dilakukan pengawalan di tingkat atas, seperti puskesmas ata ke rumah sakit. Selain itu, juga ada kegiatan demo pemberian makan bayi yang sehat, baik ASI eksklusif maupun setelahnya,” jelasnya.

Bagi ibu hamil yang telah mengikuti kelas ibu hamil, juga diberikan sertifikat dari Puskesmas setempat.

“Kami ada wisuda dan pemberian sertifikat bagi yang telah mengikuti kelas ibu hamil,” ungkapnya.

Ditambahkan, inovasi Juwita 1.000 Harta, yang dilakukan sebagai dukungan Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng itu, membuahkan hasil yang cukup signifikan. 

Dari 2013, angka cakupan program gizi mengalami tren positif pada 2021. Angka stunting, imbuh Sugiyarti, dari 13,38 persen turun menjadi 6,3 persen. 

Ibu Hamil KEK yang mulanya 19,38 persen, turun menjadi 17,6 persen, Bayi Berat Lahir Rendah 7,8 persen jadi 6,13 persen. Sedangkan kesadaran ASI Eksklusif dari 74,79 persen naik menjadi 85,81 persen, serta kesadaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dari 88,46 persen jadi 95,01 persen.

“Angka kematian bayi lahir juga turun, yang awalnya empat kasus, sekarang hanya satu kasus,” imbuhnya.

Di sisi lain, Bupati Klaten, Sri Mulyani menargetkan angka stunting di Klaten turun menjadi 11 persen di 2024 mendatang. 

Sejumlah langkah strategis harus disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten bersama seluruh stageholder dalam menekan kasus stunting.

Hal tersebut disampaikan dalam rapat koordinasi dan evaluasi upaya percepatan penurunan stunting di Pendapa Ageng Kabupaten Klaten, Senin (11/9/2023), dikutip dari laman resmi Pemkab Klaten.

Saat ini prevalensi stunting di Kabupaten Klaten berada di angka 15,36 persen dan mendapatkan peringkat ke-6 dalam penanganan stunting tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Dengan capaian tersebut dan progres penurunan stunting dari tahun ke tahun, Sri Mulyani optimis target tersebut dapat dicapai di tahun depan. 

Kendati demikian, dibutuhkan upaya strategis dan dukungan dari semua pihak agar target tersebut dapat dicapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya