SOLOPOS.COM - Pembangunan rel layang Joglo di Kota Solo memasuki tahap pemasangan erection jembatan rangka baja, Solo, Selasa (6/6/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO—Seperti biasa, kala sore, kendaraan yang melintas di simpang Joglo, Kadipiro, Banjarsari, Solo melambat. Bus, truk, motor, dan mobil hanya bisa berjalan kurang dari 10 km/jam. Namun, para pengendara segera sadar ada dua tiang baja berwarna merah setinggi 40 meter yang sudah terpasang.

Mereka maklum kemacetan yang terjadi lantaran proyek Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo yang kini sudah memasuki tahap terakhir. Bagi yang pertama melintas, hampir tidak mungkin, mata tidak terkagum dengan dua tiang merah itu. Pertanyaan di dalam hati, bagaimana kerangka baja setinggi itu bisa terpasang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bisa jadi ini akan menjadi tempat paling gagah di Kota Solo. Sebab ini merupakan rel layang terpanjang di Indonesia dengan panjang 272 meter. Guna mengetahui detail bakal ikon baru Kota Solo ini, Rabu (7/6/2023) sore Solopos.com berkesempatan berbincang dengan Project Manager PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Dendy Purbowo.

Dendy merupakan orang yang bertanggung jawab secara manajerial keberlangsungan mega proyek pembangunan Jalur KA Elevated Solo Balapan – Kadipiro di Solo. Dia mengajak Solopos.com untuk melihat desain di Kantor Proyek Wika Joglo, Kadipiro, Banjarsari, Solo, Rabu (7/6/2023).

Dari desain dan perencanaan yang ditunjukkan Dendy, Secara keseluruhan, dia menyebut ada tiga tahap pembangunan yang harus ditempuh. Tahap pertama terlebih dahulu membuat jalur kereta api. Jalur baru ini harus dibuat sebab kereta api tetap harus melintas di jalur Joglo. “Maka pada tahap awal jalur kereta perlu dipindahkan,” kata dia.

Lalu tahap kedua adalah membuat pilar-pilar jembatan yang digunakan untuk menyangga kerangka jembatan rel layang. Terakhir, tahap ketiga adalah pemasangan rangka baja yang kini sudah terpasang di dua sisi.

Pembuatan kerangka jembatan untuk rel layang dilakukan di pabrik baja Majalengka, Jawa Barat milik PT Wika Industri & Konstruksi. Di sana rangka baja sudah disusun sampai hampir selesai. “Sekitar 96% sudah jadi barangnya di pabrik, tinggal dikirim,” kata dia.

Kerangka yang panjang itu tidak dikirim sekali waktu, namun harus bertahap. Dendy menceritakan pengiriman dilakukan secara parsial atau bertahap. Dengan cara dibawa per bagian menggunakan truk, daya tempuh yang dibutuhkan dari Majalengka ke Solo berkisar satu hari

Sesampainya kerangka-kerangka berwarna merah itu di Joglo, harus langsung diangkat  menggunakan crane seberat 275 ton. Pada tahap penyusunan sampai bisa menjadi kerangka yang utuh, di sini Dendy menceritakan kesulitannya.

Sebab Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo itu didesain tanpa baut. Maka bagian-bagian kerangka harus disambung dengan cara mengelas. Pengelasan adalah tantangan tersendiri bagi para pekerja, sebab tingkat kesulitannya lebih tinggi.

“Coba tanya pekerja proyek, kalau sudah harus melakukan pengelasan, itu pasti geleng-geleng,” kata dia.

Maka para pekerja harus betul-betul memiliki keterampilan dan mental sekuat baja. Selain butuh keberanian untuk mengerjakan di atas ketinggian. Kesalahan dalam proses pengelasan juga bisa berakibat fatal.

Menurut Dendy, jika pipa-pipa konstruksi yang dirangkai itu tidak sinkron, kemungkinan terburuk akan menarik baja yang lain, dan berakhir putus. “Maka pengerjaanya butuh ekstra hati-hati,” kata dia.

Terlebih para pekerja harus bekerja di atas ketinggian. Mengerjakan pengelasan di ketinggian 272 meter, membuat para pekerja harus dibuatkan semacam habitat kerja di atas. Dendy menyebut total para pekerja di atas harus melakukan pekerjaannya selama dua kali empat jam. “Dengan skema empat jam di atas, jeda istirahat, lalu naik lagi selama empat jam,” jelas dia.

Lantaran merupakan pekerjaan dengan risiko tinggi, pihaknya harus memastikan keselamatan para pekerja. Ini diantisipasi dengan melakukan inspeksi setiap hari. Pekerja setiap pagi, harus dipastikan dalam keadaan sehat. 

“Alat-alat yang kita gunakan juga harus dicek, jangan sampai ada insiden. Terlebih Joglo merupakan tempat paling ramai di Solo. Merupakan lokasi dengan kepadatan kendaraan yang tinggi ya,” jelas dia.

Tidak sampai situ, secara teknis ruang kerja proyek sangat sempit. Mengingat bahan material dan alat yang besar, idealnya dibutuhkan ruang yang lebar. Ini membuat pengerjaan harus diatur dan dilakukan bertahap. Tujuannya agar tidak mengganggu keselamatan pengguna jalan di sekitar Joglo. “Kita pakai Crane saja sudah memakan banyak tempat,” kata dia.

Ini menjadi perhatian serius Dendy, sebab jika dipaksakan mengirim terlalu banyak material atau bahan bangunan akan berisiko membahayakan warga sekitar. Apalagi, Joglo merupakan jalan yang padat kendaraan.

Pekerjaan di luar lapangan, membuatnya harus memperhatikan kondisi cuaca. Selain akan mengganggu pekerjaan, cuaca buruk juga berisiko untuk para pekerja. Di kala Solo diguyur hujan dengan intensitas tinggi, Deddy mengerutkan dahi. Jelas proyek yang dia pimpin itu terpaksa harus berhenti sejenak. 

Sebab tidak mungkin para pekerja tetap melakukan pengelasan, padahal hujan sedang mengguyur. “Terlebih kan kalau las itu kaitannya dengan listrik,” tutur dia. Menghentikan pengerjaan proyek di kala hujan itu lebih baik, toh itu untuk keselamatan pekerja di lapangan. 

Kendala nonteknis lain yang sempat dihadapi adalah pembebasan lahan. Lahan tersebut berada di wilayah Bonorejo, Nusukan. Dia mengatakan perlu tambahan lahan sepanjang 250 meter untuk membuat detour track kereta api.

Proses negosiasi ini cukup memakan waktu karena harus melalui proses pengukuran lahan dan appraisal yakni semacam proses penaksiran harga tanah. Ketika masyarakat sudah menerima untuk dipindahkan dari pihak PT Wika turut membantu dalam proses pembongkaran dan pemindahan warga sehingga bisa mempersingkat waktu pengerjaan detour track tersebut

“Kemudian pihak Kelurahan Banjarsari, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan Joglo turut membantu sosialisasi kepada masyarakat di sekitar Joglo dampak yang timbul akibat proyek sehingga tidak menimbulkan gejolak pada saat proses pembangunan,” kata dia.

Namun kini kendala non-teknis relatif sudah tidak ada. Sehingga pengerjaan Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo kini sudah sampai 75%. Dendy memperkirakan Desember 2023 rampung. “Kita nunggu Viaduk Gilingan selesai dan dibuka, nanti baru ditutup total untuk penyambungan jembatan rel layangnya. Kabarnya Juli ini,” ujar dia.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya