Soloraya
Rabu, 4 Oktober 2023 - 17:14 WIB

Sumur Kering, Ratusan Keluarga di Tumpukan Karangdowo Klaten Krisis Air Bersih

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Klaten, memikul ember berisi air bersih bantuan dari Pemprov Jateng, Rabu (4/10/2023) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ratusan keluarga di lima RW Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Klaten, mengalami krisis air bersih akibat kekeringan di musim kemarau selama hampir lima bulan terakhir. Warga kini hanya bisa mengandalkan bantuan atau membeli air bersih.

Kepala Desa (Kades) Tumpukan, Suyamto, mengatakan sejak 2 Juni 2023 lalu, wilayah Tumpukan dan sekitarnya tak diguyur hujan. Kondisi sumur warga mengering. Alhasil, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga harus membeli.

Advertisement

“Ada lima RW yang mengalami krisis air bersih yakni RW 004, RW 005, RW 006, RW 007, dan RW 010. Ada 425 keluarga yang terdampak,” kata Suyamto saat ditemui Solopos.com di kantor desa setempat, Rabu (4/10/2023).

Per jeriken air harganya Rp3.000 dan satu keluarga butuh empat hingga lima jeriken guna memenuhi kebutuhan air bersih dalam sehari. Ada pedagang yang menjual air bersih keliling kampung di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo itu.

Suyamto mengatakan kekeringan dan krisis air bersih memang kerap terjadi di lima wilayah RW Desa Tumpukan, Karangdowo, Klaten, itu ketika musim kemarau. Ketika musim penghujan, sumur terisi. Namun, kualitas air sumur juga tidak layak konsumsi lantaran mengandung kapur.

Advertisement

Namun, warga tetap menggunakan air sumur mereka. “Ya raketang tidak layak, warga tetap mengonsumsi air sendiri. Kalau musim hujan warga agak nekat, daripada beli air. Kalau musim seperti ini, sumurnya sudah kering, tidak ada air,” jelas dia.

Kondisi kekeringan membuat mayoritas lahan pertanian di Tumpukan untuk sementara waktu tak ditanami alias dibiarkan bera. Hal itu menyusul sulitnya mendapatkan air untuk irigasi.

Terkait bantuan air bersih, Suyamto mengatakan sudah berdatangan dari berbagai pihak. Dia berharap ada solusi permanen agar persoalan krisis air bersih di Tumpukan tak lagi menjadi bencana tahunan.

Advertisement

Salah satu warga RW o10, Dukuh Tumpukan, Paiyem, 80, mengatakan selama kemarau ini mengalami kesulitan air bersih. Paiyem selama ini mengandalkan air dari sumurnya yang mengering.

Nggih ngetus sumur. Kondisi sampun garing [menunggu air sumur terisi. Kondisi sumur sudah mengering],” kata Paiyem.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif