SOLOPOS.COM - Siswa SMAN 1 Gemolong, Sragen, membuat infografis tentang toleransi dan antiperundungan di sekolah setempat belum lama ini. (Istimewa/dok. Solo Bersimfoni)

Solopos.com, SRAGEN—Organisasi nonpemerintah (NGO) Solo Bersimfoni bermitra dengan 14 sekolah formal di Jawa Tengah dalam program Sekolah Adipangastuti. Tiga sekolah di antaranya berada di Sragen, yaitu SMAN 1 Gemolong, SMAN 3 Sragen, dan SMAN 1 Sumberlawang.

Sekolah Adipangastuti merupakan model pembelajaran dengan menjunjung hastha laku yang diterapkan dalam setiap kegiatan sekolah. Pendamping/Advisor dari Solo Bersimfoni, Fauziah Lusi, kepada Solopos.com, Senin (18/12/2023), menerangkan program Sekolah Adipangastuti menargetkan setiap anak didik menjadi lebih toleran dan mempunyai identitas budaya hasta laku.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Model pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan sejak 2019 dan di Sragen dimulai pada 2021 di SMAN 1 Gemolong dan SMAN 3 Sragen. Kemudian pada 2023, ujar dia, bertambah di SMAN 1 Sumberlawang.

Fauziah menerangkan ada tiga program besar dalam Sekolah Adipangastuti, yakni pencegahan, penindakan, dan pemberian tindak lanjut.

Pada program pencegahan, jelas dia, sekolah menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tentang toleransi, antiperundungan, dan sebagainya. Dia melanjutkan sekolah juga menyelenggarakan deklarasi dengan mengundang stakeholders yang ada.

“Sekolah juga berkampanye dengan konten berisi tentang toleransi dan antiperundungan yang diunggah ke website sekolah dan akun media sosial sekolah. Bahkan konten tersebut dilombakan untuk siswa. Sekolah juga aktif sosialisasi, pembinaan, membuat film pendek atau pentas teater, menyajikan infografis yang ditempel di sudut-sudut sekolah dan seterusnya,” jelas Fauziah.

Dalam program penindakan, Fauziah menjelaskan sekolah menindak pelaku perundungan, melindungi korban, dan memberikan treatment khusus untuk mengembalikan kepercayaan dirinya.

Kemudian dalam program tindak lanjut, ungkapnya, sekolah mengundang orang tua untuk memberikan punishment kepada peserta didik yang melanggar peratusan sekolah. “Tiga program besar ini salah satunya sudah dilakukan di SMAN 1 Gemolong,” jelasnya.

Dia mengatakan di SMAN 1 Gemolong, setiap ada kegiatan melibatkan 50 siswa yang merupakan perwakilan setiap kelas.Menurutnya, SMAN 1 Gemolong dipilih sebagai Sekolah Adipangastuti karena pada 2020 pernah ada kasus perundungan siswa yang tidak memakai hijab hingga viral.

Dijelaskan Fauziah, Solo Bersimfoni kemudian hadir untuk membantu SMAN 1 Gemolong agar para siswanya menjunjung toleransi dengan menerapkan nilai-nilai budaya Jawa, hastha laku.

Dia menerangkan Sekolah Adipangastuti di SMAN 1 Gemolong sudah berjalan tiga tahun ini dan mulanya sekolah ini ditunjuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada 2021.

Dalam rilis yang disampaikan Solo Bersimfoni, Koordinator Pelaksanaan Sekolah Adipangastuti SMAN 1 Gemolong, Sragen, Arief Rahmawan, menerangkan nilai-nilai hastha laku terdiri atas guyup-rukun, gotong-royong, grapyak semanak, lembah manah, eduh pakewuh, pangerten, andhap asor, dan tepa slira.

Dia menekankan narasi pencegahan intoleransi di sekolah menjadi target utama program itu. Lewat Sekolah Adipangastuti, Arief berharap sekolah mampu menjamin setiap perbedaan itu rahmat dan wajib difasilitasi dan dihargai.

Setiap perbedaan itu, kata dia, menjadi kekuatan dan persatuan. Sekolah juga membentuk satgas khusus dalam pencegahan tindakan perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya