SOLOPOS.COM - Pengepul menimbang ikan hasil tangkapan nelayan Waduk Gajah Mungkur atau WGM di tempat pengepulan ikan Gumiwang Lor, Wuryantoro, Wonogiri, Rabu (8/11/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Hasil tangkapan ikan nelayan di Waduk Gajah Mungkur atau WGM Wonogiri meningkat signifikan saat kemarau seperti sekarang ini. Dengan hasil panen yang melimpah, harga jual ikan menurun.

Salah satu nelayan asal Wuryantoro, Joko Susanto, mengatakan saat kemarau nelayan menjadi mudah menangkap ikan di WGM. Debit air waduk yang surut membuat ruang gerak ikan semakin sempit.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tingkat kedalaman air juga semakin dangkal. Ikan-ikan di waduk berenang tidak terlalu dalam dari permukaan. Sekali menangkap ikan menggunakan perangkap jaring atau konvensional, Joko bisa mendapatkan ikan sebanyak 10 kilogram (kg), bahkan kerap lebih.

Hasil itu bisa dua kali lipat dibandingkan saat menangkap ikan pada musim penghujan dengan cara yang sama. Hanya, ikan yang didapatkan para nelayan di WGM Wonogiri lebih banyak jenis putihan seperti bader, lukas, dan tawes.

Harga jual ikan jenis putihan itu sekitar Rp5.000-Rp8.000 per kilogram ke pengepul. “Kalau kemarau begini ikan malah banyak dibandingkan saat penghujan. Tetapi yang cari ikan ya lebih banyak juga,” kata Joko saat ditemui Solopos.com di Sekretariat Kelompok Tani Nelayan Tirta Manunggal, Desa Gumiwang Lor, Wuryantoro, Rabu (8/11/2023).

Joko mengaku menangkap ikan memakai cara konvensional yakni menebar perangkap jaring biasa. Joko menerangkan saat kemarau begini, ada sejumlah nelayan yang menangkap ikan dengan cara ilegal.

Hasil Tangkapan Naik Berlipat

Mereka menangkap ikan menggunakan branjang atau alat tangkap ikan sejenis pukat. Branjang atau jaring keruk itu bisa merusak ekosistem ikan di WGM karena bisa menangkap ikan yang masih berukuran sangat kecil.

Nelayan lainnya, Yanto, mengungkapkan jumlah nelayan yang menangkap ikan di WGM Wonogiri meningkat saat kemarau. Sebab hasil tangkapan ikan musim seperti ini melimpah.

Hal itu berbeda saat penghujan. Ikan jauh lebih sulit ditangkap karena ruang gerak ikan semakin luas. Tingkat kedalaman waduk juga semakin dalam. Kondisi itu menambah sulit nelayan ketika menangkap ikan menggunakan jaring.

“Kalau penghujan, banyak nelayan yang menyerah [tidak menangkap ikan di WGM]. Karena memang susah dapat, kalau dapat pun enggak seberapa. Enggak cucuk dengan biasa operasionalnya buat beli bensin perahu, buat perawatan jaringnya,” ujar Yanto.

Pengepul ikan hasil tangkapan nelayan di Wuryantoro, Mulyatno, menyampaikan hasil tangkapan ikan nelayan WGM Wonogiri saat kemarau bisa berkali-kali lipat dibandingkan saat penghujan. Ikan yang dia jual kepada pembeli pun meningkat.

Jika saat penghujan dia bisa mendapatkan ikan dari nelayan total hanya satu kuintal per hari, saat kemarau bisa mencapai lima kuintal ikan per hari. “Bisa dikatakan, kemarau begini adalah masa panen nelayan di WGM,” kata Mulyatno.

Dia menyebut nelayan yang menjual hasil tangkapan ikan kepadanya saat-saat seperti sekarang ini sekitar 30 orang. Tetapi saat penghujan tidak lebih dari 10 orang. “Paling cuma tujuh-delapan orang yang tangkap ikan dan jual ke sini,” ungkapnya.

Dijual Keluar Daerah

Hasil tangkapan ikan nelayan yang dibeli Mulyatno dari nelayan lebih banyak dijual ke luar daerah Wonogiri seperti Bantul, Wonosobo, dan Sragen. Ada beberapa pembeli yang langsung datang ke tempat pengepulan. Ada juga yang harus dikirim.

Mulyatno menyebut saat ikan hasil tangkapan nelayan di WGM Wonogiri melimpah, harga jual ke pasaran justru turun. Misalnya saat ini harga jual ikan nila senilai Rp16.000/kg. Harga normal ikan itu sekitar Rp18.000–Rp20.000 per kg.

Harga jual ikan jenis putihan juga turun saat kemarau. Yang biasanya dihargai sekitar Rp10.000/kg turun menjadi Rp8.000/kg. Menurutnya hal itu sudah menjadi hukum pasar. Ketika supply barang naik, tetapi demand tetap maka harga bisa turun.

Salah satu pembeli ikan hasil tangkapan di WGM asal Yogyakarta, Tofa, mengatakan setiap dua hari sekali dia membeli ikan putihan di Wuryantoro. Menurut dia, selain paling dekat, ikan hasil tangkapan di WGM cukup berlimpah.

Dia tidak pernah kekurangan ikan. Sekali datang ke Wuryantoro, Tofa membeli ikan minimal 25 kg. Di sisi lain, ikan tangkapan ikan dari WGM berkualitas baik.

“Paling dekat ya WGM ini. Sebenarnya ada yang lain di Kulonprogo [DIY], tetapi di sana ikannya sedikit. Kalau di sini kan ada terus. Selain itu, bisa ditempuh dalam waktu dua jam saja. Ikan dari sini, biasanya langsung disetor ke warung atau rumah makan di sana,” jelas Tofa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya