SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, memberikan materi terkait TBC di Front One Hotel Airport Boyolali, Selasa (26/9/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Temuan kasus tuberkulosis atau TBC di Boyolali pada periode Januari-September 2023 meningkat dibandingkan sepanjang pada 2022. Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat pada 2022 ada 845 temuan kasus.

Sedangkan periode Januari- 26 September 2023 hampir menyamai, yaitu 799 kasus. Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengungkapkan hal tersebut sebagai kenaikan temuan sebab belum mencapai akhir tahun.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di sisi lain, Puji menilai banyaknya temuan itu malah bagus karena dengan ditemukan lebih cepat berarti bisa ditangani lebih awal dan hasil pengobatannya lebih baik.

“Tidak usah terlalu takut bahwa penemuan kasusnya menjadi banyak kemudian menjadi jelek. Tidak, justru banyak temuan itu karena ketemu lebih awal sehingga penanganannya akan lebih baik,” ujar Puji saat ditemui wartawan di Hotel Front One Airport Boyolali, Selasa (26/9/2023) siang.

Puji menghadiri acara sebagai narasumber dalam kegiatan yang diselenggarakan Non-Governmental Organization (NGO) yayasan yang bergerak di bidang TBC yakni Mentari Sehat Indonesia (MSI) Boyolali.

Puji menjelaskan TBC tidak bisa ditanggulangi sendiri oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Harus bekerja sama dengan jejaring swasta, negeri, dokter praktik mandiri, klinik swasta, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, dan jejaring lain.

Ia menceritakan Pemkab Boyolali telah memulai program dokter spesialis paru masuk kampung dan mengobati pasien TBC. Dengan langkah berbagai pihak tersebut, temuan kasus TBC di Boyolali menjadi meningkat.

“Kalau penyakit menular itu kasusnya ditemukan lebih awal, otomatis penanganannya lebih baik. Potensi untuk menularkan ke orang lain berkurang, karena TBC ini satu percikan saja, paling tidak 15 orang bisa kena. Malah kalau mabur [terbang] bisa sampai 100 orang yang kena,” jelas dia.

Lebih lanjut, Puji meminta masyarakat yang bergejala TBC segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Ciri-ciri TBC di antaranya panas subfebris atau tidak terlalu panas, panas tanpa sebab, berat badan menurun, batuk lebih dari dua pekan, lesu saat beraktivitas, dan sesak napas.

Pasien Lost Follow Up

Selain memeriksakan diri ke fasyankes, ia juga meminta warga bergejala TBC untuk memakai masker untuk meminimalkan penularan. Lebih lanjut, ia mengatakan semua Puskesmas di Boyolali, tiga RSUD, sembilan RS swasta, dan beberapa klinik bisa menjadi rujukan masyarakat untuk berobat TBC.

Bahkan, Puji mengungkapkan di RSUD Pandan Arang, RSUD Waras Wiris, Puskesmas Teras, dan puskesmas lain sudah ada alat tes cepat molekuler (TCM) untuk TBC. Sedangkan untuk RSUD Simo, alatnya masih dalam perjalanan untuk dikirim.

“TBC bisa sembuh, obatnya gratis. Namun, kalau untuk swasta itu obatnya memang gratis tapi mungkin membayar tenaganya,” kata dia.

Sementara itu, Koordinator MSI Boyolali, Diky Kurniawan, menyampaikan kegiatan tersebut diselenggarakan dalam upaya mendorong pelayanan terbaik bagi pasien TBC di Boyolali.

Acara digelar selama dua hari, Selasa-Rabu (26-27/9/2023). Hari pertama adalah materi dari Dinkes Boyolali dan MSI Boyolali. Sedangkan hari kedua akan ada diskusi bersama Dinkes Boyolali.

Beberapa stakeholder yang diundang meliputi Dinkes Boyolali, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermasdes) Boyolali, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boyolali, dan instansi lainnya.

Ia sependapat dengan Puji bahwa semakin banyak kasus temuan, penanganan akan semakin cepat. Kebetulan, Diky juga penyintas TBC dan berhasil sembuh pada 2016.

“Peran kami adalah mengurangi pasien yang lost follow up, pasien yang tidak mau kembali berobat,” kata dia. Diky menyebutkan pada 2022, ada 63 pasien lost follow up di Boyolali. MSI bertugas menjangkau dan memberikan edukasi baik kepada keluarga dan pasien terkait TBC.

“Sekarang tinggal sembilan pasien lost follow up di Boyolali dari semula 63 orang itu. Turun cukup drastis, kami bertugas menjangkau mereka,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya