SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang berdoa. (Freepik.com)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal atau disebut juga Maulid Nabi tepatnya pada Kamis (28/9/2023). Hari kelahiran Nabi SAW itu diperingati dengan cara beragam di berbagai daerah.

Seperti di Desa Kaliwuluh, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, yang memiliki tradisi Maulid Nabi dengan menggelar selawatan 12 malam berturut-turut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tradisi Maulid Nabi di Desa Kaliwuluh itu terbilang unik. Tradisi ini pernah diteliti oleh Romat Pujiyanto dari UIN Raden Mas Said Surakarta untuk skripsinya pada 2022 lalu.

Menurut skripsi berjudul Tradisi Muludan 12 Malam Bershalawatan Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Prespektif Fenomenologi Edmund Husserl (Studi Kasus Desa Kaliwuluh, Kebakkramat, Karanganyar) yang diakses Solopos.com di laman eprints.iain-surakarta.ac.id, perayaan Maulid Nabi di Desa Kaliwuluh digelar 12 malam.

Tradisi Maulid Nabi itu diadopsi dari pemikiran khalifah zaman dahulu dan dikenalkan oleh seorang tokoh sekaligus sebagai penyuluh agama di Desa Kaliwuluh, Karanganyar, pada 2008 lalu. Tokoh tersebut membuat agenda rutin setahun sekali pada Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi SAW.

Agenda itu digelar dengan memperbanyak membaca selawat bersama masyarakat. Selama 12 malam berturut-turut menjelang hari kelahiran Nabi, mereka membaca kitab Maulid Barzanji karya Syekh Jafar Barzanji, yang merupakan ulama besar keturunan Rasulullah SAW dari kalangan Sa’adah, Barzanji, Irak.

Adapun asal usul angka 12 malam berselawat menyambut hari keahiran Nabi, salah satunya terinspirasi dari organisasi Jamuro (jamaah muji rasul) yang dipimpin KH Abdul Karim Ahmad dari Solo.

Prosesi Perayaan Maulid Nabi di Kaliwuluh

Dua belas malam pada tradisi Maulid Nabi di Kaliwuluh, Karanganyar, itu dimulai pada 1 Rabiul Awal hingga puncaknya pada malam ke-12 atau malam kelahiran Nabi SAW. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat paham isi kitab Maulid yang ditulis ulama pada zaman dahulu.

Agenda rutin itu disambut respons positif dari warga, khususnya di Dusun Jomblang. Walaupun ada juga sebagian warga yang kurang setuju karena beda pemahaman.

Hingga tahun 2012, acara itu hanya digelar di Dusun Jomblang. Setelah itu, acara diperluas di lingkup desa agar warga di dusun lain juga ikut berpartisipasi.

Tradisi perayaan Maulid Nabi SAW di Desa Kaliwuluh, Karanganyar, digelar dengan mengadakan pengajian umum terbuka untuk khalayak umum. Dalam perayaan tersebut terdapat beberapa prosesi, meliputi pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, selawatan, pembacaan Maulid Barzanji.

Kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Syubbanul Wa?han. Selanjutnya ceramah agama kepada seluruh jemaah yang hadir, dan terakhir, sedekah makanan pada acara puncak acara yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW.

Puncak acara yang berlangsung pada malam ke-12 itu biasanya digelar pada pukul 00.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB. Pada 2020, akibat pandemi Covid-19, acara yang seharusnya digelar di lingkup desa diubah menjadi lingkup dusun.

Selanjutnya pada 2021, terjadi perubahan lagi yakni 11 malam selawatan digelar di tiap-tiap dusun dan hanya pada malam ke-12 digelar di lingkup desa.

Sementara itu, dikutip dari laman mui.or.id, hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), karena tidak ada dalil yang mengharamkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bahkan jika diteliti malah terdapat dalil-dalil yang memperbolehkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya