SOLOPOS.COM - Anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Dukuh Klile, Desa Karangasem, Kabupaten Sukoharjo menyiapkan jamu di kawasan Embung Gunung Pegat, Jumat (26/5/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — UNESCO telah secara resmi menetapkan budaya sehat jamu menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) ke-13 dari Indonesia. Penetapan tersebut dilakukan dalam sesi sidang ke-18 Intergovernmental Comitee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Republik Botswana, Afrika Selatan, Rabu (6/12/2023).

Pencapaian tersebut ditanggapi dengan penuh semangat oleh Ketua Koperasi Jamu Indonesia (Kojai) Sukoharjo, Suwarsi Moertedjo, saat dimintai konfirmasi pada Jumat (8/12/2023). Moertedjo mengaku senang dengan kabar tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ia juga mengungapkan tak menutup kemungkinan akan mengadakan selebrasi setelah menggelar pertemuan dengan tim yang masih berada di Afrika itu.

“Perjalanan cukup panjang ya untuk mendaftarkan Budaya Sehat Jamu ke UNESCO. Beberapa tim dari bawah hingga ke pusat semua kompak memperjuangkan agar jamu diakui dunia. Saya sangat bangga dan senang sekali mimpi kami terwujud,” ungkap Moertedjo melalui sambungan telepon dengan Solopos.com.

Seperti diketahui, selain jamu, Indonesia juga telah berhasil mencatatkan 12 warisan budaya tak benda dunia UNESCO. Di antaranya wayang (2008), keris (2008), batik (2009), pendidikan dan pelatihan membatik (2009), angklung (2010), Tari Saman (2011), noken (2012), tiga genre Tari Bali (2015), kapal pinisi (2017), tradisi pencak silat (2019), pantun (2020), dan gamelan (2021).

Moertedjo mengatakan meski jamu mengalami fluktuasi dalam penjualannya, masih ada 73 pengusaha jamu gendong maupun perusahaan yang tergabung di dalam Kojai Sukoharjo. Jumlah tersebut didominasi pengusaha jamu gendong dan penjual kecil di Pasar Jamu Nguter dan rumahan. Jumlahnya 40-60 orang. Sisanya merupakan produsen jamu kelas pabrik.

Masing-masing pengusaha, baik penjual kecil hingga pabrik, memiliki pangsa pasarnya sendiri. Kebanyakan jamu-jamu tersebut dikirimkan ke berbagai wilayah Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Kalimantan, Sulawesi dan lainnya.

Dengan jumlah tersebut ia menilai pendukung budaya sehat jamu di dalam negeri khususnya di Sukoharjo masih banyak. Pendukung budaya sehat jamu terdiri dari produsen, peramu dan peracik, komunitas, peneliti, penjual, pengusaha hingga pembeli dan penikmat khasiat jamu bahkan pemerintah.

Moertedjo mengklaim khasiat jamu sudah diakui oleh para penikmatnya. Bahkan kini tak sedikit yang berinisiatif meracik jamunya sendiri dari resep sederhana yang ditularkan dari mulut ke mulut.

Ia mengakui Pemerintah Kabupaten Sukoharjo juga telah turun tangan untuk melestarikan budaya jamu. Hal itu dilakukan dengan mewajibkan minum jamu setiap Jumat di kantor organisasi perangkat daerah (OPD).

Lebih lanjut, ia juga menceritakan jamu sempat diminati pada masa pandemi covid-19 lalu sebagai penambah imun tubuh. Namun, penjualan jamu juga sempat mengalami penurunan setelah pandemi berakhir. Kini penjualan jamu menurutnya cukup stabil di pasaran. Ia meyakini penikmat jamu akan tetap ada.

“Kemarin iklim kemarau panjang harga bahan baku jamu sempat naik. Saat ini yang paling banyak dinikmati kunyit. Saya yakin naik turun itu biasa. Tetapi jamu akan terus bertahan dan tidak akan punah,” ungkap Moertedjo.

Ia berharap jamu terus memiliki jalan panjangnya agar terus lestari dan menghidupi para pengusaha jamu. “Jangan sampai jamu dicaplok [diakui] luar negeri, karena jamu menghidupi masyarakat kecil, dari jamu gendong jamu dorong sampai pabrik. Saya harap semua tidak malu minum jamu,” ungkap Moertedjo.

Jamu kini tengah diupayakan agar terus naik kelas melalui dengan memasukkannya ke sekolah hingga perguruan tinggi. Edukasi kepada generasi muda perihal jamu juga terus dilakukan agar dapat melestarikan jamu di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya