SOLOPOS.COM - Belasan ton ikan nila siap panen di Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali mati mendadak akibat fenomena upwelling. (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali menyatakan berdasarkan hasil monitoring, fenomena upwelling yang mengakibatkan puluhan ton ikan di Waduk Cengklik mati sejak Sabtu (9/3/2024) sudah mereda pada Selasa (12/3/2023).

Tidak ada lagi laporan kematian ikan massal dari petani keramba jaring apung (KJA) Waduk Cengklik pada hari itu. Namun demikian, Disnakkan bakal melanjutkan dengan monitoring kualitas air di Waduk Cengklik.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Disnakkan Boyolali, Nurul Nugroho, mewakili Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menyampaikan monitoring kualitas air akan dilakukan pada Rabu (13/3/2024).

“Bangkai ikan sudah dievakuasi dan dikubur. Secara pantauan fisik, kondisi perairan cukup baik. Tidak ada lagi ikan yang berenang di permukaan. Pemberian pakan ikan juga masih dibatasi,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa.

Nurul mengatakan jumlah ikan yang mati akibat fenomena upwelling di Waduk Cengklik Boyolali tidak bertambah dari data Senin (11/3/2024) yaitu total 31 ton. Sebelumnya, Nurul menyampaikan fenomena upwelling mulai terjadi pada Sabtu (9/3/2024) saat cuaca mendung dan tidak ada angin seharian.

“Hal tersebut mengakibatkan fenomena upwelling atau naiknya massa air dari dasar waduk ke permukaan dengan membawa bahan beracun sisa pakan,” kata dia kepada Solopos.com, Senin.

Ia menjelaskan pada Minggu dilaporkan 80% ikan di KJA Waduk Cengklik Boyolali mati mendadak akibat fenomena upwelling. Laporan terus berlanjut sampai malam dan pada Senin juga ada laporan dari petani yang ikan-ikannya mati.

Nurul memerinci dampak dan kerugian yang dialami kelompok petani KJA akibat fenomena upwelling tersebut. Kelompok Sumber Rejeki Sobokerto dengan total anggota 37 orang melaporkan kematian ikan sebanyak 14 ton.

Rugi Ratusan Juta Rupiah

Lalu Kelompok Tirto Panguripan melaporkan sekitar 10 ton milik 21 anggotanya mati. Kelompok Ngudi Makmur Desa Ngargorejo juga melaporkan ada 7 ton ikan yang mati akibat fenomena upwelling di Waduk Cengklik, Boyolali. “Total 31 ton ikan mati dengan kerugian sekitar Rp890 juta,” kata dia.

Salah satu petani KJA Waduk Cengklik Boyolali, Tekle, mengatakan ikan nila merahnya yang siap panen dan disiapkan untuk dijual saat Ramadan dan Lebaran mati mendadak sejak Sabtu (9/3/2024).

“Tahun ini [2024], akhir Januari itu ada upwelling tapi tidak sebesar ini. Kemudian bulan ini [Maret] yang parah, untuk yang mati punya saya saja lebih dari 3 ton. Ini menyeluruh di Waduk Cengklik,” jelas dia kepada Solopos.com, Selasa (12/3/2024).

Anggota Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan itu mengatakan harga jual ikan nila merah di tingkat pedagang saat ini Rp29.000 per kilogram. Dengan begitu, paling tidak Tekle rugi Rp87 juta akibat 3 ton ikan nila merahnya mati.

Ketua Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan Sobokerto, Ngemplak, Boyolali, Supriyanto, menyampaikan fenomena upwelling pada Maret 2024 ini terjadi merata. Namun, ada petani yang ikannya mati pada Sabtu, ada pula yang Minggu.

Supri mengatakan fenomena upwelling memang lumrah terjadi saat pergantian musim dari panas ke hujan. Hal tersebut, tutur dia, terjadi saat pergantian tahun. Sisa-sisa pakan di dasar karamba naik ke permukaan menjadi racun.

Ia memperkirakan ikan yang mati dari 21 anggota KJA Tirta Panguripan sekitar 12 ton. Dengan estimasi harga ikan nila merah Rp29.000 per kilogram, maka total kerugian petani KJA Tirta Panguripan sekitar Rp348 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya