SOLOPOS.COM - Petani KJA Tirta Panguripan Waduk Cengklik Boyolali mengambil ikan yang mati akibat fenomena upwelling, Selasa (12/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Tekle, petani karamba jaring apung (KJA) di Waduk Cengklik Boyolali, hanya bisa pasrah ikan nila merah siap panen yang sedianya untuk persiapan dijual saat Ramadan dan Lebaran mati mendadak sejak Sabtu (9/3/2024).

Selasa (12/3/2024) itu ia terduduk di sisi timur Waduk Cengklik sambil berbincang dengan petani lain. Pria 42 tahun tersebut menjelaskan ikan-ikannya mati karena fenomena upwelling, yaitu ketika amonia di dasar air naik dan membuat ikan kekurangan oksigen dan mati massal.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Tahun ini [2024], akhir Januari itu ada upwelling tapi tidak sebesar ini. Kemudian bulan ini [Maret] yang parah, yang mati punya saya saja lebih dari 3 ton. Ini menyeluruh di Waduk Cengklik,” jelas dia kepada Solopos.com, Selasa.

Anggota Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan Waduk Cengklik Boyolali itu tak mau pusing menghitung kerugian yang diderita akibat ikan-ikan yang mati mendadak itu. Namun, Tekle mengatakan harga jual ikan nila merah di tingkat pedagang saat ini Rp29.000 per kilogram. Dengan 3 ton ikannya yang mati, paling tidak Tekle rugi Rp87 juta.

Tekle menjelaskan ikan-ikannya yang mati mayoritas siap panen sebagai persiapan untuk Lebaran. Sehingga, ia pun rugi total akibat fenomena upwelling. “Saya hanya bisa bilang sabar. Punya saya terhitung paling banyak. Saya ada 50 tambak, ada kolam besar dan kecil. Minimal isinya tiga kuintal,” kata dia.

Untuk mengurangi kerugian yang lebih besar, ia menjual murah ikan-ikan yang masih tersisa. Harganya pun jauh dari harga normal yakni mulai dari Rp10.000-Rp25.000 per kilogram. Sedangkan ikan-ikan yang mati dikubur di pulau tengah Waduk Cengklik.

Pergantian Musim

Ketua Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan Sobokerto, Ngemplak, Boyolali, Supriyanto, menyampaikan ikan mati akibat fenomena upwelling pada Maret 2024 ini terjadi merata di Waduk Cengklik. Namun, ada petani yang ikannya mati pada Sabtu, ada pula yang Minggu (10/3/2024).

Supri mengatakan fenomena upwelling memang lumrah terjadi saat pergantian musim dari panas ke hujan. Hal tersebut, tutur dia, biasanya terjadi saat pergantian tahun. Sisa-sisa pakan di dasar karamba naik ke permukaan menjadi racun.

Ia memperkirakan ikan yang mati milik 21 anggota KJA Tirta Panguripan sekitar 12 ton. Dengan estimasi harga ikan nila merah Rp29.000 per kilogram, total kerugian petani KJA Tirta Panguripan sekitar Rp348 juta.

Supri menjelaskan pada Selasa ini masih ada laporan ikan yang mati. Akan tetapi Supri belum mendatanya. Ia memperkirakan ikan yang mati adalah ikan-ikan sisa karena ikan siap panen telah mati terlebih dahulu.

Supri mengatakan dua paguyuban petani KJA lain di Waduk Cengklik, Boyolali, juga kena dampak upwelling. Supri memerinci ada dua paguyuban petani KJA di Sobokerto dan satu di Ngargorejo.

“Jadi memang sejak Jumat hujan tidak berhenti, penambahan debit air langsung drastis. Biasanya tidak sampai seperti ini, kok bisa sampai seperti ini,” kata dia.

Langkah Pencegahan

Ia menjelaskan para petani sebenarnya sudah membuat langkah pencegahan saat hujan deras seperti dengan memberikan oksigen dan menggerakkan air menggunakan kipas perahu. Bahkan, sampai meminta bantuan untuk membukakan pintu air. Namun, ternyata takdir berkata lain.

Supri menjelaskan fenomena upwelling pada Maret 2024 ini parah karena tiga paguyuban KJA di Waduk Cengklik semuanya terdampak. Biasanya, fenomena upwelling tidak berdampak ke tiga KJA sekaligus tetapi bergantian.

“Ini rata-rata untuk persiapan Lebaran, rencananya begitu tapi ekspektasinya seperti ini,” jelas Supri dengan senyum pahit di bibirnya. Supri menjelaskan ikan yang mati antara lain berumur tiga sampai lima bulan.

Ikan-ikan siap panen yang belum mati harus dipanen dini. Seharusnya harga Rp30.000 per kilogram, tutur dia, hanya laku Rp15.000 per kilogram. Ikan yang mati kemudian dibuang di pulau tengah waduk yang sulit dijamah orang. Sebagian lagi ditunggu membusuk dan mengeluarkan maggot untuk menjadi pakan lele.

“Sudah ada upaya perhatian dari Dinas [Peternakan dan Perikanan] yang tanya informasi ke sini. Namun, belum ada kepastian seperti apa. Harapan kami kepada dinas, pembudi daya ikan ini kan mata pencaharian, dan ini suplai terbesar protein ke masyarakat, kami minta perhatian untuk ada sosialisasi cara mengatasi upwelling dan cuaca ekstrem,” kata dia.

Supri mengatakan petani KJA Waduk Cengklik hanya mengandalkan panen dari ikan patin dan lele yang jumlah dan harganya tidak sebanyak nila merah. Harga ikan patin dibanderol Rp20.000 per kilogram dan lele sekitar Rp18.000 per kilogram.

Sebelumnya, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mencatat paling tidak 31 ton ikan mati mendadak akibat fenomena upwelling di Waduk Cengklik Boyolali hingga Senin (11/3/2024). Akibatnya, petani KJA di waduk tersebut rugi hampir Rp1 miliar.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Disnakkan Boyolali, Nurul Nugroho, mewakili Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menyampaikan fenomena upwelling berawal pada Sabtu (9/3/2024) dengan cuaca mendung dan tidak ada angin seharian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya