Soloraya
Jumat, 2 Februari 2024 - 19:39 WIB

Waduh! Inflasi Wonogiri Lebih Tinggi dari Nasional dan Jateng, Ini Pemicunya

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pejabat BPS, Pemkab, dan Forkopimda Wonogiri menggelar rapat membahas tingkat inflasi di Sekretariat Daerah Wonogiri, Jumat (2/2/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga sejumlah barang kebutuhan individu dan rumah tangga di Wonogiri naik selama Januari 2023–Januari 2024 yang menyebabkan tingkat inflasi Kota Sukses mencapai 3,56% dalam setahun terakhir.

Angka inflasi itu disebut masih tergolong aman meski lebih tinggi dibanding tingkat inflasi nasional yang berada di angka 2,57% maupun inflasi Jawa Tengah sebesar 2,69%. Pemkab Wonogiri menilai kenaikan harga barang kebutuhan itu menjadi alarm peringatan untuk kondisi ekonomi ke depan.

Advertisement

Pemkab bakal mengambil sejumlah kebijakan agar dalam satu tahun ke depan tingkat inflasi tidak melebihi 4%. Dengan begitu, daya beli masyarakat tetap terjaga dan roda perekonomian terus berjalan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri merilis data inflasi Kabupaten Wonogiri di Ruang Girimanik, Sekretariat Daerah Wonogiri, Jumat (2/2/2024).  Ada 11 kelompok pengeluaran yang menjadi penentu tingkat inflasi di Wonogiri.

Advertisement

Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri merilis data inflasi Kabupaten Wonogiri di Ruang Girimanik, Sekretariat Daerah Wonogiri, Jumat (2/2/2024).  Ada 11 kelompok pengeluaran yang menjadi penentu tingkat inflasi di Wonogiri.

Beberapa kelompok pengeluaran itu antara lain makanan, minuman, dan tembakau; kesehatan; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; dan perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Data BPS Wonogiri menyebutkan inflasi year on year (yoy) selama setahun terakhir sebesar 3,56%. Dari 11 kelompok pengeluaran, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar 9,7%.

Advertisement

Kenaikan Harga Beras dan Rokok

Kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi tertinggi kedua yaitu perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencapai 0,26%. Tingkat inflasi pada kelompok ini sebesar 4,12%. Komoditas dalam kelompok ini yang dominan memberikan andil pada inflasi antara lain sabun, mandi, emas perhiasan, dan diapers.

Kepala BPS Wonogiri, Rahmad Iswanto, menerangkan beras memiliki andil besar pada tingkat inflasi di Wonogiri. Kenaikan harga beras selama setahun terakhir berpengaruh terhadap kenaikan harga barang-barang lain. Selain beras, rokok menyumbang inflasi yang cukup siginifkan.

Rahmad menjelaskan kenaikan harga beras bisa disebabkan karena produksi atau pasokan beras di Wonogiri berkurang. Sementara permintaan terus naik. Sedangkan kenaikan harga rokok diakibatkan kebijakan fiskal berupa peningkatan harga cuka komoditas itu.

Advertisement

“Secara umum, harga bahan-bahan makanan seperti beras, sayur, dan sebagainya itu naik dan menyebabkan inflasi,” kata Rahmad saat diwawancarai Solopos.com di Sekretariat Daerah Wonogiri, Jumat.

Solopos.com membandingkan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok berdasarkan laporan informasi harga rata-rata kebutuhan pokok dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Wonogiri. Pada awal Januari 2023, harga beras di Wonogiri senilai Rp11.500/kg, gula pasir Rp13.500/kg, dan jagung Rp6.000/kg.

Setahun kemudian atau pekan terakhir Januari 2024, harga beras naik menjadi Rp15.000/kg, gula pasir Rp17.000/kg, jagung Rp10.000/kg. Ada beberapa komoditas yang harganya cukup stabil seperti daging ayam, mi instan, dan susu. Ada pula yang sangat fluktuatif tetapi cenderung naik antara lain cabai dan bawang merah.

Advertisement

Upaya Pengendalian Inflasi

Rahmad mengatakan inflasi Wonogiri lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang sebesar 2,57% dan Jawa Tengah sebesar 2,69%. Meski begitu, dia menyebutkan inflasi di Wonogiri masih dalam kategori aman. Sebab target inflasi secara nasional pada 2025 sebesar 3% dengan plus-minus 1%

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyampaikan ada kenaikan inflasi di Wonogiri. Pada 2022, dia menyebut inflasi Wonogiri tidak lebih dari 2%. Kendati inflasi saat ini masih dalam taraf terkontrol, Pemkab segera berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengambil langkah kebijakan agar kenaikan harga itu tetap terkontrol untuk satu tahun mendatang.

Dia menyampaikan makanan terutama beras dan kebutuhan pokok lain akan mendapatkan perhatian khusus dari Pemkab dalam upaya pengendalian inflasi. Selama ini, Wonogiri surplus produksi beras sampai lebih dari 100.000 ton per tahun.

Tetapi kenyataan di lapangan, banyak beras lokal yang dibawa keluar daerah oleh tengkulak-tengkulak besar. Di samping itu, pada 2023, produksi beras di Wonogiri tidak optimal akibat anomali cuaca dan El Nino.

Banyak sawah yang hanya bisa panen sekali yang sedianya bisa dua kali. Dampak anomali cuaca itu sampai sekarang. Petani baru bisa menanam padi masa tanam pertama pada akhir Januari 2024 atau mundur dua bulan dibanding biasanya. Hal itu juga berisiko petani hanya bisa panen padi sekali pada 2024.

”Kami akan imbau petani untuk tanam benih padi yang usia panennya lebih pendek. Selain itu, giatkan lagi kebun dasawisma di desa-desa yang bisa menanam sayuran. Inflasi ini kami anggap warning alarm bagi kami. Jangan sampai nanti malah daya beli masyarakat melemah, ekonomi terganggu,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif