SOLOPOS.COM - Petani menunjukkan satu patok sawah yang mengering karena aliran air irigasi terhenti di Desa Tawangrejo, Kecamatan Bayat, Klaten, Kamis (7/9/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Sebagian petani di Desa Talang dan Desa Tawangrejo, Kecamatan Bayat, Klaten, ketir-ketir lantaran tanaman padinya terancam gagal panen. Tanaman padi mereka kesulitan mendapatkan air dari saluran irigasi yang macet.

Aliran air irigasi dari Rawa Jombor terhenti selama beberapa pekan terakhir. Diduga, macetnya aliran itu lantaran ada proyek perbaikan saluran di sisi hulu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu petani sekaligus darmo tirto Desa Talang, Sri Lestari, mengatakan aliran air irigasi dari Rawa Jombor menjadi andalan utama petani di beberapa desa di Kecamatan Bayat termasuk Talang dan Tawangrejo.

“Aliran air tidak lancar karena terhambat proyek pembangunan saluran irigasi Rawa Jombor. Dari pengalaman yang sudah-sudah [sejak aliran macet], air hanya mengalir mulai Sabtu pagi hingga Senin pagi atau Selasa pagi. Selebihnya tidak ada aliran air,” kata Sri saat ditemui Solopos.com di lahan pertaniannya, Kamis (7/9/2023).

Akibat kondisi itu, sebagian lahan sawah sama sekali tak mendapatkan aliran air irigasi. Sekitar empat patok sawah di wilayah Tawangrejo kini kondisi tanahnya mengering dan daun tanaman padi yang telanjur ditanam mulai menguning lantaran tak mendapatkan asupan air.

Sri mengatakan sebelumnya petani tak mengetahui akan ada proyek perbaikan saluran irigasi yang dilaksanakan di wilayah Desa Jotangan, Kecamatan Bayat. Termasuk dirinya sebagai darmo tirto yang bertugas mengatur sistem irigasi.

Karena tak mendapat pemberitahuan, petani tetap mengolah lahan serta menyiapkan benih di lahan mereka untuk ditanami padi. “Tahunya ada perbaikan itu saat minta air. Padahal sudah telanjur persiapan tanam. Kalau sebelum petani melakukan persiapan tanam sudah dibahas, saya rasa tidak masalah,” jelas Sri.

Petani Minta Proyek Dihentikan Sementara 2 Pekan

Sri mengatakan macetnya aliran air irigasi dari Rawa Jombor terjadi selama sekitar sebulan terakhir. Sebelumnya, aliran air masih lancar.

Aliran air dari Rawa Jombor menjadi satu-satunya andalan irigasi bagi sebagian petani di wilayah Talang dan Tawangrejo yang sudah telanjur tanam padi pada musim tanam kali ini.

Soal sumber air irigasi alternatif, Sri mengatakan di dekat lahan pertaniannya ada tiga sumur dalam. Namun, hanya satu sumur dalam yang hingga kini airnya masih tersedia.

Itu pun tidak bisa digunakan untuk mengoncori atau mengairi seluruh lahan pertanian yang ditanami padi. Sementara dua sumur lain aliran airnya tidak lancar.

Sri berharap aliran irigasi dari Rawa Jombor bisa kembali dialirkan untuk sementara waktu. Hal itu karena padi yang ditanam petani saat ini benar-benar membutuhkan pasokan air agar tetap bisa tumbuh.

“Harapan petani hanya sederhana tetapi mungkin untuk pemborong sulit. Keadaan seperti ini harapan kami air dari Rawa Jombor bisa sampai sini. Proyek pembangunan berhenti sebentar dulu dan air bisa dialirkan sampai sini paling tidak untuk dua pekan ke depan,” ungkap dia.

Aliran air selama dua pekan itu dinilai cukup agar petani tak mengalami gagal panen. Petani lainnya, Tito, mengatakan saat ini tanaman padi di wilayah Tawangrejo dan Talang rata-rata memasuki masa bunting dan sangat membutuhkan air.

Jika tak segera mendapatkan aliran irigasi, sebagian petani terancam gagal panen. “Satu-satunya cara biar petani tidak gagal panen mendesak pihak proyek untuk sementara libur dulu. Memberi waktu agar aliran air bisa mengairi sawah di Talang dan Tawangrejo, paling tidak untuk tujuh hingga 10 hari,” kata dia.

Proyek Perbaikan Talut Ditargetkan Selesai Bulan Ini

Tito juga menjelaskan macetnya aliran air irigasi dari Rawa Jombor ke wilayah Talang dan Tawangrejo sudah terjadi selama sebulan terakhir. Total lahan yang mengandalkan aliran irigasi dari Rawa Jombor sekitar 30 hektare.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Klaten, Suryanto, mengatakan sudah menerima laporan terkait keluhan petani tersebut. Dia menjelaskan sebelum proyek perbaikan talut dilakukan, sudah ada koordinasi dengan petani maupun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) yang memiliki kewenangan terkait Rawa Jombor.

“Kami koordinasikan dengan balai seberapa besar ketersediaan air Rawa Jombor dan seberapa besar kemampuan untuk menyalurkan air di Rawa Jombor,” kata Suryanto.

Terkait proyek rehabilitasi jaringan irigasi tersebut, Suryanto mengatakan akan diselesaikan secepat-cepatnya. Proyek tersebut ditarget rampung September ini. “Kami targetkan September ini bisa diselesaikan karena saat ini progres pembangunan sekitar 60 persen,” ungkap dia.

Selain perbaikan tanggul saluran irigasi dari Rawa Jombor, proyek itu juga fokus pada penggalian sedimen di sepanjang saluran yang sudah sangat tebal. Hal itu dilakukan agar air yang mengalir melalui saluran tersebut benar-benar sampai ke sawah petani.

Selain itu, ada perbaikan talut yang sebelumnya ambrol. Jika air tetap dialirkan saat ini, menurutnya, tetap tidak bisa lantaran terhambat talut yang ambrol. Agar air bisa segera mengalir lagi, Suryanto menjelaskan proyek harus dikebut agar bisa segera selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya