Soloraya
Jumat, 2 Februari 2024 - 13:30 WIB

Warga 3 Desa Perbatasan Klaten-Gunungkidul Demo Tutup Akses Truk Uruk Tol

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga tiga desa di perbatasan Gunungkidul-Klaten menggelar aksi menuntut penambang merealisasikan janji, Jumat (2/2/2024). Aksi digelar di Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga tiga desa di wilayah perbatasan Klaten-Gunungkidul menggelar aksi damai menindaklanjuti dampak pertambangan tanah uruk tol Solo-Jogja di wilayah tersebut, Jumat (2/2/2024).

Mereka memasang patok di jalan desa wilayah Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, yang menjadi akses keluar-masuk truk pengangkut material tanah uruk tol.

Advertisement

Aksi diikuti 100-an warga dari tiga desa/kelurahan yakni Desa Ngandong dan Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten serta Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul, DIY.

Aksi demo warga perbatasan Klaten-Gunungkidul itu dilakukan di ruas jalan desa wilayah Desa Ngandong. Seusai orasi, warga kemudian memasang patok di jalan desa yang menjadi akses keluar-masuk truk ke lokasi tambang.

Advertisement

Aksi demo warga perbatasan Klaten-Gunungkidul itu dilakukan di ruas jalan desa wilayah Desa Ngandong. Seusai orasi, warga kemudian memasang patok di jalan desa yang menjadi akses keluar-masuk truk ke lokasi tambang.

Aksi dimulai sekitar pukul 08.30 WIB. Warga berdatangan dan membentangkan spanduk tuntutan mereka. Salah satu spanduk bertuliskan “Kami Warga Desa Ngandong Tidak Untuk Menutup Tambang Tetapi Untuk Menuntut Hak Warga SBB: Kompensasi warga segera direalisasikan, Kerusakan akibat tambang segera diperbaiki, Drainase difungsikan kembali”.

Salah satu perwakilan warga Desa Ngandong, Madiyo, mengatakan aksi siang itu menindaklanjuti keresahan warga di tiga desa. “Kami seluruh warga tidak pernah menolak adanya tambang. Kami welcome, menyikapi dengan baik. Tetapi pada akhirnya tambang ini berjalan dengan sangat tidak baik menurut warga kami,” kata Madiyo saat ditemui wartawan di sela aksi.

Advertisement

Madiyo mengatakan aksi warga perbatasan Klaten-Gunungkidul pada pagi itu merupakan aksi yang sudah terpendam lama. “Ketika kemarin kami melakukan aksi, dari pengelola tambang mendatangkan preman-preman untuk melawan kegiatan warga kami,” ujarnya.

Dalam aksi itu, warga memasang patok di jalan desa yang kerap dilalui truk pengangkut material uruk tol dari lokasi pertambangan yang berada di wilayah Gunungkidul. Patok itu dipasang agar truk uruk tol tak melewati wilayah Ngandong.

Madiyo menegaskan aksi siang itu murni aksi warga Desa Ngandong, Kragilan, dan Serut. Dia menjelaskan warga mempersilakan tambang beroperasi dengan baik tetapi apa yang sudah disepakati dengan warga harus direalisasikan.

Advertisement

“Ketika kesepakatan tidak direalisasikan dengan benar, kami berkomitmen menutup akses jalan desa kami. Kami sudah tidak mengizinkan truk tambang melewati jalan desa kami kecuali pengelola tambang melakukan negosiasi ulang dengan pemerintah desa kami dan merealisasikan janji-janji yang sudah disampaikan,” kata Madiyo.

Setelah patok terpasang, warga peserta aksi demo dari tiga desa di perbatasan Klaten-Gunungkidul itu kemudian meninggalkan lokasi dengan tertib. Aksi itu mendapatkan pengawalan dari polisi dan TNI serta Kecamatan Gantiwarno dan berlangsung tertib.

Sebelum ada aksi warga, talut jalan di wilayah Serut ambrol pada Rabu (31/1/2024) sore. Material talut yang longsor mengenai satu rumah warga Dukuh Bometen, Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Klaten. Kejadian itu sempat membuat dua keluarga atau delapan jiwa mengungsi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif