Soloraya
Jumat, 8 Maret 2024 - 14:15 WIB

Warga Paseban Klaten Peringati Haul Sunan Pandanaran, Wali Kota Semarang Hadir

Taufiq Sidik Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Paseban, Kecamatan Bayat menggelar haul Sunan Pandanaran, Jumat (8/3/2024). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Warga Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, menggelar kirab dalam rangkaian haul Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Jumat (8/3/2024). Iring-iringan kirab membawa jodhang, tumpeng, tenong, gunungan hasil bumi, serta reog.

Kirab dimulai dimulai dari kawasan parkir ke kompleks makam Sunan Pandanaran di Bukit Jabalkat di Desa Paseban. Warga menaiki satu per satu anak tangga menuju pendopo di atas bukit. Beberapa warga saling bergantian mengusung tumpeng serta gunungan lantaran butuh tenaga ekstra meniti anak tangga menuju puncak bukit. Ada sekitar 230 anak tangga menuju ke kawasan kompleks makam.

Advertisement

Sesampainya di pendapa kompleks makam, warga menggelar zikir, tahlil, serta doa bersama. Belum rampung membaca zikir dan tahlil, dua gunungan yang berisi aneka hasil bumi dan jajanan pasar ludes diperebutkan warga. Rangkaian kegiatan dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Pandanaran yang berada di puncak bukit.

Selain warga, para peziarah mengikuti rangkaian tradisi tersebut. Kegiatan itu dihadiri perwakilan pemerintah dari Kabupaten Boyolali, Klaten, serta Semarang.

Advertisement

Selain warga, para peziarah mengikuti rangkaian tradisi tersebut. Kegiatan itu dihadiri perwakilan pemerintah dari Kabupaten Boyolali, Klaten, serta Semarang.

Di saat bersamaan, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, juga terlihat mendatangi makam Sunan Pandanaran. Ita tak bergabung di rangkaian perayaan haul, namun langsung menuju ke Gedong Inten, tempat makam Sunan Pandanaran untuk berziarah.

Rangakain Sepekan

Kepala Desa Paseban, Al. Eko Tri Raharjo, menjelaskan rangkaian haul agung Sunan Pandanaran sudah dimulai sejak pekan lalu. Diawali dengan ganti langse atau penggantian selambu berupa kain mori putih di makam Sunan Pandanaran.

Advertisement

Rangkaian kegiatan kirab diikuti warga perwakilan dari 20 RW di Paseban. Masing-masing RW membawa tumpeng. Warga juga membawa tenong berisi aneka jajanan.

Warga yang menggantungkan ekonomi mereka dari denyut wisata religi di makam Sunan Pandanaran ikut membawa tenong beraneka makanan. Mereka yakni paguyuban petugas parkir, ojek, penjaga kamar mandi, pengusaha penginapan, hingga paguyuban pedagang. Tumpeng serta isi tenong kemudian dinikmati bersama seusai zikir dan tahlil selesai.

“Ini juga sebagai wujud syukur selama satu tahun diberi kelancaran, kemurahan rezeki lewat barokah Ki Ageng,” jelas Eko.

Advertisement

Ia menjelaskan rangkaian kegiatan itu diperingati saban 27 Ruwah dalam kalender Jawa. Kegiatan itu sekaligus menjadi momen sadranan. Setelah mengikuti rangkaian kegiatan haul, warga menggelar tradisi sadranan di makam leluhur masing-masing.

“Suasana ini melebih momen Lebaran. Iya, para perantau banyak yang pulang. Saat sadranan mereka pulang nyekar di makam leluhur masing-masing,” jelas Eko.

Peringatan Haul Agung Sunan Pandanaran itu sudah berlangsung secara turun temurun. Selama ini, kegiatan tak pernah absen digelar termasuk ketika pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu meski kegiatan digelar sederhana.

Advertisement

Salah satu juru kunci makam, Suripto, 67, mengatakan kunjungan peziarah ke makam Sunan Pandanaran biasanya melonjak saat Ruwah serta Sura. Bahkan, ada yang sampai menginap di wilayah Paseban. “Sehari semalam itu rombongan bisa sampai 15 bus. Selain dari Pulau Jawa, ada yang dari Kalimantan serta Sumatera,” kata Suripto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif