SOLOPOS.COM - IVA test untuk deteksi dini kanker serviks atau mulut rahim digelar di kantor Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Klaten, Rabu (22/5/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Puluhan ibu-ibu mengikuti inspeksi visual asam asetat atau IVA test untuk kewaspadaan kanker serviks di Kantor Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Klaten, Rabu (22/5/2024). Kegiatan itu digelar untuk pemeriksaan dini dan mendeteksi ada atau tidaknya kanker serviks atau kanker leher rahim.

Pemeriksaan diikuti sekitar 30 ibu-ibu. Mereka secara bergiliran mengikuti tes tersebut. Kegiatan itu digelar Desa Pundungan dan didukung Yayasan Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (Spek-HAM) bekerja sama dengan Kedutaan Kanada serta Puskesmas Juwiring.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

IVA test itu digelar sebagai bentuk kewaspadaan lantaran saat ini kanker serviks menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi untuk wanita di Indonesia. Dengan dideteksi sejak dini, penyembuhan terhadap kanker serviks lebih mudah dan mengurangi tingkat fatalitas.

Namun, selama ini IVA test masih terkendala para ibu yang cenderung enggan mengikuti tes tersebut. Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Pundungan, Rini Dwi Lestari, membenarkan masih ada keengganan para ibu untuk ikut IVA test lantaran merasa takut dan malu.

Namun, dia mengatakan selama ini upaya mendorong para ibu mengikuti IVA test digencarkan. Termasuk ketika akan digelar IVA test tersebut, selain publikasi melalui media sosial, para kader di desa setempat mendatangi langsung kegiatan PKK RW maupun kegiatan yang menghadirkan para ibu.

“Kami sampaikan edukasi langsung tentang IVA test. Karena itu menjadi hal yang sangat penting bagi kaum perempuan. Ini sebagai bentuk rasa kasih sayang terhadap diri sendiri maupun keluarga,” kata Rini saat ditemui wartawan di sela kegiatan.

Penanganan Sejak Awal

Rini menjelaskan dengan diketahui sejak awal, pengobatan bisa segera dilakukan. Dalam beberapa kasus, kanker serviks baru diketahui ketika sudah memasuki stadium lanjut sehingga sudah sulit untuk diobati.

Kepala Puskesmas Juwiring, Mariana Sukowati, mengatakan deteksi dini ada atau tidaknya kanker serviks itu penting dilakukan. Ketika diketahui positif terkena kanker serviks sejak stadium awal, upaya pengobatan lebih mudah. “Ketika terdeteksi kami tetap melakukan pendampingan mulai dari pengobatan dan sebagainya,” kata Mariana.

Disinggung faktor risiko, Mariana mengatakan kanker serviks tak hanya disebabkan karena faktor gonta-ganti pasangan. Faktor risiko itu bisa muncul karena memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker, perokok maupun perokok pasif, melakukan hubungan seksual di usia muda atau di bawah 18 tahun, dan lain-lain.

Mariana menjelaskan IVA test di Pundungan sudah digelar beberapa kali. Dia mengapresiasi upaya pemerintah desa serta PKK mengedukasi warga terutama kaum ibu untuk secara rutin mengikuti IVA test.

Disinggung upaya terhindar dari kanker serviks, Mariana menjelaskan bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat serta rutin melakukan IVA test. “Kemudian kalau sudah menikah, berhubungan dengan pasangannya,” kata Mariana.

Manajer Program Spek-HAM, Nila Ayu Puspaningrum, mengatakan IVA test di Pundungan dengan pendampingan Spek-HAM sudah kali kedua digelar. Pundungan menjadi salah satu desa pendampingan Spek-HAM yang menggulirkan program bekerja sama dengan Kedutaan Kanada.

Mendekatkan Layanan Kesehatan Reproduksi

“Dalam kegiatan ini Spek-HAM mencoba mendekatkan akses pelayanan kesehatan reproduksi dan penguatan hak-hak perempuan tentang kesehatan reproduksi. Ini untuk membangun kesadaran mereka tentang pentingnya deteksi dini kanker leher rahim,” jelas Nila.

Setelah diberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, Nila mengatakan para ibu biasanya berani untuk IVA test. Nila menambahkan IVA test sebenarnya ada di Puskesmas. Hanya, masyarakat cenderung malu untuk datang ke sana sehingga harus didekatkan. “Kalau kegiatan IVA test mobile seperti ini banyak yang datang,” ujarnya.

Dia mengakui masih banyak ibu-ibu yang ketakutan untuk mengikuti IVA test. Padahal, kegiatan itu penting untuk memastikan kesehatan reproduksi perempuan. Ketika terdeteksi ada penyakit, penanganan bisa dilakukan sejak dini.

“Harapan kami melalui kegiatan ini masyarakat lebih sadar lagi terkait kesehatan reproduksi. Karena tingkat kematian tertinggi perempuan untuk kanker wanita ya kanker serviks. Jadi ketahuannya itu ketika sudah stadium tiga atau empat. Kami berharap pemerintah juga bisa mobile [melakukan IVA test], mendekatkan pelayanan ke desa bekerja sama dengan PKK atau pemerintah desa,” kata Nila.

Salah satu peserta IVA test, Trisnawati, 37, mengatakan selama ini sosialisasi terus dilakukan untuk mengajak ibu-ibu terutama di Pundungan ikut IVA test. Trisna sudah dua kali mengikuti IVA test.

“Hasilnya negatif semua. Memang awalnya deg-degan ikut tes ini. Tetapi kalau menurut saya ketika diketahui positif, bisa segera langsung diobati,” jelas Trisna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya