SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi. (dok Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mencatat paling tidak selama enam bulan terakhir sudah tidak ada lagi laporan masuk terkait kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi. Walaupun begitu, untuk menyatakan Boyolali bebas PMK masih diperlukan surveilans hingga 2030.

Seperti diketahui, PMK merebak dan menyerang sapi di wilayah Soloraya sekitar pertengahan 2022 lalu. Setelah itu diikuti dengan wabah lumpy skin disease (LSD) pada awal 2023. Antraks juga sempat muncul di Soloraya terutama Wonogiri, setelah sebelumnya muncul kasus di Gunungkidul, DIY.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menyampaikan saat ini kasus PMK di Boyolali sudah sangat mereda. Selama enam bulan terakhir tidak ada laporan kasus baru. Namun, ia menegaskan belum bisa mengatakan Boyolali zero kasus PMK.

“Butuh dilakukan surveilans berturut-turut hingga 2030. Jika hasilnya negatif terus, maka baru bisa dikatakan bebas PMK,” jelas dia saat berbincang dengan Solopos.com di halaman kantornya, Selasa (10/10/2023).

Walaupun sudah tidak ada laporan kasus PMK pada sapi, Lusi menegaskan Disnakkan Boyolali tetap melakukan pencegahan-pencegahan di lapangan. Seperti terus memberikan vaksinasi PMK pada sapi, contohnya sapi baru lahir yang bisa divaksin pada umur tertentu.

Berdasarkan data dari Disnakkan Boyolali hingga Selasa malam, sudah 118.115 ekor sapi yang telah mendapatkan vaksin PMK. Selain itu, untuk lalu lintas hewan ternak dari luar Kabupaten Boyolali juga masih menggunakan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

Penanganan biosecurity seperti kebersihan pasar dengan penyemprotan disinfektan dan penanganan hewan yang sakit juga terus masih dilakukan. Ia mengimbau para petani dan peternak selalu waspada terlebih dalam hal lalu lintas hewan.

Pengetatan Pemeriksaan Lalu Lintas Hewan

“Jadi lalu lintas hewan ini sangat berisiko membawa penyakit menular. Makanya di lalu lintas hewan ada pengetatan seperti membawa bukti surat sehat hewan,” kata dia.

Lebih lanjut, terkait kasus antraks, ia menjelaskan hingga Selasa juga belum ada laporan. Disnakkan Boyolali juga tidak mendapatkan laporan terkait sapi yang mati mendadak.

Ia mengakui populasi sapi di Boyolali menurun dibandingkan sebelum adanya wabah PMK. Lusi menyebut dulunya ada 207.160 ekor sapi perah dan potong. Namun, setelah PMK menyerang, jumlahnya berkurang menjadi hanya 161.111 ekor sapi.

Sementara itu, berdasarkan rilis resmi yang diterima Solopos.com, Rabu (11/10/2023), untuk terus memotivasi peternak, Disnakkan Boyolali menggelar Bulan Bakti Peternakan ke-187 di halaman kantor mereka mulai Selasa-Kamis (10-12/10/2023).

Lusi menjelaskan kegiatan itu sekaligus untuk memperingati Hari Pangan Sedunia ke-43 dan Hari Ikan Nasional ke-10. Ada beberapa rangkaian seperti  lomba ikan hias Channa dan Hari Rabies Sedunia dengan membuka stan kesehatan hewan gratis vaksin rabies bagi kucing dan anjing.

“Harapan kami Bulan Bakti ini tidak diselenggarakan hanya sekali ini tetapi secara rutin menjadi image Boyolali punya potensi sektor peternakan juga sekaligus perikanan yang luar biasa, bahwa kita mampu menampilkan produk-produk lokal kita,” kata dia.

Terpisah, Bupati Boyolali, M Said Hidayat, mengapresiasi kegiatan peringatan Bulan Bakti Peternakan ke-187. Said berharap terselenggaranya acara ini dapat bermanfaat dan memberi kemanfaatan bagi masyarakat Boyolali terutama untuk ketahanan pangan di sektor peternakan dan perikanan.

“Semoga dapat memberikan dampak positif menjadi satu pendorong pada dunia peternakan di Kabupaten Boyolali,” harap Said.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya