SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, menanam bibit pohon dalam Aksi Penanaman Pohon untuk Konservasi Alam dan Lingkungan di Desa Sumberejo, Wuryantoro, Wonogiri, Senin (27/11/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Luas lahan kritis di Wonogiri mencapai 35.135 hektare (ha). Hal itu patut diwaspadai karena berpotensi menimbulkan bencana alam dan lingkungan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri berupaya mengurangi luasan lahan kritis salah satunya dengan penanaman pohon secara massal di sejumlah wilayah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Wonogiri, Bahari, mengatakan saat ini luas lahan kritis mencapai 20% dari total luas wilayah Kabupaten Wonogiri yang tercatat 171.452 ha.

Luas lahan kritis itu setara lebih dari tujuh kali lipat luas Kota Solo saat ini yakni 4.672 hektare. Lahan kritis yaitu lahan yang rentan terjadi degradasi lingkungan seperti erosi, penurunan kualitas tanah, dan kehilangan fungsi ekologis.

Menurut Bahari, suatu area dikategorikan sebagai lahan kritis antara lain lahan kosong akibat deforestasi (penggundulan hutan), tidak ada kegiatan pertanian atau penanaman tanaman, dan perubahan iklim.

Lahan kritis bisa menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan saat kemarau. Di sisi lain, lahan kritis juga bisa berdampak pada kerusakan lingkungan berupa hilangnya keanekaragaman hayati, polusi udara, dan tanah tidak subur.

Dia menyebut lahan kritis tersebar di 25 kecamatan Kabupaten Wonogiri termasuk di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang bermuara di Waduk Gajah Mungkur (WGM). Banyak DAS tersebut yang terkena sedimen akibat dari erosi tanah. Sedimentasi itu akhirnya terkumpul di WGM dan membuat umur pakai waduk berkurang.

Penebangan Pohon Liar

“Untuk ukuran Wonogiri, lahan kritis seluas 35.135 ha itu cukup luas. Itu 20% dari total luas lahan Wonogiri. Jadi ini masalah serius,” kata Bahari saat ditemui Solopos.com selepas acara Aksi Penanaman Pohon untuk Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup di Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryanto, Senin (27/11/2023).

Dia melanjutkan ada sejumlah penyebab mengapa terjadi lahan kritis yang cukup luas di Wonogiri. Penebangan pohon liar menjadi salah satunya. Selanjutnya masyarakat enggan memanfaatkan lahan kosong untuk pertanian karena lahan itu berada dekat hutan.

Maraknya monyet di seluruh wilayah di Wonogiri juga menyebabkan petani enggan bertani. Banyak monyet yang merusak lahan pertanian warga.

Di sisi lain, salah satu penyebab monyet itu turun ke lahan pertanian warga bahkan sampai ke permukiman karena habitat mereka mengalami berubah jadi lahan kritis. Banyak hutan di Wonogiri yang sudah tidak lagi ditumbuhi tamanan yang menjadi bahan makanan monyet.

Atas kondisi itu, sambung Bahari, Pemkab Wonogiri berupaya mengurangi luasan lahan kritis. Upaya dilakukan dengan cara aksi menanam pohon secara massal di berbagai wilayah, salah satunya di Kecamatan Wuryantoro.

“Luas lahan kritis di Kecamatan Wuryantoro ini mencapai 520 hektare. Ini berpotensi menimbulkan bencana. Apalagi Wuryantoro ini salah wilayah yang terdapat DAS yang menuju ke WGM,” ujar dia.

Potensi Bencana akibat Lahan Kritis

Menurut Bahari, DLH Wonogiri membagikan sebanyak 1.050 bibit pohon buah seperti jambu, alpukat, aren, matoa, dan durian. Bibit pohon itu dibagikan ke sejumlah warga di sejumlah desa/kelurahan untuk ditanam di pekarangan rumah dan lahan kosong.

“Penanaman pohon juga untuk merawat mata air. Lalu pengurangan potensi bencana. Ini juga sebagai upaya penyediaan bahan makanan untuk monyet agar tidak merusak lahan pertanian warga,” ucap Bahari.

“Yang tidak kalah penting upaya untuk mengendalikan perubahan iklim. Ini aksi penanaman kedua, yang pertama di Kecamatan Ngadirojo beberapa waktu lalu,” imbuhnya.

Dia menambahkan sumber anggaran pengadaan bibit pohon itu berasal dari berbagai lembaga atau instansi seperti Perum Jasa Tirta I, PLTA Wonogiri, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo, dan Pemkab Wonogiri.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, bencana alam yang berkaitan dengan tanah atau lahan meliputi tanah longsor 502 kejadian, banjir 72 kejadian, tanah ambles 10 kejadian, dan tanah bergerak 58 kejadian.

Bencana itu terjadi dalam kurun waktu Januari-November 2023. Camat Wuryantoro, Wonogiri, Sumardjono Fajari, menyampaikan aksi penanaman pohon buah di Wuryantoro ini diharapkan bisa mengurangi luasan lahan kritis di kecamatannya.

Selain itu, dengan menanam pohon secara massal bisa menjadi edukasi bagi warga untuk menjaga lingkungan. Mereka yang menerima bibit pohon yaitu warga yang memiliki pekarangan dengan lahan kosong. Pemerintah desa/kelurahan akan memantau perkembangan pohon yang ditanam warga tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya