SOLOPOS.COM - Kondisi gubuk atau tenda tempat tinggal Iwan dan anaknya selama empat bulan di kebun jati Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten, Rabu (20/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Empat bulan lamanya, seorang bapak Faste Dwi Rohmantyawan, 41, dan anaknya yang masih SD, Muhammad Ash Shoffani, 12, tinggal di gubuk reyot di kebun jati Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten.

Iwan, sapaan akrabnya, tak punya tempat tinggal maupun pekerjaan setelah beberapa kali kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia tak menyerah mencari pekerjaan dan mencoba bertahan hidup dalam kondisi yang serbasusah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hingga akhirnya kondisinya diketahui oleh Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta perangkat Desa Mlese. Mereka mendatangi Iwan di gubuknya pada Selasa (19/12/2023).

Iwan yang tak menyangka dengan kedatangan mereka tak henti berucap syukur. Mereka tidak sekadar datang tapi juga menyewakan kamar indekos di wilayah RW 010, Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, tak jauh dari lokasi gubuk mereka.

Tangan-tangan baik yang datang membantu membuat Iwan semakin termotivasi untuk menata kehidupan dan membesarkan putranya. Ditemui wartawan di tempat indekos barunya, Rabu (20/12/2023), bapak satu anak itu menceritakan bagaimana awalnya sampai tinggal di gubuk reyot di kebun jati Mlese, Ceper, Klaten.

“Sesuai KTP saya tercatat sebagai warga Kecamatan Jogonalan. Namun, saya lahir di Kudus dan besar di Pati. Saya ber-KTP Klaten setelah menikah,” ujarnya.

Iwan kini hanya tinggal dengan putranya setelah berpisah dari istrinya beberapa tahun lalu. Cerita Iwan hingga akhirnya tinggal di gubuk bermula beberapa bulan lalu.

Awalnya, Iwan dan anaknya tinggal di salah satu kamar indekos wilayah Jatipuro. Iwan bekerja di salah satu perusahaan furnitur bagian finishing. Iwan sempat tak bekerja hampir dua pekan karena anaknya sakit.

Setelah sang anak sembuh, Iwan kembali bekerja namun dipindah ke bagian kebersihan. Saat itu, Iwan masih tinggal di tempat indekos. Lantaran dua pekan lamanya tak bekerja, Iwan tak lagi memiliki uang untuk membayar indekos dan menunggak sebulan.

Oleh pengelola rumah indekos, Iwan dibebaskan tak membayar tunggakan. Namun, dia disarankan mencari tempat indekos lainnya. Ketiadaan biaya membuat Iwan sejak saat itu tak memiliki tempat tinggal.

Tak Putus Asa Cari Pekerjaan

Iwan memutuskan tidur di emperan kelas salah satu SD di Desa Jatipuro, Trucuk, Klaten, tempat anaknya, Assaff, sekolah. Iwan dan Assaff juga sempat tidur di emperan masjid saat malam tiba.

bapak-anak tinggal di gubuk reyot klaten
Kondisi gubuk tempat tinggal bapak dan anak di kebun jati di Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten, Rabu (20/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Saat Lebaran, Iwan dan Assaff masih tidur di emperan salah satu kelas tempat sekolah Assaff. Sampai suatu ketika, pengusaha tempat Iwan bekerja mengetahui kondisi Iwan yang tak memiliki tempat tinggal dan tidur di emperan sekolah.

Iwan kemudian ditawari tidur di gudang pabrik. Selama beberapa waktu Iwan tinggal di tempat itu. Singkat cerita, Iwan kena PHK. Setelah itu, Iwan sempat bekerja di salah satu rumah makan dan ditawari kamar indekos gratis. Iwan tak lama bekerja dan tinggal di tempat itu.

Begitu mengetahui KTP-nya dimanfaatkan orang untuk kredit sepeda motor, dia keluar. Tak ada tempat tinggal, Iwan memutuskan tinggal di gubuk tengah sawah perbatasan Desa Mlese dengan Jatipuro.

Sesekali Iwan membantu petani sepuh pemilik lahan itu menggarap sawah. Atas kebaikan pemilik sawah, Iwan diberi tikar hingga makanan. Namun, karena sungkan dengan pemilik sawah, Iwan lalu membuat gubuk sendiri tak jauh dari gubuk tengah sawah tersebut.

Di gubuk sawah itu sempat ada ular dan putranya ketakutan. Iwan lalu pindah ke gubuk yang dia buat di bawah pohon besar. Awalnya tak ada atap di tempat dia tidur bersama putranya. Iwan membuat penutup dengan memanfaatkan kain hingga plastik bekas.

Di tengah kondisi serbasulit, bapak satu anak tersebut tak patah arang. Dia terus berusaha mencari pekerjaan demi menghidupi dia dan putranya. Saban malam, Iwan dan anaknya mendatangi salah satu minimarket untuk mengaktifkan ponsel dan mendapatkan sinyal wifi.

Kondisi baterai ponsel Iwan sudah ngedrop. Saat ada telepon, Iwan harus buru-buru mencari colokan listrik agar ponsel terhubung alat charger. Di depan minimarket dia berselancar di dunia maya untuk mencari lowongan pekerjaan.

Dia merasa terbantu oleh pengelola minimarket yang memberikan sinyal wifi dan kerap memberikan makanan. Iwan sempat menangis saat menceritakan kepada Solopos.com betapa susahnya mencari pekerjaan.

Jadi Korban Tabrak Lari

Dia sadar diri usianya tak lagi muda untuk mencari pekerjaan. Hingga akhirnya ia diterima bekerja di salah satu toko emas di Prambanan. Selepas Subuh, Iwan berangkat kerja ke Prambanan mengayuh sepeda dari gubuk reyotnya di tengah kebun jati di Mlese. Dia pulang saat Isya.

bapak-anak tinggal di gubuk reyot klaten
Iwan bersama anaknya berfoto bersama Bhabinkamtibmas Desa Mlese, Kecamatan Ceper, dan Babinsa dan perangkat desa di tempat indekos yang disewakan untuk mereka, Selasa (19/12/2023). (Istimewa/dokumentasi Polsek Ceper)

Namun, baru tiga hari bekerja, Iwan mendapatkan musibah. Dia jadi korban tabrak lari saat berangkat kerja di wilayah Prambanan. Pengendara sepeda motor yang menabraknya kabur. Iwan urung bekerja dan kemudian pulang lantaran mengalami sejumlah luka.

Dia minta izin tak bekerja dan dipersilakan kembali bekerja setelah pulih. Empat hari kemudian, Iwan dipanggil dan diberi tahu dia tidak bisa lanjut bekerja di toko emas wilayah Prambanan itu.

Sejak itu hingga beberapa pekan terakhir Iwan tak bekerja. Dia terus berusaha mencari lowongan pekerjaan. Iwan merasa beruntung dibantu warga sekitar tempat dia tinggal meskipun dia tak pernah bercerita lokasi tempat dia tidur bersama putranya.

Saban pagi ada yang memberikan sarapan untuk putra Iwan sarapan sebelum berangkat sekolah. Sembari terus mencari pekerjaan, Iwan memenuhi kebutuhan makan dengan memanfaatkan beberapa program berbagi makanan gratis.



Dia pun kerap diberi uang oleh orang saat jalan-jalan. Namun, Iwan menegaskan sekalipun kondisinya serbakekurangan, dia tak pernah minta-minta uang.

Sejak Selasa (19/12/2023), Iwan dan anaknya tak lagi tinggal di gubuk reyot di tengah kebun jati Mlese, Klaten. Mereka pindah ke tempat indekos yang disewakan Bhabinkamtibmas Mlese dan biaya sewanya dibayari pengusaha yang tersentuh hatinya dengan kisah Iwan dan putranya.

Iwan berulang kali mengucapkan rasa terima kasih dan bersyukur masih banyak tangan-tangan baik yang membantunya. Tak hanya mencarikan tempat indekos, ada juga yang mencarikan dia pekerjaan. Kebaikan itu memotivasinya untuk tak putus asa untuk menata kehidupan bersama putranya.

Dia berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan agar bisa mandiri membiaya kebutuhan hidup bersama putranya. Iwan tak ingin putranya yang kini duduk di bangku kelas IV SD putus sekolah dan berharap sang anak bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya bagaimana pun keadaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya