SOLOPOS.COM - Sukarelawan medis berbagi berfoto bersama dengan peserta khitanan gratis di Boyolali, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Kisah pertemanan dengan jiwa sosial yang tinggi ditunjukkan komunitas sukarelawan medis berbagi di Boyolali. Mereka bergerak memberikan layanan utama khitan gratis kepada anak yatim-piatu dan duafa.

Komunitas tersebut didirikan Dwi Ardiya Indranata bersama para mantan rekan sejawatnya dari rumah sakit swasta wilayah Sambi, Boyolali. Ide tersebut berawal dari saat ngopi bersama dengan mantan rekan sejawatnya yang satu rumah sakit pada 2020.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Dulu kami satu kerjaan, satu atap. Kemudian terpisahkan karena teman-teman diterima di rumah sakit yang lebih besar. Awal mula kegiatan itu niatnya untuk reuni sekaligus berkegiatan dalam bidang sosial,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis (30/11/2023).

Sukarelawan komunitas sosial alumni pekerja medis Boyolali itu terdiri dari belasan orang. Selain membantu khitan gratis, mereka juga membantu merawat luka bagi pasien seperti diabetes.

Ia menjelaskan terkadang pasien diabetes baru bisa kontrol selang satu pekan, padahal luka harus dibersihkan tiap dua-tiga hari. Lebih lanjut, Dwi menjelaskan kegiatan tersebut masih aktif terus setiap bulannya untuk membantu masyarakat.

Anggotanya juga berasal dari kalangan dokter, perawat, dan petugas medis lain. Tidak terbatas hanya di seputaran Boyolali seperti Karanggede dan Banyudono, kegiatan sosial Dwi dan kawan-kawannya juga pernah dilakukan di Karanganyar dan Sukoharjo.

“Alasannya kami peduli kepada anak-anak itu. Mereka mau dikhitan tapi tidak memiliki biaya. Makanya kami mengadakan khitan secara door to door dari rumah ke rumah tiap bulan, bisa dua sampai lima anak,” kata dia.

Ia menjelaskan metode khitan yang digunakan mayoritas dengan laser. Dwi menjelaskan metode laser biasanya menghabiskan biaya Rp1juta-Rp1,5 juta. Namun, penggunaan metode juga tergantung situasi anak. Tak jarang metode khitan juga menggunakan metode cincin.

Kemudian, pemilihan target khitan gratis, tutur Dwi, biasanya berdasarkan informasi warga lalu dimintai surat keterangan tidak mampu (SKTM). Setelah khitan, anak tersebut akan diberi baju koko, sarung, peci, dan sembako.

Lebih lanjut, saat ada kegiatan khitan, komunitas sosial alumni pekerja medis Boyolali itu mendatangi lokasi dengan membawa mobil ambulans. Dwi mengatakan hal tersebut sekaligus untuk memperkenalkan ambulans kepada anak-anak agar mereka tidak takut dengan ambulans.

“Selain kegiatan rutin bulanan, kami juga pernah menggelar acara khitanan massal empat kali dengan puluhan anak seperti di Karanggede pas pandemi, lalu di Banyudono, Colomadu, dan Boyolali kota,” kata dia.

Dwi mengatakan masih ada impian yang belum tercapai yaitu untuk menggelar agenda khitan akbar dengan peserta 150 orang. Sebelumnya Dwi dan kawan-kawannya pernah menggelar khitanan massal dengan Pajero Karaoke Boyolali pada pertengahan 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya