Soloraya
Kamis, 30 November 2023 - 20:44 WIB

Bentuk Komunitas Sosial, Sukarelawan Medis Boyolali Kerap Bantu Khitan Gratis

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sukarelawan medis berbagi berfoto bersama dengan peserta khitanan gratis di Boyolali, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Kisah pertemanan dengan jiwa sosial yang tinggi ditunjukkan komunitas sukarelawan medis berbagi di Boyolali. Mereka bergerak memberikan layanan utama khitan gratis kepada anak yatim-piatu dan duafa.

Komunitas tersebut didirikan Dwi Ardiya Indranata bersama para mantan rekan sejawatnya dari rumah sakit swasta wilayah Sambi, Boyolali. Ide tersebut berawal dari saat ngopi bersama dengan mantan rekan sejawatnya yang satu rumah sakit pada 2020.

Advertisement

“Dulu kami satu kerjaan, satu atap. Kemudian terpisahkan karena teman-teman diterima di rumah sakit yang lebih besar. Awal mula kegiatan itu niatnya untuk reuni sekaligus berkegiatan dalam bidang sosial,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis (30/11/2023).

Sukarelawan komunitas sosial alumni pekerja medis Boyolali itu terdiri dari belasan orang. Selain membantu khitan gratis, mereka juga membantu merawat luka bagi pasien seperti diabetes.

Advertisement

Sukarelawan komunitas sosial alumni pekerja medis Boyolali itu terdiri dari belasan orang. Selain membantu khitan gratis, mereka juga membantu merawat luka bagi pasien seperti diabetes.

Ia menjelaskan terkadang pasien diabetes baru bisa kontrol selang satu pekan, padahal luka harus dibersihkan tiap dua-tiga hari. Lebih lanjut, Dwi menjelaskan kegiatan tersebut masih aktif terus setiap bulannya untuk membantu masyarakat.

Anggotanya juga berasal dari kalangan dokter, perawat, dan petugas medis lain. Tidak terbatas hanya di seputaran Boyolali seperti Karanggede dan Banyudono, kegiatan sosial Dwi dan kawan-kawannya juga pernah dilakukan di Karanganyar dan Sukoharjo.

Advertisement

Ia menjelaskan metode khitan yang digunakan mayoritas dengan laser. Dwi menjelaskan metode laser biasanya menghabiskan biaya Rp1juta-Rp1,5 juta. Namun, penggunaan metode juga tergantung situasi anak. Tak jarang metode khitan juga menggunakan metode cincin.

Kemudian, pemilihan target khitan gratis, tutur Dwi, biasanya berdasarkan informasi warga lalu dimintai surat keterangan tidak mampu (SKTM). Setelah khitan, anak tersebut akan diberi baju koko, sarung, peci, dan sembako.

Lebih lanjut, saat ada kegiatan khitan, komunitas sosial alumni pekerja medis Boyolali itu mendatangi lokasi dengan membawa mobil ambulans. Dwi mengatakan hal tersebut sekaligus untuk memperkenalkan ambulans kepada anak-anak agar mereka tidak takut dengan ambulans.

Advertisement

“Selain kegiatan rutin bulanan, kami juga pernah menggelar acara khitanan massal empat kali dengan puluhan anak seperti di Karanggede pas pandemi, lalu di Banyudono, Colomadu, dan Boyolali kota,” kata dia.

Dwi mengatakan masih ada impian yang belum tercapai yaitu untuk menggelar agenda khitan akbar dengan peserta 150 orang. Sebelumnya Dwi dan kawan-kawannya pernah menggelar khitanan massal dengan Pajero Karaoke Boyolali pada pertengahan 2023.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif