SOLOPOS.COM - VW safari tour menjadi salah satu inovasi baru Desa Wisata Ponggok, Polanharjo, Klaten, untuk tetap menarik pengunjung dengan mengintegrasikan seluruh potensi wisata di desa tersebut. Foto diambil Sabtu (16/9/2023). (Istimewa/Komunitas Volkswagen Klaten)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATEN — Desa wisata di Klaten berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir. Hingga 2023 ini, total ada 35 desa wisata dari 391 desa di Kabupaten Bersinar. Jumlah itu merupakan desa wisata yang sudah mendapatkan surat keputusan (SK) bupati.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Mayoritas masuk klasifikasi desa wisata rintisan. Namun, ada juga desa wisata yang sudah masuk klasifikasi maju dengan salah satu kriteria sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal dan dikunjungi banyak wisatawan termasuk wisatawan mancanegara.

Namun, maju saja tidak cukup. Seperti perkataan orang bijak, mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Diperlukan berbagai upaya supaya desa wisata yang sudah maju tetap bertahan dan berkembang sehingga semakin ramai dikunjungi wisatawan. Jika tidak, desa wisata itu akan cepat redup alias hanya obor-obor blarak, ramai di awal, sepi kemudian.

Salah satu di antara desa wisata kategori maju yang mampu tetap bertahan dan berkembang di Klaten yakni Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo. Meskipun baru mendapatkan SK penetapan desa wisata dari Bupati Klaten pada 11 September 2020, Ponggok sudah cukup lama dikenal di seluruh penjuru negeri bahkan mancanegara.

Jauh sebelum ditetapkan menjadi desa wisata, Ponggok dikenal dengan pesona wisata airnya yakni Umbul Ponggok. Popularitas umbul yang menawarkan berbagai aktivitas menarik mulai dari berenang, snorkeling, diving, hingga foto di bawah permukaan air memikat wisatawan dari berbagai daerah berdatangan.

Bahkan tak sedikit wisatawan mancanegara yang datang ke objek wisata itu. Di tengah industri pariwisata yang berkembang pesat, Ponggok terhitung konsisten dan mampu menjaga eksistensi hingga kini. Berdasarkan data pengelola, per bulan desa tersebut dikunjungi puluhan ribu wisatawan.

Kepala Divisi Wisata Berdesa Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Suyantoko, mengatakan salah satu kunci menjaga eksistensi wisata di Ponggok yakni inovasi. Selain Umbul Ponggok, desa tersebut mengembangkan potensi destinasi wisata di Umbul Sigedang, Umbul Besuki, hingga Waduk Galau.

Terus Berinovasi

Masing-masing destinasi di desa wisata wilayah Klaten itu memiliki daya tarik sendiri. “Seperti di Umbul Besuki, di sana memang wisata air tetapi dilengkapi dengan area outbound,” kata Suyantoko saat ditemui Solopos.com, Sabtu (16/9/2023).

Tak melulu wisata air, desa tersebut mengembangkan daya tarik lainnya. Seperti Fun School yang menawarkan pengalaman belajar dan praktik secara langsung terkait perikanan, pertanian, pengolahan sampah, dan lain-lain.

desa wisata klaten
Umbul Ponggok menjadi salah satu destinasi wisata di Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten, yang mampu bertahan dan dikunjungi banyak wisatawan. Foto diambil pada 2022 lalu. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Ada pula Studi Desa, salah satu produk wisata Ponggok yang menjadi wisata edukasi untuk belajar tentang tata kelola desa, Bumdesa, hingga lembaga lainnya di Ponggok. Banyak desa dari berbagai wilayah di Indonesia kepincut dengan paket wisata tersebut karena ingin belajar secara langsung di Ponggok.

Terbaru, Desa Ponggok, Klaten, menambah atraksi baru berupa VW safari tour yang mengintegrasikan berbagai paket wisata di desa tersebut. “Karena sekarang sudah banyak pilihan, harapannya pengunjung tidak bosan di satu tempat. Kalau dulu kan tidak ada yang menginap. Sekarang, ada yang menginap bahkan ada yang sampai satu pekan,” kata Suyantoko.

SDM yang Mumpuni

Selain inovasi, Suyantoko mengatakan kunci lain untuk bertahan dan tetap ramai dikunjungi yakni didukung sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Potensi warga setempat dioptimalkan. Setiap tahun Pemerintah Desa (Pemdes) Ponggok menganggarkan dana untuk peningkatan SDM untuk mengikuti berbagai pelatihan.

Menjaga konsistensi juga diupayakan dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial. Suyantoko mengatakan di era modern, digital marketing memiliki peran penting. Ponggok memiliki tim kreatif yang salah satunya secara konsisten mengunggah berbagai kegiatan melalui media sosial.

Soal kunjungan, Suyantoko mengatakan sebelum pandemi Covid-19, jumlah kunjungan wisata ke Desa Ponggok, Klaten, mencapai 30.000-40.000 orang per bulan. Sempat meredup saat pandemi, jumlah kunjungan merangkak naik tahun ini.

“Kalau saat ini alhamdulillah sudah naik lagi kisaran 25.000-30.000 orang per bulan. Itu total jumlah kunjungan wisata ke Ponggok,” kata Suyantoko. Artinya jika dirata-rata, ada seribuan pengunjung yang datang per hari.

Pendapatan yang masuk ke Bumdes maupun pemerintah desa pun tak main-main. Suyantoko menjelaskan rata-rata total pendapatan kotor Bumdes sekitar Rp8 miliar hingga Rp10 miliar per tahun. Selanjutnya adri laba bersih yang diperoleh, 40 persennya masuk ke pendapatan asli desa.

Perencanaan Jangka Panjang

Sebagian pendapatan yang diterima digunakan untuk program desa seperti satu rumah satu sarjana, BPJS kesehatan, dan program lainnya.

“Dalam pengembangan memang perencanaan harus matang, ke depan mau ke mana sih? Nah, di Ponggok ini sampai 2035 sudah memiliki perencanaan. Intinya, Ponggok di masa depan menjadi pusat studi seluruh Indonesia,” kata Suyantoko.

desa wisata klaten
Warga membuat wayang kulit dengan teknik tatah sungging di Desa Wisata Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, pada Juni 2023. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Merujuk data dari Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, ada 35 desa wisata di Klaten yang sudah mendapatkan SK bupati sejak 2020 hingga 2023. Dari jumlah itu, ada lima desa wisata yang masuk kategori maju. Lima desa itu yakni:

1. Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan
2. Desa Jarum, Kecamatan Bayat
3. Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo
4. Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan
5. Desa Janti, Kecamatan Polanharjo.

Desa wisata dengan klasifikasi berkembang di Klaten ada sembilan. Desa-desa itu meliputi:

1. Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum
2. Desa Malangjiwan, Kecamatan Kebonarum
3. Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat
4. Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat
5. Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo
6. Desa Pasung, Kecamatan Wedi
7. Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom
8. Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari
9. Desa Balerante, Kecamatan Kemalang

Lalu untuk desa wisata klasifikasi rintisan di Klaten ada 21 desa meliputi:

1. Desa Melikan, Kecamatan Wedi
2. Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang
3. Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang
4. Desa Pokak, Kecamatan Ceper
5. Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring
6. Desa Krakitan, Kecamatan Bayat
7. Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes
8. Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan
9. Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko
10. Desa Glagah, Kecamatan Jatinom
11. Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom
12. Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo
14. Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen
15. Desa Krikian, Kecamatan Bayat
16. Desa Karangduren, Kecamatan Kebonarum
17. Desa Kalikotes, Kecamatan Kalikotes
18. Desa Kranggan, Kecamatan Manisrenggo
19. Desa Kebonalas, Kecamatan Manisrenggo
20. Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan
21. Desa Kahuman, Kecamatan Polanharjo

Kriteria Mendapat SK Desa Wisata

Potensi wisata di puluhan desa itu beragam, mulai potensi alam, religi, kuliner, gantangan burung, produk UMKM, dan lain-lain. Di antara puluhan desa wisata itu, ada desa-desa yang meraih penghargaan pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Seperti Desa Bugisan yang meraih juara harapan II kategori digital kreatif pada ajang ADWI 2022. Sebelumnya, Bugisan masuk 50 besar terbaik dari ribuan desa wisata di Indonesia.

Kemudian Desa Sidowarno meraih juara IV kategori souvenir dalam ajang ADWI 2023. Kabid Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudporapar Klaten, Purwanto, mengatakan mayoritas desa wisata di Klaten masuk klasifikasi rintisan.

Untuk penentuan desa wisata tersebut, Disbudporapar tak asal membuatkan SK yang kemudian disetujui bupati. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

keistimewaan kota klaten Candi Plaosan Ditutup desa wisata klaten
Kompleks Candi Plaosan di Desa Bugisan, Prambanan, Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

“Ada atraksi wisata, kemudian, ada pengunjungnya, ada paket wisatanya. Sebagian desa wisata di Klaten ada potensi tetapi belum tentu menjadi destinasi wisata,” kata Purwanto saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Rabu (20/9/2023).

Purwanto menjelaskan tak semua desa seperti Ponggok yang memiliki modal awal yang bisa mengundang wisatawan berdatangan. Desa Ponggok melesat dengan wisatanya berangkat dari modal daya tarik yang sudah ada berupa destinasi wisata air.

Apalagi, desa tersebut didukung SDM inovatif dan kreatif. Begitu pula Desa Wisata Kebondalem Kidul yang sudah memiliki magnet Candi Sojiwan serta Desa Bugisan dengan magnetnya Candi Plaosan.

Sapta Pesona Jadi Pola Hidup Masyarakat

Ketika awalnya belum ada magnet, butuh kreativitas dari masing-masing pengelola desa wisata untuk memikat wisatawan berdatangan. Soal kendala, Purwanto mengakui minimnya SDM bisa menjadi kendala pengembangan desa wisata.



Namun, Disbudporapar yang didukung DAK nonfisik saban tahun menggelar pelatihan-pelatihan SDM guna mendukung pengembangan desa wisata. SDM memiliki peran penting untuk pengembangan desa wisata.

Tak hanya pengelola, desa wisata perlu dukungan dari masyarakat setempat dengan sadar tentang penerapan sapta pesona yang terdiri dari unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan ketenangan.

“Ketika menjadi desa wisata, sapta pesona ini perlu menjadi pola hidup masyarakat. Selain itu, tentu saja kreativitas dalam membuat atraksi dan daya tarik yang menjadi paket wisata mereka,” jelas Purwanto.

Purwanto menjelaskan berbicara tentang desa wisata artinya berbicara tentang kawasan. Seluruh unsur yang ada di kawasan itu perlu terlibat untuk mengembangkan serta menjaga keberlanjutan desa wisata.

Dampaknya tentu saja pada peningkatan perekonomian warga. Jangan sampai, desa wisata booming di depan dan cepat meredup ditinggalkan wisatawan, seperti ungkapan Jawa aja mung obor-obor blarak.

“Tidak bisa satu orang mengembangkan. Harus ada kolaborasi, kerja sama semua unsur di dalamnya,” jelas dia.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya