SOLOPOS.COM - Ilustrasi membeli rumah. (freepik)

Solopos.com, KLATEN – Lebaran menjadi saat para perantau pulang kampung. Mereka yang sudah berbulan-bulan bekerja di luar kota kembali kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga hingga merawat tali silaturahmi.

Seperti di Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk. Sebagian warga di desa tersebut merantau atau menjadi kaum boro di berbagai kota. Tak hanya di pulau Jawa, ada yang merantau ke berbagai daerah termasuk di Papua. Rata-rata menjadi pedagang terutama pedagang es puter.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satunya Jumirin, 52, warga Dukuh Bayemrejo. Sejak 2007 atau sudah selama 14 tahun, bapak dua anak itu merantau di Nabire, Papua berjualan es puter.

Delapan bulan merantau setelah mudik kali terakhir tahun lalu, Jumirin kembali ke kampung halamannya sejak awal Ramadan. Dia pulang lebih awal lantaran ingin memperbaiki rumah.

Jumirin merantau untuk mengikuti jejak kakak serta kerabat-kerabatnya yang lebih dahulu boro ke Papua. Disinggung alasannya merantau hingga ke tanah Papua, Jumirin mengatakan untuk bisnis es puter masih menjanjikan.

“Dari sini banyak yang di sana. Keluarga banyak di sana. Kakak saya sejak 1990-an. Saya meneruskan,” kata Jumirin saat ditemui Solopos.com di Kalikebo, Jumat (12/4/2024).

Soal harga es puter di Nabire, dia menjelaskan per porsi paling mahal Rp5.000. Namun, dia juga melayani pembelian es puter paketan. Merek es puter yang dia kelola diberi nama Es Krim Gobed.

Di Papua, Jumirin mengatakan banyak pelanggan es puter buatannya. Apalagi di daerah itu banyak pendatang. Dia pun kerap di order untuk menyajikan es krim acara-acara di instansi seperti Kodim dan lain-lain.

Jumirin merantau seorang diri. Istri dan anaknya tetap berada di Klaten yang kerap dia tinggal berbulan-bulan. Bagi Jumirin, meninggalkan anak dan istri di kampung halaman tak masalah karena merantau demi menafkahi mereka.

Jumirin mengusahakan saban Lebaran pulang kampung. Bagi Jumirin tak jadi soal keluar biaya belasan juta rupiah untuk pulang-pergi Klaten-Papua demi berkumpul dengan keluarga saat momen Lebaran. Selain menjadi momen berkumpul dengan keluarga, pada hari Lebaran dia tampil bersama Seni Reog Naluri di Kalikebo yang memiliki tradisi pentas saban Lebaran tiba.

Salah satu tokoh masyarakat Kalikebo, Sunarto, 65, mengatakan sejak dulu banyak warga di desanya yang menjadi kaum boro. Rata-rata berdagang es puter serta rujak. Mereka tersebar ke berbagai daerah seperti di Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Papua.

“Itu sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Sejak saya masih kecil sudah ada yang merantau [boro],” kata Sunarto saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (13/4/2024).

Sunarto menjelaskan warga yang merantau hampir merata di 10 dukuh wilayah Kalikebo. Dari hasil boro, warga bisa menghidupi keluarga hingga membiayai pendidikan anak sampai lulus sarjana.

“Sampai ada yang anak-anaknya sudah menjadi pegawai. Tetapi orang tua tetap bekerja merantau jualan rujak,” jelas Sunarto.

Namun, jumlah warga yang merantau saat ini tak sebanyak dulu. Mereka yang merantau kini sebagian membuka usaha sendiri termasuk membuka toko kelontong maupun warung di kampung halaman.

Disinggung alasan warga merantau dan banyak berjualan es puter, Sunarto mengatakan hal itu lantaran warga saling menularkan ilmu cara membuat hingga berdagang es krim.

Salah satu warga Dukuh Brijolor, Desa Kalikebo, Suratman, mengatakan di kampungnya ada empat RT dengan setiap RT rata-rata berisi 70 keluarga. Dari jumlah itu, sekitar 20% menjadi kaum boro dan rata-rata berdagang. Selain itu, ada yang merantau karena menjadi pegawai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya