SOLOPOS.COM - Petugas Disnakkan Boyolali mengecek kualitas air di Waduk Cengklik pascafenomena upwelling, Rabu (13/3/2024). (Istimewa/Disnakkan Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mengecek kualitas air di Waduk Cengklik seusai kasus kematian massal ikan akibat fenomena upwelling, Rabu (13/3/2024).

Diketahui, upwelling di Waduk Cengklik terjadi pada Sabtu-Senin (9-11/3/2024) dan mengakibatkan 31 ton ikan milik petani karamba jaring apung (KJA) mati massal.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sub Koordinator Perikanan Budi Daya Disnakkan Boyolali, Deviet Nurmaryani, menyampaikan telah mengetes kualitas air di Waduk Cengklik. Hasilnya, kualitas air telah membaik.

Deviet menjelaskan pengecekan kualitas air tersebut menjadi tindak lanjut dari Disnakkan Boyolali seusai kejadian upwelling di Waduk Cengklik. “DO [Dissolved Oxygen] sudah lima mg/L, pH sudah 4,6 sebelumnya tiga, lalu suhu sudah 29 derajat Celsius,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu.

Ia menjelaskan pH yang dites belum sesuai standar seharusnya yakni sekitar 607, akan tetapi telah membaik. Ia menyoroti tingkat keasaman saat terjadi upwelling yang mencapai sekitar 3.

Saat kejadian, warna air cenderung hitam dan sekarang sudah jernih hingga tidak berbau. Bangkai ikan juga telah dibersihkan. “Kesimpulannya perairan sudah mulai membaik untuk budi daya perikanan dari parameter kualitas air secara fisik dan kimia,” kata dia.

Deviet menjelaskan petani sudah melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan dampak upwelling seperti menyalakan pompa oksigen namun tidak berdampak signifikan. Lalu, untuk meminimalkan kerugian, para petani juga melakukan panen dini.

Fenomena upwelling disebabkan cuaca ekstrem seperti tidak ada hujan dan sinar matahari terus menerus. Sehingga air di dasar waduk naik naik membawa racun amonia sisa pakan ke permukaan. Itulah yang menyebabkan ikan-ikan mati.

Memulai dari Nol

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 31 ton ikan yang dibudidayakan petani KJA Waduk Cengklik, Boyolali, mati akibat fenomena upwelling. Ikan-ikan itu sedianya disiapkan untuk dipanen dan dijual saat Lebaran nanti. Akibat kejadian itu, para petani mengalami kerugian total hampir Rp1 miliar.

Tak hanya itu, Ketua Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan Sobokerto Waduk Cengklik, Boyolali, Supriyanto, menjelaskan fenomena upwelling membuat siklus panen ikan terputus.

Ia menjelaskan para petani KJA di Waduk Cengklik Boyolali kini harus menunggu dari bibit awal hingga siap panen yang membutuhkan paling tidak tiga bulan.

Menurut Supri, anggota Paguyuban Petani KJA Tirta Panguripan ada sekitar 21 orang. Sedangkan total ikan yang mati karena upwelling dari paguyuban tersebut sekitar 12 ton.

“Kami memulai kembali, yang penting ada bibitnya, kami ada bibitnya. Kebetulan untuk yang mati di ukuran 2,25 inci atau usia tiga bulan sampai panen di umur lima bulan. Untuk bibit yang lebih kecil itu justru aman, sekitar umur satu bulan,” kata dia kepada Solopos.com di Waduk Cengklik Boyolali, Selasa (12/3/2024).

Untuk bertahan sampai panen berikutnya tiba, petani membuka celengan berupa ikan patin dan lele walaupun jumlahnya tidak sebanyak ikan nila. Harganya juga lebih murah, ikan patin Rp20.000 per kilogram sedangkan ikan lele Rp18.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya