Soloraya
Sabtu, 16 Desember 2023 - 18:57 WIB

Ikon Kesenian Sangiran, Teater Sangir Sragen Lahir dari Lesung 350 Tahun

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para anggota Teater Sangir pentas memperagakan tarian Oklok dengan tetabuhan gejuk lesung di Museum Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen, Sabtu (16/12/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Teater Sangir menjadi ikon kesenian khas Sangiran, Sragen, yang lahir sejak 13 April 2013. Teater yang diinisiasi warga Dukuh Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Ini mengandalkan produk warisan leluhur berupa lesung berbahan kayu trembesi berumur 350 tahun.

Salah warga yang memiliki lesung tua itu adalah Jumadi, 50, yang tinggal di RT 007, Dukuh Ngampon. Lesung tersebut merupakan warisan dari para pendahulunya. Jumadi menjadi generasi kelima yang melestarikan lesung sepanjang sekitar 3 meter itu. Itu adalah salah satu dari empat lesung yang tersisa di Dukuh Ngampon.

Advertisement

“Awalnya ada acara event, Srawung Seni Segara Gunung 2013, tepatnya 13 April 2013. Event itu menjadi awal mula dari munculnya kesenian gejuk lesung. Kesenian tradisional gejuk lesung dapat dikolaborasikan dengan seni lain. Kemudian kesenian itu ditindaklanjuti terus-menerus sampai sekarang,” ujar Jumadi yang jadi Ketua Teater Sangir Krikilan, Kalijambe, Sragen.

Warga dukuh kemudian setiap Selasa dan Jumat latihan gejuk lesung dengan varian tembang dilengkapi tarian. Dari latihan rutin itulah lahir Teater Sangir dengan pendampingan dari sesepuh Teater Ruang. Teater Sangir kemudian berkembang  hingga sekarang sudah memiliki 25 anggota. Mereka berasal dari beragam kalangan, dari usia sekolah dasar (SD) hingga ibu-ibu lanjut usia. Mereka rutin bertemu setiap Jumat Pahing yang kemudian dinamakan rutinan Jumpa.

“Tetabuhan gejuk lesung memiliki laras sendiri, seperti laras gamelan. Ada laras slendro dan laras pelok. Nama Sangir itu ya dari nama Sangiran. Sangir itu juga merupakan nama batu yang ada di Dukuh Ngampon. Batu sangir berfungsi untuk mengasah senjata. Inovasi itu bertahan hingga kini,” jelasnya.

Advertisement

Salah satu anggota Teater Sangir, Sutiyah, menyebut gejuk lesung juga mengedukasi anak-anak mengenai fungsi dan historis lesung sebagai alat menumbuk padi yang sudah ada sejak dahulu. “Lesung itu merupakan peninggalan simbah-simbah dulu. Sudah lima generasi, kalau saya generasi berumur 70 tahun, maka lima generasi itu umurnya susah 350 tahun,” ujarnya.

Sutiyah mengatakan Teater Sangir itu sudah pentas ke berbagai tempat. Pentas terjauh di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 2014. Sekarang sudah ada 12 varian tetabuhan dan ada banyak tembang. Salah satunya tembang Oklok.

“Tarian itu merupakan tarian spiritual, simbol dari pekerjaan masyarakat sehari-hari dan berdoa. Inspirasinya ya aktivitas sehari-hari itu diaktualisasikan dengan tarian,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif