SOLOPOS.COM - Ratusan pelayat mengantar jenazah Wildan Ahmad ke tempat peristirahatan terakhirnya, Senin (27/11/2023) di Cangakan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Soloos.com, KARANGANYAR — Isak tangis keluarga dan kerabat pecah saat jenazah siswa SMP Negeri 5 Karanganyar, Wildan Ahmad, 14, yang meninggal dunia saat latihan silat tiba di rumah duka pada Senin (27/11/2023).

Jenazah dibawa menggunakan mobil ambulans dan tiba di rumah duka Dusun Manggung RT 004/RW 008 Kelurahan Cangakan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar sekitar pukul 14.15 WIB. Ratusan pelayat hadir di lokasi menyambut kedatangan jenazah yang selesai diautopsi oleh tim forensik di RSUD dr. Moewardi Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Isak tangis makin pecah saat peti jenazah dibuka. Keluarga satu per satu melihat dan memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum Wildan sebelum disalatkan. Teman-teman sekolah, anggota Perguruan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa, klub sepakbola Perseman Karanganyar datang melayat.

Proses pemakaman dimulai pukul 15.00 WIB. Almarhum dimakamkan di Permakaman Nyai Sentono Manggung, Cangakan, yang hanya beberapa meter jaraknya dari rumah korban. Ratusan pelayat ikut mengantar.

Bahkan para guru mengenakan seragam ASN juga ikut melayat. Menurut tetangga, Muryani, korban dikenal sangat ramah dan baik sehingga banyak warga yang merasa kehilangan. “Anaknya sopan, pintar dan berprestasi, ramah,” katanya.

Bapak korban, Suparno, menyesalkan tindakan penganiayaan hingga nyawa putranya melayang. Apalagi saat kondisi kritis tak langsung mendapatkan pertolongan.

“Informasinya, anak saya satu jam didiamkan saja. Oleh kakak kelasnya (sebutan bagi senior di perguruan silat) hanya diberi air mineral. Setelah itu kejang-kejang,” kata dia.

Suparno menceritakan Wildan sebenarnya dilarang berangkat latihan silat pada Minggu (26/11/2023) kemarin. Namun anak bungsunya itu sudah dijemput oleh lima orang. Wildan bilang mereka kakak seperguruannya yang berusia remaja.

Suparno tak sempat mengenali mereka karena buru-buru berangkat ke tempat latihan di halaman SD Negeri Cangakan 2 yang tak jauh dari rumahnya.

Suparno tak memiliki firasat apa pun karena aktivitas itu sudah dilakoni Wildan beberapa bulan terakhir. Putranya diduga mengalami luka dalam akibat dipukul dan ditendang. Korban yang terkapar hanya dibawa ke teras sekolah. Setelah itu, rekan seperguruan melanjutkan aktivitas latihan itu sampai sore.

Melihat Wildan lemas lalu diberi minum. Bukannya membaik, Wildan malah Kejang-kejang. “Dua kakak seperguruan Wildan datang ke rumah, meminta saya ke rumah sakit. Alasannya, Wildan jatuh saat latihan. Saya kaget. Lha kok bisa jatuh. Wildan kenapa. Dijawab pokoknya jatuh,” katanya.

Suparno merasa heran latihan tersebut tidak diawasi senior perguruan silat. Namun hanya beberapa orang kakak seperguruan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya