Soloraya
Minggu, 3 Maret 2024 - 16:59 WIB

Jaten Jadi Wilayah Paling Rawan DBD di Karanganyar

Indah Septiyaning Wardani  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kecamatan Jaten menjadi wilayah paling rawan kasus DBD di Karanganyar. Hal ini lantaran jumlah kasus DBD di Jaten terhitung cukup tinggi.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Karanganyar, Warsito mengatakan, kasus DBD tersebar di 13 kecamatan. Dengan angka kasus DBD tertinggi di Jaten, kemudian disusul Karanganyar kota, Kebakkramat, Mojogedang, Colomadu, Gondangrejo, Jumapolo, Jumantono, Tasikmadu, Kerjo, Matesih, Tawangmangu dan Karangpandan.

Advertisement

“Jaten itu wilayahnya semua di dataran rendah, kemudian pemukiman padat. Mobilitas penduduk kaya di Jaten juga tinggi,” katanya kepada Solopos.com, Minggu (3/3/2024).

Sedangkan empat kecamatan lainnya di Karanganyar masih nihil kasus di antaranya Jatipuro, Jatiyoso, Ngargoyoso dan Jenawi.

Advertisement

Sedangkan empat kecamatan lainnya di Karanganyar masih nihil kasus di antaranya Jatipuro, Jatiyoso, Ngargoyoso dan Jenawi.

Dia mengatakan di musim hujan seperti sekarang rentan muncul sejumlah penyakit yang rawan diderita masyarakat. Penyakit tersebut muncul karena berbagai faktor seperti virus, penurunan daya tahan tubuh atau media perantara hewan. Tidak hanya penyakit DBD, namun juga penyakit lain seperti diare, tipes, dan leptospirosis.

Penyakit tersebut bisa sangat berbahaya bagi penderita hingga menyebabkan kematian apabila tidak segera tertolong atau ditangani medis. Selain melakukan fogging, warga juga harus menggerakkan pemantauan jentik-jentik nyamuk.

Advertisement

Sejauh ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar mencatat angka kasus DBD hingga Februari mencapai 71 kasus. Warsito menambahkan, dalam satu pekan saja terdapat kenaikan kasus DBD akibat gigitan nyamuk aedes aegypti. Menurut prakiraan, puncak kasus DBD akan terjadi pada Mei 2024.

“Awal tahun sampai Februari sudah 71 kasus DBD. Trennya naik diperkirakan puncaknya Mei nanti,” sambung Warsito.

Warsito menjelaskan tren kenaikan kasus DBD dipengaruhi faktor cuaca. Menurutnya, kondisi hujan dan panas yang bergantian secara berkala mendukung untuk perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

Advertisement

Oleh sebab itu, Warsito meminta masyarakat meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Terutama di tempat-tempat penampungan air diminta dibersihkan berkala. Jangan sampai menjadi lokasi bertelurnya nyamuk DBD.

“Gerakan PSN ini perlu dilaksanakan secara serentak, jadi pertumbuhan nyamuk aedes aegypti bisa diberantas dan tidak hanya berpindah wilayah,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif